𝐬𝐭𝐚𝐲 𝐬𝐢𝐥𝐞𝐧𝐭

1.7K 148 0
                                    

Nyatanya, ini memang yang pertama kali bagi Ravael. Kedua jari Alex yang semula menggoda anal sempitnya itu ia masukkan perlahan,

"Akh, Sakit Alex,"

Tangannya yang bebas meremat kedua lengan Alex kuat. Alex meringis, "Just look at me, Rav."

Yang diberi titah segera menurut, netra itu kembali menyelami milik lawannya yang kini dengan gagah berada diatasnya. Sebelah tangan Alex yang menumpu kini mengelus pinggang Ravael perlahan, memberikannya secercah kenyamanan. Jari itu menerobos dalam sekali hentak,

"Akh! Sakit,"

Rematan itu menguat, ujung kukunya menggores kulit Alex. Pelipisnya ia kecup, bersamaan dengan jilatan pada ujung mata Ravael, lantaran dewi-nya menangis. Tangannya merambat menuju puting milik Ravael dan membelainya halus.

"Ahh, Alex, c-can you move?"

Mata sipit itu tersenyum, "As you wish, My Queen."

Perlahan kedua jari itu ia gerakkan, setelahnya temponya berubah dan ia lesakkan lebih dalam,

"Ahh, Ahh Alex, Ahh Slowly,"

Tepat, jari itu tepat menyentuh prostat milik Ravael,  Alex lesakkan jarinya di gumpalan daging itu berkali kali. Jari yang keluar masuk di lubang anal nya yang begitu sempit telah Alex ubah menjadi gerakan menggunting, melebarkannya untuk sesi selanjutnya, menuju nirwana.

Alex tarik secara cepat, menimbulkan rasa hampa pada anal Ravael. Penis milik Alex mengacung tegak, bergesekan dengan perut rata sang model rupawan.

Perlahan netra Ravael menelusuri tubuh atletis Alex yang berada diatasnya, tatapannya kini jatuh pada penis nya yang telah mengeluarkan precum. Ravael bangkit, tangan mungilnya menyentuh milik Alex.

"May i?"

Alex terkekeh, "Suck it, My Queen."

Ini pertama kalinya bagi Ravael.

Mengingat cerita pengalaman Helio yang ia simpan dalam memori otaknya, langkah selanjutnya Ravael mengecup ujung penis berwarna kemerahan dan menggoda twins ball milik Alex yang menggantung bebas.

"Rav, ahh, jangan menggodaku,"

Senyumnya mengembang, ternyata begini rasanya membuat frustasi lawan mainnya. Tanpa aba-aba penis yang berurat itu ia kulum sebagian,

"Shit, Ahh, Damn Ravael, you make me crazy,"

Bagian ujungnya yang tidak masuk ia urut sesuai tempo hentakan mulutnya. Alex meremang, ia merasa bangga, miliknya dikulum oleh sang pujaan. Menyaksikan sendiri mulut milik Ravael yang penuh akan penis nya, mata itu menyayu, dalam beberapa menit kedepan ia mengharapkan kewarasan masih berada disisinya. Rasanya, ia ingin menghancurkan Ravael saat ini juga.

"Ahh Ravael, don't,"

Penisnya mengembang, tanda ia akan keluar. Rambut itu ia jambak kebelakang, melepas penisnya dari kuluman Ravael. Dihadapannya, Ravael yang telah acak-acakan dengan liur bertetesan disepanjang dagunya benar-benar merusak pikirannya. Tapi ia masih waras, ia tidak ingin memberi kesan buruk sex pertama milik Ravael.

"Ready for the course, My Queen?"

"Fill me raw, Alex."

𝐋𝐨𝐰𝐤𝐞𝐲; NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang