two

463 94 15
                                    

"   Kenapa menyesal? Setiap kejadian
sudah terlebih dahulu ditulis
dengan alur terbaik oleh Tuhan. Dia yang
tahu kenapa ini harus begini, dan kenapa tidak begitu.   "

Rainy Days

Dengan langkah malas, Key menyeret sepasang kakinya menuju ke ruang OSIS. Sedikit kesal karena waktu istirahatnya yang berharga dan seharusnya ia gunakan untuk stalking akun-akun orang terdakwanya harus digantikan dengan menghampiri seorang kakak kelas. Hanya demi minta maaf.

Tidak fair menurutnya, tapi mau bagaimana lagi?

"Aduh pake ada kerus gue lagi. Duh duh, harus cantik! Napa tadi ga dandan dulu sih," sesalnya kemudian menyisiri rambut dengan jari sebisanya.

Di dekat ruang OSIS adalah ruang musik, dan ajaibnya, Key menemukan seorang Kak Tio sedang berada di sana. Nongkrong ganteng bareng Kak Jefri – temen segengnya Kak Rangga, dan Kak Kunto.

"Ehem, permisi Kaak!" sapanya lalu tersenyum semanis yang dia bisa.

Deretan cogan nih boss, sayang banget mau dilewatin. Tapi wajah datar Kak Rangga sudah terpampang nyata 10 langkah di hadapannya. Mau tak mau Key segera mempercepat langkahnya dan membungkuk sambil minta maaf di hadapan cowok dengan wangi maskulin itu.

Tak mendapat respon apapun dari si kakel, Key kembali menegakkan punggungnya.

"Caper banget! Buruan masuk! Kamu telat 2 menit 19 detik!"

🌬️  🌀🌀

"Kamu tahu kesalahan kamu apa?" tanya pemuda dengan seragam SMA rapi plus lengkap segala atribut itu.

Key yang awalnya menunduk untuk melihat ukiran meja lantas menatap sang lawan bicara, "I–iya, Kak!"

"Bagus! Memang saya sudah kasih tahu kesalahan kamu apa?"

Subhanallah salah lagi, kayanya gue lebih baik diem deh dariapada asal ngejeplak kaya gini. Pasti ni cecunguk juga ga akan ngelepasin gue gitu aja. Secara aja dia anak Judo, anak tonti pula. Ditegasin nih pasti. Capek-capek! Nyesel anjing gara gara Rohis gue jadi harus kemari.

"Kalo ditanya itu jawab!" sengak Kak Rangga.

Perempuan dengan surai hitam legam itu menunduk, "Maaf, Kak. Saya tidak tahu."

"Muka saya sehina itu sampai kamu ngga mau natap saya ya? Atau lantainya lebih menarik?" tanya Kak Rangga dengan nada sarkas.

Kentara sekali jiwa otoriternya, konsekuensi menjadi anggota dari grup pleton inti. Pasti kalau tidak dimarahin terus ya marahin orang terus. Hukum senioritasnya sangat tinggi di tonti. Salah satu, semua mengulang. Salah sedikit, semua kena. Solidaritas dipupuk, mental digembleng. Katanya sih gitu.

Key menghela napas kemudian memberanikan diri untuk menatap mata Kak Rangga secara langsung. Bodo amat, trabas aja lah anjing.

Lagian dia juga udah positif jadi buron gara gara nggak fokus di kelas tadi.

"Siap, Kak! Maaf saya salah. Saya tidak tahu letak kesalahan saya dimana. Mohon penjelasannya."

Laki-laki yang terpaut setahun dengannya itu mengangguk angguk lalu mengambil selembar kertas paling atas dari tumpukan berkas di mejanya. Dia membaca isinya sekilas lalu berpindah atensi pada Key yang duduk di kursi tamu. Matanya berpredasi.

"Cylania, kesalahan kamu yang pertama adalah melanggar aturan sekolah yang berisi di hari Senin wajib masuk sekolah paling lambat 10 menit sebelum bel pelajaran pertama berbunyi atau pukul 07.15."

"Kedua, melanggar tata tertib bab aturan berpakaian. Wajib memakai dasi berwarna abu-abu dan sabuk dari SMA Olympus. Dasi kamu dasi cowok, dan sabuk kamu bukan sabuk seragam."

"Ketiga, sepatu. Sepatu yang diperbolehkan untuk dipakai hari senin adalah wajib berwarna hitam. Dan kamu memakai sepatu putih. Mau membuat kebijakan baru, Cylania?"

"Siap, tidak, Kak!" seru Key dengan perasaan campur aduk.

Kak Rangga tersenyum miring lalu melangkah memutari kursi tempat Key duduk. Dia sepertinya punya banyak aturan tambahan untuk Key. Lihat saja.

"Rambut dengan panjang lebih dari sebahu wajib dikuncir atau dikepang agar rapi."

"Dilarang menggunakan gelang atau atribut semacamnya di sekolah."

"Bet nama, kelas dan sekolah dipasang di posisi yang sesuai."

"Kaos kaki sepanjang lutut untuk perempuan."

"Dilarang mengecat rambut."

Dengan perasaan dongkol yang akhirnya memuncak, Key berdiri dari tempatnya. Cewek itu memandang tajam ke arah manusia yang berstatus seniornya itu.

"Maaf ya, Kak! Saya tau pelanggaran saya banyak, tapi itu bukan urusan kakak. Saya kesini hanya untuk meminta maaf atas kejadian tadi pagi. Kalau tidak ada urusan lain saya undur diri. Permisi," ujarnya lalu berbalik hendak menuju ke pintu keluar.

Seseorang masuk, hampir saja Key menabraknya jika saja tidak ada yang menahan tangannya.

"Rangg, aku–"

Itu Rindi, kata orang-orang cewek ini adalah pacar Rangga. Tapi Key juga tidak tahu. Bukan bagian dari urusannya, jadi dia memilih tutup telinga tentang masalah mereka.

"Kamu bisa keluar, Rin? Lihat, aku lagi sama cewekku. Dia keganggu dengan kehadiran kamu."

Rindi melotot, begitu pula dengan Key. Tangannya masih digenggam Rangga.

"Kak? Aku?" masih dengan raut kaget, Key menatap Kak Rangga dan menunjuk dirinya sendiri.

"Iya, sayang. Sebentar." Tangan kanan cowok itu menangkap pergelangan Key dan menurunkannya, "Rindi, tolong ya tutup pintunya sekalian. Makasih."

Cewek yang masih mematung itu lalu tergagap, "I–iya, Rang. A–aku keluar dulu ya."

"Kak!"  Key hampir protes, Kak Rangga membekapnya karena Rindi belum sepenuhnya keluar.

"Rang!"

"Iya?"

"Cewek kamu cantik. Semoga kalian langgeng ya!"

Senyum remeh timbul dari bibir cowok itu, "Tentu aja, dia nggak bakal selingkuh dari aku."

🌬️ 🌀     🌀           🌧️🌧️🌧️

Hai, aku kembali🙂
Karena sedang ter - rangga rangga jadi aku putusin buat update🤧🙏

Dahlah gapapa sekali-sekali ngalah sama readers saya yang baik ini. Happy reading, and kalo ga keberatan boleh vote ya. Makasiii

Have a nice evening !

Rainy DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang