Bab 41

66 10 3
                                    

Suasana pagi yang sedikit mendung membuat Husna malas beranjak dari ranjang. Ia sibuk menscroll sosial media berwarna hitam miliknya, ia tertawa membaca komentar-komentar netizen yang sangat lucu atas suatu konten.

"Husna,"

Husna menurunkan ponselnya lalu melihat ke arah pintu.

"Ya, Bu?"

Ibunya tersenyum mendekati Husna, "Bapak pesan supaya kamu bisa bantu-bantu di warung." ucap Ibunya.

"Baik, Bu. Husna akan ke warung sekarang." Kata Husna.

"Ya, sudah siap-siap ya." Kata Ibunya.

Husna mengangguk, tak lama Husna sudah sampai di warung. Ia tersenyum, bahagia melihat warung makan milik orang tuanya ramai oleh pelanggan. Ia melangkah masuk dan entah karena terlalu senang ia tidak melihat salah seorang karyawan dengan nampan berisi minuman ditangannya ada di depannya, ia hampir saja menabraknya tapi kelihatannya karyawan itu cukup terampil, ia dengan cepat mundur tanpa menjatuhkan gelas-gelas minumannya.

"Ma....af." Husna tercekat ketika matanya bersirobok dengan mata karyawan itu. Untuk sesaat Husna yakin karyaean itu sama terkejutnya dengan dirinya, tapi dengan cepat ia berlalu menghampiri meja pelanggan.

"Ini mimpi." Ucap ini, perlahan ia mencubit lengannya sendiri, sakit. Ia terus memperhatikan karyawan laki-laki itu. "Ngapain Dhangku disini? Jadi pelayan? Dengan pakaian seperti itu dan satu lagi, kenapa wajahnya lebam?." Husna tidak sadar berbicara sendiri sampai sang Ayah memanggilnya.

Husna bergegas ke balik kasir tempat Ayahnya berada. "Ayah, dia karyawan baru? Sudah berapa lama?" Cecar Husna. 

"Iya, baru dia. Sini gantiin Ayah dikasir, ayah mau ke pasar dulu beli barang-barang. Jangan banyak bersantai." Pesan ayahnya sembari meninggalkan Husna dengan penuh pertanyaan.

Setelah beberapa langkah Ayah membalik badan, "dan jangan ganggu karyawan baru Ayah. Dia masih magang tiga hari, kalau kerjaannya nggak beres dia Ayah pecat."

Hah

Husna melongo mendengar ucapan ayahnya. Pikirannya berkecamuk, ia tidak konsen bekerja, ia mengawasi gerak gerik Dhangku. Husna kadang cemberut melihat pelanggan-pelanggan wanita yang kecentilan pada Dhangku. Jujur, meski menggunakan pakaian sederhana dan dengan wajah lebam seperti itu Dhangku tetap terlihat tampan.

"Ini wajahnya kenapa sih, Kak?" seorang remaja putri bertanya dan memegang wajah Dhangku, Dhangku tersenyum tipis sembari menjauhkan wajahnya. "Aku kecelakaan, kalian mau pesan apa?"  tanya Dhangku pada teman-teman gadis itu.

Dengan wajah kesal Husna menyibukkan diri dengan merapikan uang. Begitulah hati itu terasa sangat panjang dan menegangkan buat Husna. SEharian bekerja dengan Dhangku tanpa berbicara sedikitpun, setiap Husna ingin menanyakan sesuatu Dhangku akan menghindarinya. Bahkan saat warung akan tutup mereka belum sempat bicara. Di Rumah Husna bertanya pada Ibunya tentang Dhangku tapi Ibunya mengatakan ia tidak tahu apa-apa karena yang memilih karyawan adalah Ayahnya. Husna memtuskan untuk kembali ke kamar, ia tidak punya nyali untuk bertanya pada Ayahnya. Ingin menelpon Dhangku tapi ia tidak tahu nomornya. Akhirnya Husna memutuskan untuk tidak bertanya pada Ayahnya atau Dhangku.

Hari-hari selanjutnya Husna berusaha mengabaikan Dhangku meski sedikit sulit tapi ia berhasil melewatinya sampai suatu malam Ayahnya memanggilnya ke ruang tamu, dan sangat mengejutkan, disana sdah ada Dhangku dengan pakaian rapi dan sangat tampan, Husna menundukkan pandangannya lalu duduk disamping Ayahnya. Tangannya berkeringat, ia sedikt takut dan gugup.

"Ayah tahu tentang bagaimana hubungan kalian, Dhangku sudah menceritakannya pada Ayah." kata Ayah. 

"Ayah marah dan memberinya sedikit peajaran."

"Ayah," bisik Husna pelan.

"Aku nggak apa-apa Husna, aku memang pantas mendapatkannya." kata Dhangku.

"Aku tahu, kamu memang pantas tapi kasihan Ayahku, tangannya jadi kotor." kata Husna sewot.

Dhangku tersenyum canggung, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Jadi, bagaimana kelanjutan hubungan kalian?" tanya Ayah.

"Seperti kataku diawal, Om. Aku ingin melamar Husna." jawab Dhangku tegas.

"Apa?" seru Husna.

"Aku sudah bilang sama kamu sebelumnya, dan sekarang aku ada disini, ingin meminta izin pada kedua orang tuamu untuk melamarmu." jawab Husna.

"Tapi kita belum membicarakannya?" kata Husna.

"Husna sudah mendengar niatmu, dia akan mempertimbangkan dan menghubungimu nanti." balas Ayah Husna.

"Iya, Om. Terima kasih banyak atas waktu dan kesempatannya. " kata Dhangku bahagia, ia menatap Husna, "aku akan menghubungimu nanti." lanjut Dhangku.

"Besok kamu nggak usah ke warung lagi." kata Ayah Husna.

"Iya, Om. Terima kasih banyak, besok aku pulang, ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. Husna aku pulang dulu," ucap Dhangku sembari berdiri dan bersalaman pada calon mertuanya itu, boleh dong panggil calon bapak mertua batin Dhangku.

***

Tangan Husna gemetar, ia ragu menghubungi Chelsea, tapi hanya dengan Chelsea ia bisa bercerita dan meminta pendapat.

"Halo, Chel. Apa aku mengganggu?" Tanya Husna langsung begitu terdwngar suara Chelsea.

"Nggak, kenapa?" Balas Chelsea.

"Dhangku menemui orang tuaku."

"Benarkah? Bagus dong tapi kenapa suaramu ragu begitu?" Chelsea bisa merasakan keraguan Husna dalam suaranya.

"Aku nggak tahu harus bagaimana? Dia melamarku."

"Aaaaa...selamat Husna, akhirnya,ini kabar yang sangat membahagiakan. Kamu nggak usah ragu, aku percaya cinta kalian masih sama besar seperti dulu." Kata Chelsea.

"Aku hanya nggak percaya, semua ini...." Husna menarik napas panjang, "entahlah aku bingung."

"Husna, aku bisa melihat cinta di mata kalian, perjalanan kalian untuk sampai di titik ini tidak mudah, dan aku yakin ini kesempatan yang diberikan Tuhan pada kalian, shalatlah, minta lagi petunjuk sama Allah swt, biar nggak ada lagi keraguan dihatimu."

Husna tersenyum, "terima kasih sahabatku, kamu memang yang terbaik." Puji Husna.

"Sama-sama bestie, dah ya mau ibadah dulu sama suamik." Kata Chelsea sembari cengengesan.

"Kamu ya...."

Tut tut tut

Panggilan teleponnya terputus, Husna menggeleng kesal sekaligus tertawa, Chelsea sepertinya sudah bahagia dengan pernikahannya dan ya seperti kata Chelsea ia akan shalat meminta petunjuk pada Allah swt, berdoa dengan sebaik-baiknya disujud terakhir.

***

Assalamualaikum gimana kabar kalian bestie 😍 maaf ya lama 😭😭
Tinggal 1 part lagi ya Husna Dhangku tutup buku, lanjut menuju editing 😘😘😘











Doa di Sujud TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang