Dua Puluh Enam

264 36 12
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Novel Hold Me masih bisa dipesan ya sobat-sobatku😍😘

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Novel Hold Me masih bisa dipesan ya sobat-sobatku😍😘
.
.
.
.
.
.
.
Berada disituasi seperti ini tidak pernah Husna bayangkan sekalipun dalam hidupnya. Mengetahui suatu kebenaran yang membuatnya hancur seketika.

Dgangku bertunangan dengan Chelsea, sahabatnya. Lalu bu Rahma, seorang wanita paruh baya yang baik hati yang secara tidak sengaja bertemu dengannya di London ternyata adalah ibunya Dhangku. Ibu dari laki-laki yang telah mencampakkannya. Oh, Tuhan, Husna sama sekali tidak bisa berpikir apa-apa karena terlalu shock, sepanjang acara minum teh sore itu ia hanya bisa diam. Memandangi potongan cheese cake dan secangkir teh miliknya belum tersentuh sama sekali. Sementara telinganya menangkap kebahagiaan dalam suara bu Rahma karena ia bisa bertemu Husna lagi.

Belum lagi Chelsea yang tidak berhenti bicara, menyatakan betapa bahagianya ia dengan kepulangan Dhangku, dan rasa tidak percayanya tentang perkenalan singkat Husna dengan calon mertuanya.

Dan laki-laki itu menanggapi setiap ucapan Chelsea dengan senang hati. Husna bisa merasakan setiap kali Dhangku memandang ke arahnya.

"Nak Husna, ayo cakenya dimakan dulu." Ujar bu Rahma sembari menyentuh pergelangan tangan Husna.

"Iya, Bu. Terima kasih." Ucap Husna

"Iya, Husna tadi kita cuma makan siang aja lo, makan sedikit biar perutnya nggak kosong." Kata Chelsea.

Husna meringis dalam hati, Chelsea, sahabatnya memang selalu memperhatikannya, meski sikapnya kadang kekanakan tapi ia orang yang peduli. Diulurkannya tangannya meraih cheese cakenya, Husna kesusahan menelan cakenya, ia segera meraih cangkir tehnya.

Husna meletakkan cangkir tehnya, lalu ia melihat ke arah Dhangku yang juga sedang melihat ke arahnya. Tatapan mata itu tajam dan dingin. Tatapan mata yang tidak pernah Husna lihat. Apakah Dhangku sangat membencinya?

Husna berdehem, ia mengalihkan pandangan, ia berbicara dengan bu Rahma.

"Kamu kenapa nggak pernah mampir ke butik, Tante?" Tanya Rahma.

"Maaf, Tante. Aku benar-benar belum sempat." Balas Husna dengan menyesal.

Bu Rahma terlihat antusias. "Pokoknya dalam waktu dekat kamu harus main ke butik tante. Chelsea..." bu Rahma memanggil Chelsea yang tengah berbincang dengan Dhangku disebelah mereka.

Doa di Sujud TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang