Husna sedang membaca ulang materi yang di sampaikan dosennya di dalam kelas. Ia sedang malas saja untuk ke kantin atau sekedar duduk-duduk di taman kampus.
Selama menunggu pergantian mata kuliah selanjutnya, ia memilih diam di dalam kelas.
Husna tampak asik membaca dengan sebuah headset yang bertengger manis di telinganya.
Sampai kemudian sebuah notifikasi dari linenya berbunyi. Ia tersenyum begitu membaca pesan yang tertera. Setelah mengetik pesan balasannya ia kembali fokus pada bukunya.
Tak lama, satu persatu para mahasiswa dan mahasiswi masuk ke dalam kelas. Termasuk Abibah yang langsung mengambil tempat di sebelah Husna.
"Rajin amat" ucap Abibah. Husna tersenyum mendengar ucapan Abibah.
Orang tua Husna tidaklah sekaya orang tua Abibah yang merupakan pemilik sebuah perusahaan majalah islami dan juga beberapa butik pakaian muslimah.
Orang tua Husna hanya pemilik sebuah rumah makan yang cukup terkenal dan ramai pengunjung di kotanya, dan tidak memiliki cabang di manapun.
Sebuah rumah makan keluarga yang kini menjadi tanggung jawab ayah dan ibunya. Adik-adik Husna seperti dirinya dulu, akan ikut membantu sepulang sekolah dan pada saat liburan sekolah.
Husna hidup sederhana seperti yang orang tuanya ajarkan. Tidak boleh sombong dan iri hati melihat kelebihan orang lain. Diri yang sederhana dan peduli terhadap sesama adalah cerminan jiwa yang kuat. Itulah pesan Ibunya padanya.
Kelas yang sebelumnya masih ribut, kini mulai tenang karena dosen mereka sudah masuk dan memberikan quiz dadakan yang sontak membuat kelas kembali riuh.
Husna menyelesaikan jawabannya dengan cepat. Setelah mengumpulkannya pada dosen ia langsung keluar kelas.
Husna berjalan ke arah gerbang kampusnya. "Hai," sapa Husna pada Dhangku yang sedang menunggunya di sana.
"Hai. Bagaimana quizmu?" tanya Dhangku.
"Aman" jawab Husna sambil tersenyum.
"Pakai ini" Dhangku menyerahkan sebuah helm pada Husna.
"Mau kemana?" tanya Husna meraih helm yang di sodorkan Dhangku.
"Kita jalan-jalan" ajak Dhangku.
Husna mengenakan helm itu dan naik ke atas motor Dhangku. Husna mengerat ujung kaos Dhangku sebagai pegangan tangannya.
Dhangku memberhentikan motornya setelah sampai di parkiran. Husna turun dari motor dan menyerahkan helmnya pada Dhangku.
"Transmart" ucap Husna.
"Ayo" ajak Dhangku.
Mereka memasuki Transmart yang nampak ramai. Dhangku mengajak Husna ke arena bermain.
"Kita naik itu" tunjuk Dhangku.
"Enggak. Aku nggak berani" seru Husna.
"Ayolah. Jangan takut. Kau aman bersamaku" ucap Dhangku.
"Aku tunggu kamu di bawah saja ya" ucap Husna dengan tatapan memelas.
"Kamu harus ikut." Dhangku menarik Husna menaiki roler coaster.
"Aku nggak mau. Kita turun saja Dhangku" pinta Husna panik.
"Hei, lihat aku" ucap Dhangku menangkup wajah Husna.
"Jangan takut. Aku bersamamu, pejamkan matamu, genggam tanganku dan berteriaklah sekuat yang kau bisa. Kau mengerti?" tanya Dhangku.
Husna mengangguk dan mengikuti arahan Dhangku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Doa di Sujud Terakhir
SpiritüelHusna Alikha Sarefi gadis berusia 20 tahun yang sangat cantik dan tutur sapanya yang sopan membuatny memiliki teman yang banyak. Ia sedang menempuh kuliahnya di sebuah universitas swasta. Kehidupannya hanya berkutat di kampus dan rumah. Hingga suat...