3.2 CHOICES

1.6K 206 15
                                    

KEESOKAN HARINYA, DI CAFETARIA KANTOR HONGJOONG.

Pupil mata Hongjoong mengikuti pergerakan Mingi yang baru datang selepas mengambil makan siangnya. Pemuda tinggi yang mengusulkan ide bukan main semalam itu nampak tak melihat tengah diperhatikan oleh dirinya dan Yeosang yang menanti kelanjutan penjelasan yang tertunda semalam.

"Lo gak berniat ngomong apa gitu, Gi?"

Mingi mendongak setelah memasukkan sesuap makanan ke dalam mulutnya ketika mendengar Hongjoong bertanya kepadanya.

"Apaan?" tanya Mingi.

Hongjoong menghela nafas, harusnya ia tak berharap banyak dengan Mingi- ah, bukan Mingi saja, harusnya ia tak berharap kepada orang lain dalam masalah yang ia miliki. Sebanyak apapun ia memantapkan niatnya, dalam hatinya tetap ragu, haruskah ia benar-benar datang ke pesta penikahan mantan suaminya.

Yeosang dan Mingi adalah salah dua dari teman baiknya yang berpihak seratus persen kepadanya sejak hari pertama. Dan Hongjoong berterimakasih karena dua orang itu dengan rela hati ikut memikirkan solusi untuknya, meski ini bukan tentang mereka.

Pikiran itu juga yang akhirnya membuat Hongjoong sudah tidak menyimak obrolan dua sahabatnya, bisingnya kemelut di dalam kepalanya seperti membuat telinganya tuli untuk beberapa saat, sampai pertanyaan Yeosang yang akhirnya mulai masuk menyentuh gendang telinganya.

"Emang gak ada cara lain, Gi?" tanya Yeosang terdengar tak yakin kepada Mingi, sama seperti dirinya.

Hongjoong jadi ikut mengernyitkan dahinya setelah mendengar pertanyaan Yeosang kepada Mingi disela bincang saat makan siang itu.

"Percaya sama gue, deh. Gue setuju ide Hongjoongie Hyung bakal dateng. Selain biar semuanya cepet kelar, menurut gue ini waktu yang tepat buat bales dendam."

Hongjoong dan Yeosang bertatapan mata.

"Karena pembalasan terkejam kepada yang pernah nyakitin kita adalah dengan menjadi seratus delapan puluh derajat lebih bahagia dari sebelumnya." jawab Mingi. Ia kemudian beralih menatap Hongjoong. "Tapi... lo harus bener-bener nunjukin versi lo yang terbaik, Hyung. Kalo lo dateng dengan tampang acak-acakan, mereka bakal berpikir udah berhasil bikin lo hancur, lo gak bisa apa-apa tanpa dia."

"Tapi Hongjoongie Hyung gak acak-acakan."

Mingi menjentikkan jarinya.

"Tepat. Jadi dia gak perlu usaha apa pun."

Yeosang menatap Hongjoong sebelum Hongjoong mengendikkan bahunya dan memasukkan sesumpit nasi dalam mulutnya sendiri. Hongjoong masih diam, membiarkan Mingi melanjutkan setiap ide-ide lanjutan di kepalanya yang sudah mereka bicarakan sejak semalam.

"Tapi masalahnya," Mingi menelan makanannya yang baru ia kunyah. Ia terlihat sangat ekpresif dan serius sekarang. "Selama ini mereka berpikir lo tuh terbuang setelah perceraian kalian. Padahal asal mereka tahu aja, udah setahun ini lo dan perusahaan dapet penghargaan dan prestasi sebesar apa? Ya, kan? Lo malah justru berkembang pesat semenjak hakim ketok palu, karena lo gak lagi gelut batin sama si benalu itu, Hyung. Lo lebih bahagia 'kan? Lo yang ngebuang mereka."

Hongjoong tersenyum tipis, setuju pada ucapan Mingi namun ragu mengiyakan dua kalimat terakhir dari Mingi. Hongjoong menunduk dan menggerakkan sumpitnya mengaduk makanannya.

"Ya, tapi terus apa hubungannya sama ngebawa pacar baru sama 'menjadi bahagia', Mingi-ya? Itu pokok diskusi kita siang ini karena lo semalem ngilang duluan ke pulau mimpi." sanggah Yeosang karena Mingi semalam menyarankan Hongjoong membawa pasangan baru untuk datang ke pernikahan mantan suaminya.

PACAR SEWA (JOONGHWA) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang