xiii. ia pun tak paham.

405 75 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



   “kalau karya di buat hanya untuk kesenangan belaka tanpa ada makna, kenapa ngga sekalian saja main di wahana?” itu tanggapan yang terlintas dalam benak Una, kala berdiskusi dengan Antalas.

   Mata yang lebih tua itu tidak berkedip, bahkan sedetik pun tidak. Una? jangan tanya bagaimana rasanya seperti bermain pada wahana maka terombang-ambing lah dia kemana pun dibawanya, tapi Una ingin mengambil sikap profesional agar tak terlihat aneh, kan tidak wajar jika dilihat orang mata manusia awam yang tidak mengerti akan di anggap nyeleneh padahal perihal rasa kan ngga ada yang aneh, ah tapi Una begini saja udah cukup ko, cukup bahagia.

    "Ann, menurut mu bagaimana?"

    Antalas yang asyik mendengarkan Una itu langsung membelalakkan matanya terkejut "perihal karya? makna atau wahana?"

    "itu kan pendapat ku, pendapat mu maksud nya"

    Antalas pun mengaguk, lantas menatap buku yang ada di meja taman itu "menurut saya sesederhana apapun karya itu pasti seorang seniman memberi sentuhan makna dari nurani nya, jadi apapun bentuk nya jika itu tercipta dan dia berucap sebagai karya maka itu layak disebut karya karena apa? karena ntah itu senang atau sedih semua nya memiliki makna yang dicipta oleh sang pembuat"

    "jadi kalau batu hanya diberi setitik cat putih itu karya menurut mu Ann?"

     "Jika memang punya makna, walaupun itu hanya untuk kesenangan semata itu layak di sebut karya menurut saya" itu jawab nya.

     Una pun mengaguk, paham atas pola pikir Antalas yang sangat bersebrangan dengan nya, tapi ini yang Una suka Antalas selalu menghargai apapun perihal yang di ucap nya meski itu bertolak belakang sekalipun, ia tetap akan mendengarkan hingga akhir dan memberi pembenaran lewat sudut pandang nya tanpa penghakiman itu salah atau tidak.

    Una, una yang terlalu jatuh atau sikap Antalas yang selalu membawa nya larut?.

     Dalam dekap dingin angin malam di jam delapan, obrolan yang masih saja di zona itu ; buku juga resensi dan berbagai perspektif masing-masing dari mereka kemudian mencari jawaban atau persamaan dari pola pikir keduanya, ini mungkin sangat membosankan bagi sebagian orang dan kegiatan yang membuang-buang waktu, tapi nyata nya tidak.

    Tidak ada yang terbuang dari empat hari belakangan ini, semua nya terasa punya makna tersendiri ada kala nya keduanya heran mengapa frekuensi mereka yang berbeda pola pikir nya bisa terhubung dengan begitu apik.

    "ah, iya aku paham— semua punya makna kan?, punya makna ntah itu di buat nya hanya untuk kesenangan semata, tapi pasti ada yang mendasari itu dan pasti juga ia yang membuat akan memaknai itu" jawab Una paham, ia mengubah sudut pandangan nya karna ucapan Antalas, terimakasih mungkin akan Athala ucapkan dan kaget juga mungkin si pirang teman nya yang dikenal berkepala batu ini mudah mengerti dan merubah sikap nya yang idealis, jika Athala tahu mungkin gadis itu akan di ledek habis-habisan, terlalu jadi budak cinta itu ledek nya.

[✓] LokaMadya | JiminJeongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang