vii. semua itu layak, untuk jatuh cinta.

518 92 5
                                    

    •    •    •

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

    •
    •
    •

   "Liat deh cewe sama cowo itu, Mirel kan ya? sama siapa?"

    Kedua Netra Una di ajak untuk melihat objek yang dibicarakan, tepat di ujung meja kantin, di jam makan siang sepasang remaja yang terlihat kasmaran saling melempar rayuan kemudian satunya merona, pemandangan itu harus sembunyi-sembunyi sebab pengawas bisa datang dan memergoki kapan saja, maka interaksi lawan jenis sangat sulit terjadi disini.

    Tapi tidak menutup kemungkinan juga, banyak muda-mudi yang berani terang-terangan memperlihatkan jatuh cinta nya, seperti sekarang Mirel— ketua kesehatan asrama putri, itu sedang di landa rona merah remaja atau mereka sebut dengan jatuh cinta, nampak senyuman malu-malu khas pemula yang baru.

    "interaksi mereka, lucu" hanya itu komentar Una.

    Athala pun tersenyum, lantas menopang dagunya dengan sebelah tangan lantas berkhayal sebentar memikirkan skenario palsu hanya ingin merasa bahagia sesaat, tapi tak apa itu menyenangkan walaupun yang melihat itu— Una, gadis itu bingung dibuat nya.

     "Praja mau ga ya? gue rayu ampe pipinya merah, pasti cantik tuh anak kalau salah tingkah" ucapnya dengan bayangan senyuman dari lelaki kesayangan nya itu.

    Tersedak lah Una saat meneguk air putih hangat, di pukul pelan dadanya hingga nafasnya kembali normal. Menatap Athala yang masih berada di posisi sempurna itu membuatnya mengeleng "gue kira pikiran lo tuh bermanfaat, tapi ga jauh dari mimpi sesaat"

    "iya ya? praja mana suka sama gue dia anak nya berprestasi menjauh segala potensi masalah yang terjadi, sementara gue? Sumber masalah kayanya"

    "merendah banget bahasanya, mana percaya diri lo yang gue liat selama ini?" ucap Una sembari merapihkan sisa makan mereka karna Athala seolah tidak ada inisiatif membereskan anak itu sibuk merancang mimpi nya sesaat.

     Dengus nya gusar, dengan kurva bibir yang terlihat murung ia berkata "lagi ga percaya diri, pesimis soal nya Praja deketin Dea gimana gue gamau nangis"

    "Preman sekolah ini bisa juga nangis"

    "Preman juga manusia, bukan Superman yang dirancang jadi manusia super tahan banting, singkat nya gue manusia ya Una"
 
    mendengar deklarasi rapuh yang di kemas rapih dalam tameng hanya manusia Una hanya terkekeh, mungkin kalian tidak akan percaya kalau hal-hal kecil yang Athala lakukan kepada praja itu murni bukan main-main, hanya rasa gengsi nya saja yang memberi ungkapnya bahwa 'buat praja kesel itu, kesenangan nya sesaat' tapi kadang ada waktunya Athala jujur dengan perasaan nya, seperti saat ini.

    "Kalau lo pesimis sama Ka praja, masih ada Ka Nakula kalau lo lupa?"

    Mendengar itu seperti dijatuhkan di dalam sebuah mimpi yang di rancang, Athala yang yang sedang membayangkan tiba-tiba terguncang begitu saja, kedua alis nya menukik tajam menatap Una kesal bukan kepalang.

    "anjing?? ngajak ribut lo Una?"

    Mendapat respon emosi dari Athala bukan nya takut Una malah terkekeh geli.

    "gitu-gitu juga mantan lo, lo pernah gamon sama dia kalau lo lupa"

    "tapi gue mau nya lupa??"

    "gue liat-liat Ka Nakula juga masih nyimpen rasa sama lo thala"

     "terus peduli apa gue?"

     Sahut-sahutan yang tiada henti itu membawa pada tawanya sendiri, lihat saja Una yang nampak puas dengan jawaban malas dari Athala kalau Athala sangat jago membuat dirinya merona karna digoda tentang Antalas maka Una adalah jagonya membuat Athala yang minim kesabaran itu emosi dibuat nya.

    "ngga harus lo peduliin sih"

    "bener, tujuan gue kan sekarang praja seorang" ucap nya dengan percaya diri yang tinggi, tapi percayalah itu hanya sesaat terjadi sebelum gadis itu murung kembali "bisa ga ya dia mandiri suka sama gue nya?"

    "ah, percaya diri lo lenyap gitu aja karna hal pesimis, mana jiwa remaja lo thala?"

     "bilangin sama praja, tolong hidupin jiwa remaja gue dengan dia yang memberi afeksi rasa balik!" pekik nya gusar, jatuh cinta nya buat pusing sendiri.

     lagi-lagi tawa yang Una ekspresikan, karna melihat brandalan sekolah yang merana karna jatuh cinta itu hal yang jarang di lihat.

    "coba lo bilang ka praja, gue liat-liat gada hormat lo sama Kaka kelas seenaknya aja manggil nama, so akrab ah" katanya, mengingatkan gadis berambut pirang itu.

    Namun Athala malah tertawa renyah mendengar nya, cepat sekali raut gadis ini berubah "ah elah, cuman beda dia doang yang makan nasi duluan. lagian manggil embel-embel Kaka atau teteh ga jadi patokan buat gue, buat apa doang? Formalitas untuk hormat?"

    "teh Antalas kalau ngeliat lo nyebut Kaka kelas cuman pake nama doang, suka sinis tau. gue ga enak lihat nya"

    Oh, alasan sederhana ya? takut buat orang terkasih nya itu gundah, Athala jadi mau tertawa sedikit di buat nya.

    "bukan gaya gue Na, kapan-kapan dah kalau gue jadi budak kantor baru gue mau tobat demi formalitas untuk hormat, sekarang gue gamau diperbudak dengan senioritas gue pengen ngga ada yang namanya posisi atas atau bawah. lagian seperti yang gue bilang kelebihan nya cuman dia makan nasi duluan dari gue, takaran hormat menurut gue ga perlu pake embel embel sebutan teteh atau kakang, lebih dari itu menurut gue hormat harus ditunjukkan dengan sikap, terserah lo mau bilang gue pendek pikiran atau apapun itu tapi ya gue cuman mau lagi merasa zona gue selayak nya remaja yang ingin hidup bebas, sebelum nanti gue jadi budak kantor yang harus tau aturan" jelas nya, Una paham pola pikir Athala yang selalu beda dari yang lain nya.

   "ya itu terserah lo sih, gue cuman mengigat kan" Ucap nya lantas menatap Athala dengan senyum nyaris sempurna, di lanjutkan nya sebuah amanat yang terucap dari bibir ranum Una "ngomong-ngomong, tentang kang praja, kalau memang rasa lo serius yaudah maju duluan, lo punya prinsip yang harus ngejar ga harus laki-laki aja kan? maka dari itu perjuangkan kalau emang buat lo bahagia, dan mundur teratur kalau buat lo menderita. gue tau pikiran lo luas dan ngga membelenggu pada prinsip cowo yang harus mengejar kan? semangat ya remaja, kata lo kan semua layak untuk jatuh cinta?"

    "saran dari lo gue bakal resap dengan seksama, ngomong soal perjuangan lo juga Sabi kali perjuangin Antalas" ucap Athala dengan senyuman lebar nya.

   Hanya ada segurat tipis di bibir kecil Una, Lo dan gue beda thala— lo di pandang wajar, sementara gue di ucap kurang ajar karna berani melawan ketetapan norma dan tuhan.

LOKAMADYA

[✓] LokaMadya | JiminJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang