•
•
•20 Desember 1997, tanggal penting selanjutnya yang akan ia jadikan festival mandiri dalam benak Una di tahun 2022 kini.
Namun dibalik itu, kalian harus tahu mengapa hari itu menjadi festival apik yang di simpan rapih sebagai nostalgia manis yang kini hanya bisa di rindukan dalam diam.
Kala itu, awan yang di lukis tuhan itu sedang indah-indah nya menampakan jingga yang temaram, warna nya pekat dapat di definisikan sebagai karya yang tiada banding indah nya. matahari yang mulai lelah memilih rebah dan menyambut bulan sebagai pengganti nya. tapi belum secepat itu, belum. semuanya masih dalam proses dan kini proses nya itu di tatap kagum oleh seorang raga mungil yang menatap pelataran langit itu kagum.
Katanya, tunggu saya di depan ruang dewan.
Itu pesan yang tadi mampir, saat mengambil makanan di siang hari— Athalah meledek nya bak pujangga cinta, padahal di dalam surat nya tak sebaris pun tertulis bait puisi romansa atau sekedar menguratkan tulisan yang mengarah pada frasa cinta, itu semua tidak ada yang tertulis hanya sebuah pesan ajakan seperti yang di janjikan beberapa hari lalu, untuk membedah buku yang dibaca.
"Una, ga bareng sama Athalah?" Suara lembut dari seorang lelaki yang Una tahu kalau itu adalah senior nya, yang lebih orang tahu sebagai ketua dari asrama putra siapa lagi kalau bukan Rian, pria itu tersenyum lembut saat Una balik menatap nya dengan sapaan ramah nya.
"ngga hehe, kenapa ka?"
"oh kirain bareng sama thala, soalnya katanya Nakula nyariin mau ketemu di belakang kolidor sekolah" itu pesan nya.
Una pun mengaguk, ntah ini firasat buruk atau tidak yang jelas sudah pasti akan ada adu mulut atau memar di antara keduanya yang emosi nya minim itu, siapa lagi kalau bukan sepasang mantan kekasih ; Athala dan Nakula, predikat mereka sekarang sudah seperti musuh abadi yang tidak ada kata damai sama sekali.
"dari tadi aku ngga ketemu athala ka, lagi ada dispensasi voli dia nya kan sebentar lagi mau ada lomba voli mewakilkan kota kan ya?" Jelas Una, Rian pun mengaguk kemudian menghela.
"nitip pesen deh Ka Rian sama Una"
"apa ka?"
Rian pun tiba-tiba saja menghela, dan menggaruk kepala asal dan menatap Una "Batasin interaksi Praja sama Athala" itu pesan nya, seketika Una pun terkejut, tentu saja ia tidak akan mau. Tidak ada hak dan untuk apa juga?
Melihat raut bingung dari gadis berponi itu Rian tersenyum kikuk, lantas menghela kembali— raut nya sengsara itu yang dapat di deskripsikan lantas ia berucap kembali "Praja sama Dea udah bilang katanya mereka saling suka, tandanya menjadi kekasih kan?"
Deg!, tak salah kan kalau Una pun ikut merasakan patah? bukan tanpa sebab selama ini Una adalah saksi dari jatuh cinta Athala yang paling serius, sebab patah hati nya kemarin Athala bilang bahwa ia tidak ingin jatuh cinta lagi untuk menyakiti diri, nyatanya takdir selalu tidak selaras dengan tujuan ; hadirlah seorang Praja membuat arah nya berubah jalan. dari yang takut cinta kini Athala sangat gemar bersilat lidah barang sejenak untuk mengungkapkan rasa sayang dengan sudut pandang yang buat Praja tidak nyaman, tapi Athala suka— semua tentang Praja Athala suka, sama hal nya seperti yang Athala, rasa Una pun begitu hanya perbedaan nya biar Una simpan apik, tak perlu di suarakan atau di pantik karna ia lebih suka mengagumi wanita cantik itu dan menyimpan nya jadi senyum untuk esok agar ia bahagia kala ia menyambut matahari yang terik.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] LokaMadya | JiminJeong
Fanfictiona jiminjeong fanfiction, Indonesia au ; warn gxg content. "ann, sederhana nya kamu si penyuka sendu dan pemandu rindu namun kamu membuat aku jatuh dan tak bisa bangun dari mimpi indah tentang kamu" - lukisan frasa niku untuk wanita cantik kecintaan...