BAB 6

16 4 0
                                    

HAI.. LAGI NUNGGU CERITA INI YA?

OH NGGAK ADA?!😕 OKE NGGAK APA-APA DEH. INI BUAT YANG NUNGGU AJA.

HAPPY READING 😊

***

"Yang mana lagi non yang harus dibawa?" tanya Bik Siti sembari melipati pakaian Alizeh yang mau dikemas untuk dibawa ke pesantren besok.

"Celana yang itu. Sekalian sama lulurnya." ucap Alizeh.

"Non, saya rasa... Semua pakaian ini nggak bakal boleh di bawa ke pesantren. Disana nanti semuanya akan pakai gamis sama kerudung. Non nggak mungkin pake celana jeans dan baju pendek. Apalagi lulur, non nggak bakal bisa mandi lama-lama." komentar Bik Siti.

Alizeh berdecak kesal. "Udah deh, Bik. Tinggal masukin apa susahnya sih?" kesal Alizeh.

"I.. iya non. Saya minta maaf." ucap Bik Siti menunduk.

"Assalamualaikum.. gimana Bik? Udah beres semua?" tanya Ambar yang baru saja masuk.

"Mm.. anu Nyonya," Bik Siti bingung akan menjelaskan darimana.

Ambar melirik koper Alizeh. "Kok pakaiannya kayak gitu semua, Nak? Nanti dimarahin Papa kamu lho." ucap Ambar dengan nada di-haluskan secara mungkin. Sengaja menyindir Alizeh.

Alizeh bertambah kesal ketika si Ambar memanggilnya dengan embel-embel 'Nak'. "Gue bukan anak Lo!" bentak Alizeh tak terima.

"Udah pergi Lo dari sini! Jangan bikin gue emosi." usir Alizeh pada Ambar.

Ambar tak mengubris perkataan Alizeh. Ia kini malah seperti menelfon seseorang.

"Mas, kamu cepetan ke kamarnya Alizeh, ya. Tolong bantuin aku nyiapin pakaian nya Alizeh. Sepertinya dia lagi marah sama aku." ucap Ambar di telfon. Yup, dia sedang menelfon Muzzaki.

"Kamu kan bisa tunjukin gamis yang sudah aku beliin buat dia." ucap Muzzaki dari sebrang sana.

"Nggak bisa, mas. Dia malah usir aku. Aku minta tolong ya, mas. Cepetan kesini. Tinggalin kopi kamu dulu. Ini demi Alizeh, mas." ucap Ambar.

"Yaudah, bentar lagi aku kesitu." respon Muzzaki.

"Sok suci!" cibir Alizeh lalu duduk di sofa kamarnya, tanpa mempedulikan Bik Siti dan Ambar yang berada di kamarnya.

"Bik Siti, tolong ambilkan semua paper bag di ruang tamu. Bawa kesini." titah Ambar pada Bik Siti.

Bik Siti mengangguk. "Iya, Nya." Bik Siti melangkah mengambil beberapa paper bag besar yang tergeletak di atas sofa-sofa ruang tamu. Ia yakin bahwa paper bag itu berisi pakaian-pakaian baru Alizeh.

Muzzaki menghela nafas kasar melihat Alizeh yang berbaring di Sofanya sembari kakinya di tompangkan di atas pegangan sofa.

"Akhirnya kamu datang, mas." ucap Ambar.

"Dimana gamis-gamis nya?" tanya Muzzaki. Muzzaki melirik kearah koper Alizeh, dan mengelus dada melihat hal itu. Muzzaki mendekati koper Alizeh, lalu mulai membingkai pakaian-pakaian yang menurutnya tak pantas digunakan Alizeh.

"Papa mau kemana in baju-baju aku?" tanya Alizeh heran. "Biarin, Pa." lanjutnya.

"Papa mau bakar baju-baju ini. Baju ini nggak pantas buat kamu!" jawab Muzzaki sembari menggeret koper Alizeh ke halaman belakang rumah.

"Jangan, Pa!" cegah Alizeh, namun nihil. Ia tak bisa berbuat apa-apa jika Muzzaki sudah bertindak.

"Mang Asep, ambilin korek!" titah Muzzaki berteriak. Seketika Mang Asep langsung tiba dengan korek api di tangannya.

HIJRAHNYA ALIZEH [ON-GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang