Ada yang menyusup halus, sebuah rasa yang tak ingin kupahami karna hanya akan menyakiti. Namun, akupun tak sanggup mengusirnya pergi, hingga akhirnya berdiam dalam hati.
***
"Assalamualaikum." kata Husna.
"Waalaikumsalam." balas Abibah.
Husna duduk di hadapan Abibah, entah darimana Abibah mengetahui nomor telpon Husna, ia meminta untuk bertemu dan disinilah mereka sekarang. Duduk berhadapan seperti dua orang asing, lama tidak ada yang bersuara hingga akhirnya Abibah memutuskan untuk memulai percakapan.
"Terima kasih sudah mau datang." ucapnya.
"Sama-sama." balas Husna, "bagaimana keadaanmu?" lanjut Husna, ia tidak bisa menahan diri untuk menanyakan keadaan sahabatnya, ah salah mantan sahabat.
"Aku baik-baik saja, sebelum bertemu denganmu lagi." kata Abibah sinis.
Lama Husna menatap Abibah, wajahnya lesu, kesedihan terpancar jelas diwajahnya. Tak bisa dipungkiri rasa sayangnya pada mantan sahabatnya itu masih ada, tak jarang ia mengenang kembali keakraban mereka dulu. Ya, itu dulu sebelum negara api menyerang.
Husna menghela napas pelan, "Abibah," pelan Husna menyebut nama sahabatnya.
"Apa? itu benar, sebelum bertemu denganmu hubunganku dengan bang Rayhan baik-baik saja, tinggal selangkah lagi hubungan kami akan berlanjut ke arah yang lebih serius." kata Abibah penuh emosi.
"Lalu aku salah apa? aku nggak pernah merayu bang Rayhan agar tertarik denganku, bahkan saat bang Rayhan melamarku pada Ayah aku menolaknya." kata Husna.
Wajah Abibah berubah pias, "a ... apa?" Ucapnya lirih dengan suara terbata.
"Bang Rayhan sudah mencoba untuk melamarku, dan aku menolak, selain karena aku nggak ada hubungan apa-apa dengannya, aku juga masih memikirkanmu." jelas Husna.
Melamar?" Ucap Abibah shock. Kedua tangannya mengepal, dadanya bergemuruh, "Seharusnya kamu menjauhinya, Husna." kata Abibah.
"Sudah kulakukan. Nggak cuma bang Rayhan," kata Husna, ia menatap Abibah tajam. "kita juga semakin jauh. Apakahpersahabatan kita sudah nggak ada artinya lagi?" kata Husna.
Abibah memalingkan wajah, ia tidak mau melihat Husna. Apa yang diucapkan Husna benar adanya, tapi ia tak mau mengakuinya. Ia sangat mencintai Rayhan, Rayhan adalah cinta pada pandangan pertamanya. Sejak pertama kali ia menginjakkan kakinya di kampus sebagai calon mahasiswa baru.
Begitu melihat Rayhan yang saat itu sebagai salah satu panitia penerimaan mahasiswa baru jantung Abibah berdetak cepat, pandangannya tidak lepas dari Rayhan, dan sejak saat itu juga Abibah mencintai Rayhan. Segala usaha ia lakukan supaya bisa lebih dekat dengan Rayhan, supaya Rayhan bisa melihatnya. Hal itu hampir saja ia dapatkan sampai akhirnya Husna hadir ditengah mereka.
Semua berubah, Rayhan mulai tertarik pada Husna dan mulai saat itu juga Abibah membenci Husna.
"Apapun itu aku mau kamu menjauh dari bang Rayhan." kata Abibah tajam. Ia berdiri lalu meninggalkan Husna.
Namun, saat Abibah melewati Husna, Husna menarik tangan Abibah, dengan suara tercekat Husna berkata, "apa kamu benar-benar melupakan persahabatan kita?"
Lama Abibah terdiam, lalu dengan pasti ia memegang tangan Husna, mata mereka bertemu. Husna menatap Abibah dengan penuh harapan sedang Abibah menatap Husna dengan penuh kebencian. Abibah menepis tangan Husna, ia berlalu begitu saja.
Tanpa sadar Husna menangis, menangisi kisah persahabatannya yang berakhir dengan menyedihkan. Dada Husna seperi terhimpit batu besar, sesak. Beruntung mejanya
berada paling pojok jadi ia bisa menangis dalam diam.***
"Apa yang kamu lakukan di sini?"
Chelsea terkejut mendengar suara Dhangku. Ia langsung berbalik, untuk sesaat ia merasakan tatapan tajam dari Dhangku. Membuat tubuhnya beku seketika.
"A ... aku, mmm tante memintaku untuk memanggilmu." Kata Chelsea. Gugup, tapi tatapannya tidak lepas dari mata tajam itu. Aura yang sangat berbeda ia rasakan, ia merasa tidak mengenal lelaki dihadapannya. Dhangku benar-benar lelaki dewasa yang sangat tampan, berkharisma. Saat ini ia terlihat menakutkan tapi disisi lain ia sangat menyukainya. Chelsea terkejut dengan perasaannya ini. Ia sangat terpukau sampai tidak sadar bahwa Dhangku tengah memegang daun pintu kamarnya.
"Sebaiknya kamu keluar, aku mau ganti pakaian. Atau kamu mau tetap disini?"
Ucapan serta tatapan sinis Dhangku membuat Chelsea merinding.
"Aku tunggu di bawah." Kata Chelsea cepat sembari berjalan ke arah pintu.
"Tunggu,"
Chelsea berhenti tepat beberapa senti dihadapan Dhangku. Dadanya semakin berdetak kencang, aroma lelaki itu setelah mandi sangat menyegarkan.
"Ini milikku." Dhangku meraih gelangnya yang berada ditangan Chelsea. Setelah gelangnya berpindah Chelsea segera meninggalkan kamar Dhangku.
Dhangku menggenggam gelang hitam miliknya, lalu menutup pintu kamar.
***
"Apa ini?" Kata Abibah shock melihat selembar surat yang diperlihatkan ayahnya.
"Itu surat pengunduran diri Rayhan."
"Ayah nggak boleh menerima surat ini, tolak ini ayah." Kata Abibah panik.
"Nak, berhentilah. Rayhan tidak memiki perasaan yang sama denganmu." Kata ayahnya.
Abibah merobek surat itu, "lakukan apa saja, Ayah, kumohon, jangan biarkan bang Rayhan keluar dari perusahaan ini. Ayah telah banyak membantunya." Abibah memohon pada ayahnya.
"Dia juga telah melakukan banyak hal untuk perusahaan."
Abibah menjerit histeris.
"Abibah tenang, jangan seperti ini lagi." Kata ayahnya.
"Pokoknya Bang Rayhan nggak boleh keluar dari perusahaan ini, lakukan semua yang ayah bisa, please." Kata Abibah menangis.
"Sayang, kamu harus menerima ini, nggak semua hal yang kita inginkan harus kita dapatkan. Di dunia ini, kita hanya bisa berusaha, apapun hasilnya harus kita terima."
Abibah menggeleng keras, "pertahankan bang Rayhan disini, untukku, ayah." Kata Abibah sebelum keluar dari ruangan ayahnya.
Beberapa karyawan melihat ke arahnya, sesaat setelah Abibah masuk ke ruangannya, suara bisik-bisik langsung terdengar.
"Hhhh." Abibah menghela napas, ia duduk dikursinya. Diraihnya sebuah bingkai foto yang terletak di atas meja. Foto dirinya dengan Rayhan dalam sebuah rapat, mereka tersenyum. Hanya foto itu yang ia punya, Abibah meraba permukaan bingkai itu lalu melemparnya keras.
"Kenapa? Setelah perjuanganku selama ini, kamu bahkan nggak mau memberikan sedikit ruang dihatimu. Sedikit saja bang Rayhan, aku nggak meminta banyak. Tapi ... kenapa, kenapa?" Lirihnya. Ia menangis tanpa suara, betapa menyedihkan dirinya. Sekarang semua orang akan menertawakannya.
Setelah puas menangis, Abibah mengelap wajahnya yang penuh dengan air mata, sembari tertawa Abibah berkata, "semua ini karena Husna, andai saja kamu nggak datang jadi sahabatku, andai saja kamu nggak pernah ketemu bang Rayhan, andai saja aku menghalangimu bertemu dengannya waktu itu." Ucapnya dengan penuh kebencian.
***
Apa kabar pecinta Dhangkuuuuuu?
Maaf ya ceritanya ikut ppkm selama 😭😭😭
Insyaallah mulai apdet lagi 😁😘🙏🙏🙏
Polow2an yuks ig dewie_sofia, tik tok desofie ya 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Doa di Sujud Terakhir
SpiritualHusna Alikha Sarefi gadis berusia 20 tahun yang sangat cantik dan tutur sapanya yang sopan membuatny memiliki teman yang banyak. Ia sedang menempuh kuliahnya di sebuah universitas swasta. Kehidupannya hanya berkutat di kampus dan rumah. Hingga suat...