10.1 DESTINY

1.2K 170 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kencengin ya, Hwa... Yang sebelah situ gampang lepas."

"Iya, Nek..."

"Hwa..."

"Hmm?"

"Itu tadi, pacar kamu?"

Seonghwa menoleh ke arah neneknya setelah selesai memperbaiki kelambu yang terlepas. Seonghwa kemudian tersenyum sebelum menggelengkan kepalanya.

"Bukan, atau belum?" tanya Mareeah.

Seonghwa terkekeh.

"Emang kelihatannya gimana, Nek..."

Mareeah meraih dan memakai kacamatanya untuk melihat cucu kesayangannya yang berjalan mendekat kepadanya. Ia melihat Seonghwa dari ujung kepala sampai kaki.

"Kelihatannya kamu suka sama dia."

Seonghwa tertawa disusul oleh Mareeah yang membuka kedua tangannya menyambut Seonghwa kembali dalam pelukannya.

"Iya 'kan?"

Seonghwa mengangguk di bahu neneknya.

"Tapi nggak berani." ujar Seonghwa membuat neneknya terkekeh.

"Hwa."

Seonghwa menatap neneknya selepas ia menyudahi pelukannya dan duduk di samping ranjang neneknya, mengusap tangan neneknya.

"Minum obat, dong."

Seonghwa terkekeh lagi dan mulai mengambil obat Mareeah yang terletak di atas laci. Seonghwa mempersiapkan beberapa bulir sesuai anjuran dokter yang sudah menjadi kebiasaannya jika berkunjung.

"Hwa, kamu tahu 'kan kalau Nenek gak akan selamanya sama kamu di sini?"

Seonghwa tersenyum dan mengangguk.

"Nenek bahkan kadang nggak ingat sama sekali sama kamu, karena pikun."

"Makanya, minum obatnya." Seonghwa mengulurkan beberapa bulir obat dan air minum yang diterima oleh neneknya.

Seonghwa diam memperhatikan sembari mengusap lutut neneknya.

"Pada akhirnya nanti Nenek juga akan pergi. Seonghwa ngerti." ujar Seonghwa mengulang ucapan neneknya yang selalu diperdengarkan kepadanya setiap berkunjung.

Mareeah tersenyum dan menyerahkan gelasnya kepada Seonghwa.

"Setiap orang akan datang dan pergi, tidak ada yang benar-benar tinggal selamanya kecuali rasanya, Hwa..."

Seonghwa mengulas senyum.

"Dan setiap mereka yang pergi, bukan karena kita nggak pantas jadi rumah bagi mereka untuk tinggal, tapi karena memang waktu mereka di kehidupan kita hanya sebatas itu, Hwa." Mareeah mengambil tangan Seonghwa dan menangkupnya.

"Ibumu dulu... juga pergi bukan karena kamu tidak pantas menjadi seorang anak buat dia, tapi karena memang dia tidak bisa menjadi ibu untukmu. Dan dia juga belum bisa menjadi anak untukku."

Seonghwa menghela napasnya. Mengingat itu selalu membuat perasaannya tak enak.

"Nenek nggak pernah membencinya. Nenek hanya menyesal sebelum dia pergi, Nenek belum menjadi ibu yang baik untuknya. Sampai akhirnya, dia harus menjadi ibu yang tidak baik juga untukmu."

Seonghwa mengangguk pelan, menatap kedua mata neneknya. Pembicaraan ini sudah terlalu sering ia dengar.

"Begitu juga dengan Debora. Aku mengasihinya seperti bagian dari hidupku. Dan aku tidak menyesali apa pun karena aku sudah melakukan yang aku bisa untuknya. Menemani dia sampai akhir hayatnya."

Seonghwa lagi-lagi hanya bisa mengulas senyum sembari melihat keriput di punggung tangan Mareeah setiap melakukan pembicaraan dengan neneknya itu.

"Yang aku maksud adalah, kamu jangan sampai nyesel juga, Seonghwa-ya..."

Seonghwa mendongak menatap neneknya yang kini tersenyum kepadanya.

"Keraguan di hatimu, ketakutanmu, perasaan tidak pantas, itu semua hadir hanya di pikiranmu sendiri. Kamu tidak akan tahu jika kamu tidak mencoba jujur dengan hati kamu."

"Nek..."

Mareeah mengangguk dengan restu.

"Kamu lebih dari apa yang kamu pikirkan. Waspada boleh, bersikap hati-hati boleh, tapi jangan sampai itu mengecilkan keberanianmu untuk mencapai sesuatu yang kamu inginkan. Jangan sampai yang tersisa hanya penyesalan karena kamu nggak pernah berani mencobanya."

Seonghwa menghela napasnya.

"Kadang kamu perlu menunjukkan siapa dirimu agar orang tahu bagaimana bisa bersikap dengan dirimu."

Seonghwa mengangguk.

"Lagi pula kamu 'kan laki-laki, kalau ada yang menyakitimu, hajar saja."

Seonghwa tertawa, ini sedikit melegakan.

"Jadi? Kamu menyukai laki-laki itu?"

Seonghwa seketika memicingkan matanya membuat Mareeah kini tertawa sambil mengusak rambut cucu tunggalnya itu.

Seonghwa seketika memicingkan matanya membuat Mareeah kini tertawa sambil mengusak rambut cucu tunggalnya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PACAR SEWA (JOONGHWA) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang