Hongjoong must bring someone to come to his ex-husband's wedding. As he passed the street he saw a group of young man, and he rented one of them. Little did he know, Seonghwa, the 'rented' guy, is the ex-lover of HJ exhusband's wife.
Disclaimer
- t...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seonghwa mengernyitkan dahinya saat merasakan beban baru di atas perutnya. Tanpa membuka matanya ia berniat menyingkirkan satu kaki yang baru saja menindih perutnya dengan tangannya, tapi kemudian kedua tangannya tidak bisa digerakkan karena terhalang oleh beban lain. Mau tak mau Seonghwa membuka matanya menatap langit-langit ruang tengah condonya yang mulai berwarna jingga karena cahaya mata hari sore sudah masuk dari celah jendela.
Ia menoleh ke kiri dan melihat San masih terlelap berbantal lengannya. Sepertinya mereka tertidur saat menonton film selepas pulang kuliah tadi.
"San-ie..." panggilnya lirih tapi tak juga membuat pemuda di sampingnya membuka matanya, namun justru membuat San menggumam dan makin mendekat ke sisi kiri wajahnya.
Seonghwa memalingkan wajahnya membuat wajah San tenggelam di rambutnya.
Seonghwa kemudian menoleh ke kanan sekarang. Melihat pada sumber beban terberat yang ia rasakan yakni Wooyoung yang menindih hampir separuh badannya.
"Wooyoung-ah..."
Seonghwa berusaha menggerakkan tangan kanannya yang mulai terasa kebas di bawah kepala Wooyoung, namun Wooyoung justru melingkarkan tangannya memeluk Seonghwa dan San sekaligus.
"Hah, Wooyoung-ah..."
Seonghwa menggerakkan bahunya saat Wooyoung mengusapkan hidungnya ke lehernya.
"Hm..." gumam Wooyoung.
Seonghwa memejamkan matanya.
"Minggir..." pinta Seonghwa yang malah membuat Wooyoung menggeliat dan makin mengeratkan dekapannya, ditambah San juga yang melakukan hal yang sama, Seonghwa terasa seperti ham di antara roti sandwich.
"Wooyoung-ah..." Seonghwa sedikit meninggikan suaranya yang terdengar serak.
"Shhh, masih pagi, Hyung. Tidur lagi." ujar Wooyoung mencucukkan hidungnya sesaat di pipi Seonghwa.
Seonghwa menghela napas, ia sudah mulai merasakan kesemutan di kedua lengannya.
"Ini udah sore..." ujar Seonghwa.
"Kalo gitu tidur lagi sampe nanti malem." jawab Wooyoung yang kemudian mendekap Seonghwa lagi dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Seonghwa, begitu juga dengan San.
Seonghwa sebenarnya banyak bersyukur bertemu dengan kedua temannya dan menjadi dekat. Kehadiran mereka dalam kehidupan Seonghwa seperti sebuah afeksi pengganti dari ibunya yang tidak sempat ia dapatkan.
San dan Wooyoung sangat penuh dengan perhatian dan tak segan menunjukkan ekspresi bahasa kasih mereka. Tanpa Seonghwa minta, kehadiran mereka seperti sebuah pelipur dari kerinduan yang ia dambakan, meski kadang terasa sedikit berlebihan. Tapi setidaknya, kehadiran San dan Wooyoung masuk dalam kategori hal baik yang pernah terjadi di hidupnya.