Lima belas

1K 123 46
                                    

Aku telah jatuh cinta padamu.
Ketika senyum jahilmu menatapku penuh cinta.

Aku jatuh cinta pada sosokmu, sosok yang entah bagaimana memenuhi pikiran dan menguasai hatiku.

Aku jatuh cinta padamu
Meski waktu tidak menjanjikan kebahagiaan, meski luka kan menjadi temanku.

Andai hati bisa menentukan kemana ia akan berlabuh?

Hingga hati, tak perlu merasa perih.

_Husna_

.
.
.
.
.
.
.

Husna melipat mukenanya, setelah menunaikan sholat ashar di masjid London Centre, salah satu masjid terbesar di kota London. Husna begitu kagum dengan masjid ini, sungguh besar, indah dan menurut informasi yang di dengarnya tadi, masjid ini selalu ramai di setiap waktu shalat.

Tidak hanya itu, banyak mahasiswa dan mahasiswi penerima beasiswa yang berasal dari Indonesia sering melakukan kajian bersama di sini. Husna berjalan ke luar masjid, namun saat akan keluar seseorang tidak sengaja menabraknya.

"Maaf," seru Husna reflek menggunakan bahasa indonesianya. Lalu setelah sadar ia segera mengucapkan maaf menggunakan bahasa inggris, khawatir orang yang ditabraknya tidak mengerti.

"I'm sorry mrs, are you okay?" Tanya Husna kembali.

Wanita paruh baya yang di tabrak Husna menoleh. "Kamu dari Indonesia?" Serunya senang.

Husna tersenyum, lega karena ternyata wanita yang ditabraknya orang Indonesia juga. Ibu itu terlihat sangat cantik, hijab berwarna merah maroon yang menutupi kepalanya semakin membuat wajahnya terlihat bersinar. Senyumnya penuh kelembutan. "Iya tante, saya dari Indonesia. Maaf, saya nggak sengaja menabrak anda." Ujar Husna penuh maaf.

Wanita cantik itu kembali tersenyum lembut, mengingatkan Husna pada Ibunya.

"Nggak apa-apa. Kamu gimana?" Tanyanya kembali pada Husna.

"Alhamdulillah saya baik-baik aja. Sekali lagi saya minta maaf."

"Kamu anak yang baik, cantik lagi." Pujinya.

Husna tersenyum malu. Baru pertama bertemu sudah memujinya astagfirullahalazim Husna beristigfar dalam hati, tidak baik bersikap takabur.

"Terima kasih. Anda baik sekali." Kata Husna.

"Oh ya, apa kamu sekarang sibuk?" Tanyanya.

"Kalau saya boleh tahu, ada apa ya tante?" Tanya Husna heran.

Wanita paruh baya itu menggeleng, "Bukan apa-apa, saya hanya sedang butuh teman mengobrol. Terus terang, saya agak capek karena harus ngomong inggris terus. Mana bahasa inggris saya seadanya lagi." Katanya sembari tertawa pelan.

Husna ikut tertawa.

"Bagaimana, kamu nggak keberatan kan?"

"Saya punya waktu tiga puluh menit tante sebelum kembali bekerja." Kata Husna sembari melihat jam tangan berwarna putih yang melingkar indah di pergelangan tangannya.

"Alhamdulillah, terima kasih, ayo nak kita ke kafetaria di depan." Ajak Ibu itu.

"Oh iya, maaf perkenalkan dulu, nama saya Husna tante." Ucap Husna memperkenalkan dirinya.

Wanita paruh baya itu menepuk keningnya pelan. "Astagfirullahalazim, saking bahagianya ibu sampai lupa mengenalkan diri." Serunya. "Panggil saja, ibu Rahma." Ucapnya memeluk Husna.

"Iya tante." Ucap Husna. Dalam hati, Husna berpikir bahwa ibu ini sangat baik, dan supel.

Mereka sampai di sebuah kafetaria, ibu Rahma memesan kopi dan beberapa kue untuk mereka.

Doa di Sujud TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang