𝐭𝐢𝐥𝐥 𝐦𝐨𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠 𝐫𝐢𝐬𝐞

1.7K 139 1
                                    

Alex kembali mengukung Ravael, satu tangannya menumpu, satunya lagi mengoles pelumas dan mengocok perlahan miliknya sebelum ia lesakkan ke anal Ravael.

Mata itu berkilat nafsu, Alex menggigit dan membubuhi leher milik Ravael dengan kissmark. Canvas yang semula putih itu kini terlukis mahakaryanya. Setelah ini, Ravael rasa ia membutuhkan cuti seminggu penuh. Kedua bibir itu kembali bertautan, penis Alex perlahan menerobos anal Ravael,

"Mpphh,"

Ujungnya telah masuk, air mata menggenang di pelupuk mata indah Ravael. Satu tangan Alex yang bebas memelintir puting miliknya, memberinya sebuah distraksi dari rasa sakit yang ia rasakan di bagian selatannya. Dalam sekali hentakan, penis itu memenuhi anal miliknya.

"Mpphakh!,"

Bilah bibir itu terlepas,

"Hiks, Akh, It's hurt Alex," Ravael mencicit.

Keduanya terdiam, membiasakan keberadaan benda asing yang baru saja tertanam dalam anal milik sang pujaan. Netranya bertatapan, mata rubah itu masih berkaca-kaca, pipinya ia halus perlahan,

"Hey, it's okay, or should we end it here? I don't wanna hurt you,"

Hanya gelengan yang Alex dapatkan. Ravael mengatur napasnya perlahan,

"M-move, Alex,"

Sebentar lagi, sebentar lagi keduanya merasakan nirwana. Penis nya ia hentak perlahan, setelah raut wajah milik Ravael rileks, temponya ia percepat,

"Ahh ahh, ahh Alex ahh, fasterhh,"

Erangan keduanya bersahutan. Peluh membanjiri pelipis keduanya, penis nya ia hentak semakin cepat. Ravael turut menggerakan pinggulnya ke arah yang berlawanan, ia harus berterimakasih kepada Helio nanti. Tangannya ia kalungkan di leher Alex, sesekali meremat atau menjambak rambutnya kasar.

Temponya dinaikkan, ujung penis nya ia tanamkan menuju titik terdalam Ravael,

"Ahh! There! Ahh Alex, Ahhh,"

Alex semakin gencar menggenjot anal sang pujaan. Penis nya terasa diremat, anal milik Ravael benar-benar terbaik,

"Ravael, ahh, you're really goodhh, ahh."

Tubuh yang terhentak itu meremang, pujian-pujian yang dilontarkan oleh Alex membuat nafsunya semakin menjadi,

"Wreck me, Alex ahhh, wreck me!"

Tubuh kecil itu Alex putar tanpa melepaskan tautan dibawahnya, Alex meringis,  "Akh!"

Ia melesakkan penis nya semakin dalam, menyentuh kembali prostat milik Ravael. Dalam posisi ini keduanya merasa penuh.

"Ahh ahh ahh, Alex ahh enak banget, ahh ahh,"

Tangannya sibuk memelintir puting milik Ravael, lalu turun mengelus perutnya yang rata. Tonjolan miliknya itu tercetak jelas dari luar.

Temponya tidak beraturan, prostat itu kian membengkak, penis Alex yang panjang selalu mengenai titik itu telak. Ravael merasakan nirwana.

Kenikmatan ini berlangsung lama, tangan Ravael meremat sprei hitam dibawahnya, ia rasa sebentar lagi akan menuju puncak nya,

"Alex, ahh ahh, i want to ahh c-cumhh,"

Penis milik Ravael ia kocok, mengikuti tempo yang ia bawa di anal nya, "Cumhh for me, My Queen,"

Badan Ravael meremang, hentakan itu dinaikkan temponya oleh Alex, "Alex, ahh ahh, im comingghh!"

Penis nya muncrat, cairan sperma nya mengenai tangan Alex dan bercecer diatas kasurnya, mencetak warna gelap yang terlihat dengan mata telanjang. Tubuhnya kini over sensitive, badannya kembali Alex putar tanpa melepaskan tautan untuk dihadapkan dengan wajahnya.

Penis nya Alex lesakkan lebih dalam, kali ini dengan tempo makin tidak beraturan, pinggul Ravael kembali ia gerakan berlawanan dengan tusukan pada anal nya,

"Alex ahhh terlalu dalamm ahh ahh,"

"Ahh Ravael sweetheart, jangan diketatkan,"

Netra itu bertubrukan, jantung keduanya kembali berdegup kencang, euforianya membuncah, Ravael rasa tubuhnya kini sudah terbelah. Tusukan di anal nya semakin dilaju cepat,

"Ahh Alex ahh sensitive ahh, ahh ahh Alex ,"

"Im cominghh, My Queen,"

Dalam 5 hentakan terakhir, penis yang membesar itu memuntahkan sperma nya di dalam,

"Ravael, ahh ahh, damnn ahh greathh,"

"Ahhhh Alex, shh ahhhh i feel warmhh,"

Alex segera merebahkan diri di samping Ravael, keduanya terengah, menetralkan detak jantung dan napasnya masing masing. Penis nya masih sedikit ia hentakan, menuntaskan cairan miliknya yang keluar sangat banyak hingga tidak dapat Ravael tampung. Sisa cairan itu menerobos keluar mengalir ke paha indah Ravael.

Perasaan hangat tidak hanya melingkupi bagian selatannya, tubuh yang polos itu saling mendekap dibawah selimut, diiringi rintik hujan yang kini membasahi bumi. Jarum jam telah mencumbu angka 4.45, lelah kini mendominasi keduanya. Netra milik Ravael perlahan menutup kala Alex membubuhkan ciuman di keningnya,

"Thank you so much, My Queen."

𝐋𝐨𝐰𝐤𝐞𝐲; NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang