" Terkadang orang yang 'kita maksud' tidak masuk dalam kriteria kita, namun rasa kita ada padanya. Kenyamanan merupakan nilai utama dalam sebuah hubungan. "
–Rainy Days–
Rasanya Key ingin membanting barang di sekitarnya, masalahnya bahkan setelah pulang sekolah, problematikanya dengan Kak Rangga masih saja berlanjut. Setelah memaksa Key menghabiskan sepiring batagor dan jus tadi – berakhir dengan jus yang tersisa separuh, cowok itu kini membuntutinya hingga depan sekolah.
Pemilik nama depan Kanigarangga itu bahkan ikut duduk di bangku halte bersama Key yang sudah menahan diri untuk tidak marah-marah di depan umum. Mereka memang duduk bersebelahan, tapi tidak ada pembicaraan yang mengalir. Hanya ada badai di pikiran Key, sedangkan Kak Rangga, entah apa yang dia pikirkan.
"Kak Rangga pulang sana," ujar cewek itu pada akhirnya.
Dia sebenarnya malu, tapi dia sudah terlalu letih hari ini. Sebentar lagi Jay akan menjemputnya. Key cuma ingin mengurangi permasalahan yang timbul. Itu saja.
"Ngusir?" tanya cowok itu sambil menaikkan satu alisnya.
"Engga, tapi ini udah sore, Kak. Kakak ngga sibuk apa? Rapat gitu."
Bukannya menjawab, Kak Rangga malah menatapnya dengan tatapan intens. Dan itu sukses membuat Key tidak lagi ingin berkata-kata.
Ada apa dengan Rangga? Apa Key salah bicara?
Broom!
Sebuah motor honda PCX menghampirinya. Itu Jay. Key berdiri dengan gugup dan langsung menuju ke tempat Jay menunggunya.
"Pacar mu tah?" tanya Jay hati-hati.
Key mendesis, mengisyaratkan agar cowok itu diam. Perempuan itu naik ke boncengan lalu menepuk-nepuk bahu Jay agar segera menjalankan kendaraan. Setelah menyalakan mesin, Jay mengklakson pada Kak Rangga yang masih menyaksikan mereka berdua. Di dalam saku, tangan pemuda itu mengepal.
🌬️ 🌀 🌀
Sejak hari itu, Kak Rangga tidak lagi muncul di hadapan Key. Sempat bertemu sih di koridor menuju ke gedung olahraga, tapi tidak ada sapaan sam sekali. Key senang dia tidak lagi harus menerima perlakuan aneh cowok itu. Lagipula pada dasarnya kan Kak Rangga melakukan semua itu dengan alasan terpaksa, bukan tulus.
"Key, lo diliatin sama Kak Rindi dari tadi," bisik Mahisa saat mereka sedang pemanasan.
Setelah lari keliling GOR sekali, mereka diminta untuk melakukan warming up secara mandiri sebelum ke kegiatan pembelajaran yang inti. Cewek bernomer punggung 13 itu hanya mengangguk.
"Masih?" tanya Key sambil melakukan peregangan.
"Iya, arah jam 8."
Sambil sok sokan memutar pinggang, dia mencari cari wajah Rindi, dan benar saja cewek itu tengah menatapnya dengan terang-terangan. Bersama dengan gengnya tentu. Mental bawa kawan mana berani diajak bewan.
"Gausah tanggepin," ujar Key lalu berjalan ke arah teman temannya yang lain.
Mahisa mengangguk dan mengekor di belakangnya. Barisan dibentuk, Key berdiri di barisan terdepan. Bukan karena rajin, cuma, karena ga ada yang mau. Sering terjadi di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
"Olahraga kali ini bakal bapak jadikan kelas kalian dan kelas XI MIPA 3 jadi satu, soalnya Pak Guntur sedang diklat di Bantul seminggu kedepan. Pembelajaran kali ini diisi dengan futsal. Kalian sudah pemanasan kan?" tanya Pak Haris.
"Sudah, Pak!" Seru siswanya kompak.
"Bagus, sekarang siap siap. Yang main duluan yang putri. Yang cowok nanti saja, jam kedua sampai habis."
"Yess! Asik! Gas keun, Pak e!" Seru Tama antusias.
"Aku dukung Dek Mahisa!" teriak Helmi yang memang has a crush on Shania Mahisa Ramadhani.
Mahisa mengarahkan jari tengahnya ke arah cowok itu. Sebagian murid tertawa. Key mengambil tempat sebagai penyerang. Dia melihat Kak Rindi yang awalnya berada di depan gawang bertukar posisi dengan cewek yang berdiri di hadapannya.
"Cantik juga lo," ujar cewek itu lalu tersenyum miring.
Key berterimakasih sambil membalas senyum cewek itu dengan senyum manis. Otaknya berjalan lancar dalam situasi seperti ini. Rindi ini terlalu terbaca, strateginya murahan.
Setelah peluit dibunyikan cewek itu melakukan operan, kaki Rindi maju untuk menghalangi jalan Key. Tapi itu bukan masalah besar untuk Key yang biasa jegal jegalan dulu. Dia menjapit bola itu di antara kedua kakinya kemudian melompat miring melewati kaki Rindi.
Tim lawan tertegun, seisi gedung bersorak menyemangati dirinya. Rindi panas, cewek itu mengejar Key yang sedang mengontrol bola. Melihat sosok Rindi dari sudut matanya, cewek itu lalu berseru keras pada Vania dan mengoper bola padanya.
Vania yang merupakan mantan anak kelas olahraga di sekolah sebelumnya tentu sudah terlatih untuk menerima bola. Dengan cepat dia mencari ruang untuk menembak bola ke gawang. Bersama Mahisa dia akhirnya berhasil mencetak gol pertama.
"Mundur, Rin!" Panggil cewek dengan rambut bergelombang yang terikat tinggi, kalau tidak salah namanya Jingga.
"Ga, gue bisa!" sahut Rindi keras kepala.
Key tersenyum miring. Kembali diadakan operan, Vania menukik ke kiri saat Jingga dan Rindi menghadangnya bersamaan. Bola menggelinding mulus melewati sela keduanya, kakak kelas mereka yang menonton di pinggir lapangan berseru kecewa.
"Tt aja gede! Main bola kaga bisa!" seru Kak Gilang.
"Bangsat!" umpat kedua cewek itu lalu menghampiri Gilang dan memukulinya.
Bola saat ini berada di tengah-tengah antara Anggun, Untari, Kak Silva, Kak Fina dan Kak Hanun. Keroyokan.
"Anggun tendang! Oper Mahisa!" seru Key lalu berlari ke tengah lapangan.
"Aaa gimana gue ga bisa!" panik Anggun.
"Huu! Payah huu!" Provokasi cowok cowok kelas mereka.
"Ayo dong, Nggun! Tendang!" seru Mahisa yang gemas sendiri dengan cewek itu. Pen nggebuk rasanya.
"NGGIBAH DOANG PINTER, NENDANG BAL GA BISA! CACAT LO, NGGUN?!" Teriak Key.
Anggun yang tidak terima lantas merebut bola dan menendangnya kencang, pas sekali ke arah Mahisa. Para siswa tertawa melihat cewek itu ngamuk ngamuk, Mahisa memberi jempol kemudian mengantar bola itu ke arah Key. Cewek itu dengan cepat menendang bola itu ke arah Vania yang sudah dia minta untuk stay di daerah lawan.
Kesempatan bagus, karena sebagian pemain lawan berada di kawasannya. Vania tertawa keras kala berhasil melewati Rindi yang hampir menghalanginya dengan tangan. Dengan tendangan andalannya, dia membidik gawang dengan wajah optimis.
"GOOOOOL!"
"WUUUUUU! GOOOL!"
"KECE ABIEZZZZ!"
Key tersenyum ke arah Vania dan Mahisa lalu mengangkat jempolnya, "Good job, gurls!"
🌬️ 🌀 🌀 🌧️🌧️🌧️
Follow for more info !
Oiya, semangat buat yang lagi PTS! Semoga nilainya memuaskan, semoga ga pada remedi juga ya🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainy Days
RandomThey deserve this, right? - Rangga tidak membenci Key, dia tidak punya alasan untuk itu. Tetapi Key merasa Rangga selalu menatapnya dengan esensi mengancam.