six

337 74 11
                                    

Double up, tetep semangat vote dan komen!
------

"Belajar dari hujan ; jangan lelah berbuat baik."

-Rainy Days-

Panasnya Jogja siang ini tak mampu melelehkan tekad Rangga yang memaksakan diri untuk datang ke kelas pacar—pura pura—nya. Key sedang mengerjakan tugas kelompok bersama Mahisa dan seorang siswa lain.

"Bisa bicara sebentar?" suaranya membuat perhatian seluruh orang teralih.

Key menatapnya dengan tatapan yang tak bisa diartikan, Mahisa menyenggol lengan sobatnya. Mengisyaratkan agar Key segera mengabulkan permintaan Rangga. Namun gadis itu tak juga pergi, malah kini ia menyibukkan diri dengan menulis ringkasan tentang kerajaan Kutai. Kudungga dan keturunannya.

"Cylania, bisa ikut saya?"

Si pemilik nama menulikan pendengaran, Rangga memasang tatapan dinginnya. Mahisa mencolek pundak Key, tapi gadis itu tak menanggapinya sama sekali.

"Cylania!"

Mahisa dan Dodi terdiam mendengar bentakan keras itu, mereka baru sekali melihat Rangga semarah ini. Setahu mereka Rangga itu tipikal dingin yang tak akan ambil pusing masalah sepele. Tapi begitu melihat api amarah cowok itu sekarang, mereka langsung menyadari bahwa dibalik cueknya Kanigarangga itu ada jiwa tempramental yang hanya keluar di waktu-waktu tertentu.

Kedua siswa kelas X itu memilih angkat kaki dari kelas, Mahisa menepuk bahu Key dua kali sebelum lari keluar kelas. Mereka tidak mau ikut campur.

Merasa geram karena sikap Key yang tak menganggap kehadirannya, Rangga merampas pulpen biru yang sedang digunakan cewek itu untuk menulis. Tetapi Key tetap diam, ia memilih mengambil pulpen warna lain untuk menggarap tugasnya.

Benar benar penerapan dari pepatah one problem, milion solution.

"Saya nggak suka sikap kamu kaya gini!" tunjuknya.

"Terus aku harus apa? Ngikutin kemauan kakak dan jadi bahan bully an kakak kelas? Kalo itu ngga dulu. Aku nggak tertarik," sinis Key masih fokus dengan tulisannya.

Rangga menendang kursi menimbulkan benturan yang memekakkan telinga. Key masih acuh.

"Kalo kakak masih sayang sama cewek itu, kejar. Bukannya kaya gini, balas dendam dengan ngelibatin orang lain yang ga tau apa apa. Kakak udah gede harusnya bisa nalar," ujar cewek itu santai.

Brakk!

"Tau apa kamu?!"

Key melirik wajah Rangga yang merah terbakar hawa emosi. Alisnya sedikit turun. Ia tahu Rangga selama ini masih diam diam memperhatikan Rindi atau siapalah itu namanya. Gerak geriknya terlalu kelihatan, sungguh, Rangga sangat parah dalam bidang itu.

Senyum Key terbit membuat pemuda di depannya makin panas. Pasalnya bukan senyum manis yang ditampilkan, melainkan senyum mengejek yang seolah menertawai Rangga. Menganggapnya makhluk bodoh.

Tapi bukannya memang seperti itu realitanya?

Bingkas dari posisinya, Key berjalan memutari meja dan menaruh satu tangannya di pundak Rangga. Ia tak gentar meski mata elang Rangga mengawasi segala pergerakannya.

"Aku tau, Kak Rangga masih pengen balikan sama Rindi."

"Ngga, sama sekali engga. Saya ga akan sudi menjilat ludah saya sendiri," potong Rangga dingin.

Key tertawa setengah mengejek. Cewek ini benar-benar keterlaluan, batin Rangga. "Menurutku, kalian itu cocok. Yang satu gengsinya setinggi langit, yang satu nggak punya harga diri."

"Jaga ucapan kamu!"

"Apa? Aku bener kan?" Wajah Rangga yang emosi dengan dada kembang kempis karena amarah menjadi hiburan tersendiri bagi Key. Ia sudah memikirkan ini matang-matang, Key tidak akan asal melangkah.

Ia tidak akan menyerang balik kalau tidak diusik duluan. Jadi, balas dendam karena sudah mengganggu teritorialnya bukan hal jahat bukan?

"Pasti kak Rangga pengen dia nyesel. Aku tau caranya."

🌬️  🌀    🌀

Suara ketepak sepatu  terdengar menggema dari arah tangga. Bunda menoleh mengamati putranya yang nampak kusut wajahnya. Rangga terduduk tanpa semangat di sebelah sang bunda. Tangan wanita itu tergerak untuk mengusap surai hitam lebat Rangga penuh afeksi.

"Kenapa? Mau cerita sama bunda?"

Rangga mendengus, "Kenapa cewek bisa berubah sifat dalam sekejap sih, Nda? Labil banget!"

Bunda tersenyum mendengar keluhan sang putra. "Rangga, perempuan itu berorientasi pada perasaan ketimbang pemikiran. Mereka mengambil keputusan sesuai suara hati, bukan perhitungan dan logika kaya laki-laki. Kalau dia berubah, itu pasti ada sebabnya. Kamu ada salah nggak? Atau mungkin dia lagi ada masalah sama yang lain? Kita nggak tau."

"Kalau Bunda boleh tau, kamu lagi dekat sama siapa? Akhir-akhir ini Bunda perhatiin kamu selalu begadang, pulang sekolah juga mukanya bete banget."

"Cylania," ujar Rangga singkat.

Walaupun tak mengenalnya, Halimah tetap mengangguk. Ia tau putranya, pilihannya selalu bagus—walau kadang kurang tepat. Rangga mengambil remote dan menyalakan layar kaca yang terpampang dengan tombol power. Bundanya berlalu ke taman kecil yang ada di belakang dapur.

"Kamu besok ada kerja kelompok kan? Jadi nggak?" tanya Bunda mengingatkan, sekilas setelah menbaca notes yang ditempel Rangga di pintu kulkas. Rangga berdehem.

"Bisa dong ajak Cylania itu main ke sini?"

🌬️   🌀      🌀       🌧️🌧️🌧️

Follow for more info !

Rainy DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang