" Seperti siklus air, hidup harus terus berjalan. Walau ada jatuh, nantinya kita harus berproses lagi karena ada masanya kita bahagia dan melayang seperti awan awan di langit. "
–Rainy Days–
Key menghempaskan tangan Kak Rangga, dengan wajah marah cewek itu kemudian membentak nyaring lelaki yang lebih tinggi darinya, "Kak Rangga apa apaan sih! Kak Rindi bisa salah paham sama kata kata kakak soal tadi, Kak! Kakak ngelibatin aku dengan masalah pribadi kakak kalo kaya gini!"
"Iya emang. Kenapa? Ngga suka?" tanya Kak Rangga dengan tatapan meremehkan.
Lagi, tatapan itu, Key rasa Kak Rangga punya dendam padanya. Tapi kenapa? Mereka tidak saling kenal sebelum ini. Tidak mungkin juga orangtuanya punya utang atau masalah dengan orangtua Kak Rangga lalu jadi masalah seperti ini, iya kan?
"Iya, aku nggak suka! Aku nggak mau ikut campur urusan Kak Rangga sama Kak Rindi. Sekarang kakak pilih, panggil Kak Rindi, atau aku yang ke sana dan jelasin ini semua?"
"Kenapa nggak jadi pacar pura pura saya aja?" celetuk Kak Rangga tiba-tiba.
Sontak membuat Key terperanjat, badannya mundur karena tubuh tegap Kak Rangga tiba-tiba condong ke arahnya. Jantungnya berdetak tak tentu arah. Ini tidak benar.
"A–apa? Kakak bercanda?"
"Sudah terlanjur. Pasti sebelum pulang sekolah semua orang bakalan denger kalau kamu itu pacar saya. Pegang kata kata saya." ujar cowok itu lalu berjalan menuju pintu.
Tangannya memutar engsel dan pintu itu terbuka, "Silahkan keluar."
Key kehabisan kata-kata, bagaimana bisa? Secepat itu? Dia tidak percaya.
"Kamu bisa hubungi saya kalau tertarik," ujar cowok itu tersenyum ramah dan mengusak surainya lembut. Key membeku di tempat.
"Sampai jumpa pulang sekolah nanti–" Kak Rangga melirik bet nama cewek itu, "Cylania. Nama yang bagus."
Sekarang dia tahu kenapa Kak Rangga bilang begitu. Di belakangnya ada sudah ada segerombolan cewek yang terkenal sebagai ratu akun gossip sekolah siap untuk mengintrogasinya.
🌬️ 🌀🌀Setelah melewati berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan dirinya dan Kak Rangga yang terhormat itu, akhirnya Key bisa kembali ke kelas. Ingin menangis saja rasanya.
Dia menunduk sepanjang jalan menuju ke ruang kelasnya. Rasanya jalan menjadi 10 kali lebih panjang karena siswa-siswi menatapinya dengan penasaran. Ini menjengkelkan sungguh, ia ingin protes pada Kak Rangga, tapi tidak. Itu hanya akan memperburuk keadaan.
Di kelas pun tak berbeda jauh, beberapa siswa langsung mengerubungi mejanya begitu Key duduk. Untung saja Bu Tiar segera datang dan mulai membagi kelas menjadi 6 kelompok untuk mengerjakan materi sejarah.
Kita harus berterimakasih kepada Mahisa yang dengan senang hati bertukar tempat agar Key mendapat kelompok dengan jumlah laki-laki lebih banyak. Murid putra di kelasnya tidak akan banyak bertanya, ia rasa. Yah meski di urusan presentasi dia dan Vania yang bertanggung jawab. Tapi setidaknya dia tidak perlu pusing memikirkan ocehan teman-temannya tentang gossip panas perihalnya.
"Kenapa?" tanya Key melihat Vania yang terus menatapinya.
Cewek dengan kacamata itu memicingkan mata. Tangannya masih menyangga kepala.
"Aku juga ingin punya ayang," ujarnya.
Key tersenyum dengan paksaan. Dia juga pengin punya ayang, tapi ngga gini caranya. Pacar insidental? Apa apaan ini? Ada juga ya pacar modelan begini?
"Nyari lah, Van. Susah amat, noh sama mas Ega sono!" dengus Key lalu menidurkan kepalanya di meja. "Ini mau gimana kerjainnya woy?"
4 manusia lain yang berada di meja belakang mereka ; Satria, Helmi, Ade dan Bagas tidak menjawab, sibuk bermain mobel lejen. Push MMR mumpung belum dekat pergantian season.
"Dahlah ga ada harapan."
Cewek itu menghela napas panjang, kalo ditilik dari tanda-tanda sih, bakal dia sendiri yang ngerjain. Ya sudah, nggak apa-apa daripada harus menanggapi pertanyaan pertanyaan dari geng gossip cabang kelasnya ya kan?
Tuing!
Notifikasi dari ponselnya berbunyi, satu pesan masuk dari aplikasi hijau.
Yudha 3
•Key, brg kncomu ya
•Aku arep ng bengkel,,Key mendengus, satu lagi cobaan. Mas Yudha anak SMK, sekolahnya yang merupakan sekolah kejuruan tentu mewajibkan siswanya untuk PKL selama satu semester. Dan sore ini Mas Yudha memintanya untuk nunut temannya karena dia harus ke bengkel.
Bali ngko tumbaske boba •
Ati" pkl e •• eleh boba koyo telek wedus e
|Ati" pkl e|
• yo ndes, makaseSu og •
Awas ga ditukokne •
Gak usah bali •
Nginep bengkel ae •Bibirnya mencebik, Mas Yudha memang sembletengan anaknya, tengil. Tapi kakak sepupunya itu baik, Key sering minta tolong Mas Yudha untuk memperbaiki sanyo di rumahnya yang sering error. Anak Teknik Otomotif malah disuruh mainan listrik. Ya sudahlah, emang harus bisa.
Hidup di Jogja itu, selain harus good looking, good rekening, juga harus good attitude, good wangsa, good nilai, pencapaian, tau adat dan lain lain. Ya memang kelihatannya ayem tentrem, tapi ada suatu sekat tak kasat mata yang mempengaruhi masyarakat. Tetangga namanya.
Omongan tetangga itu bisa menaik turunkan mental dan martabat sebuah keluarga beserta anak turunnya.
Ya pokoknya kaya, harus banget kita hati hati dengan polah / tingkah laku kita. Soalnya, kita berbuat benar saja belum tentu semua orang suka, apalagi asal melakukan alias sembrono.
Mengingat itu, Key menghela napas. Hujan kembali mendera bumi, menghantarkan hawa dingin yang mencubit kulit. Istirahat hampir tiba, Vania berdiri dari kursi, hendak menuju ke kantin.
"Kantin, Key?"
Key mengangkat wajahnya dari permukaan kasar meja dan menggeleng beberapa kali. Vania langsung meninggalkan kelas begitu melihat jawaban cewek itu.
Kelas kosong, hanya dirinya yang tersisa. 2 jam pelajaran lagi, dan dia akan pulang. Ayolah Key, kamu pasti bisa.
"Aaa, anjir anjir! Key! Kak Rangga anjir! Dia otw ke sini! Bangun lo bangun!" Anggun masuk ke kelas lalu menggebrak gebrak brutal meja Key.
Tapi belum sempat kepalanya terangkat, sepiring batagor plus jus alpukat mendarat di mejanya, diantar langsung oleh Kak Rangga. Cowok itu menarik kursi di seberangnya lalu duduk di depan meja Key.
"Makan," perintahnya sepihak, "Atau perlu saya suapin?"
"Kak, aku ga minta ini," lirih cewek itu.
"Inisiatif," senyum Kak Rangga, "Buat ngerayain hari jadian kita."
"Tapi aku nggak bilang iya—"
"Kamu bilang iya barusan."
"Kak Rangga, aku serius!"
"Saya juga nggak lagi ngelawak, Cylania."
Cewek itu mendengus keras, "Aku gamau jadi pacar kakak!"
"Yaudah, saya aja yang jadi pacar kamu. Selesai kan?"
🌬️ 🌀 🌀 🌧️🌧️🌧️
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Days
RandomThey deserve this, right? - Rangga tidak membenci Key, dia tidak punya alasan untuk itu. Tetapi Key merasa Rangga selalu menatapnya dengan esensi mengancam.