4.2 FATED

1.2K 196 0
                                    

Hongjoong melirik pemuda di sampingnya yang tengah memainkan ujung jarinya yang separuhnya tenggelam di lengan hoodienya yang sedikit kebesaran. Hongjoong menghela napasnya.

"Lo bisa turun kalau lo gak bersedia."

Perkataan Hongjoong membuat Seonghwa menatapnya heran. Pasalnya Hongjoong tengah menaikkan kecepatan laju roda mobilnya sekarang. Dan ia baru saja memintanya turun jika tidak bersedia, itu seperti menyuruh Seonghwa mati terlindas kendaraan yang lain. Dititik ini selain teman-teman yang gila karena menjualnya, ia juga mulai berpikir pria di sampingnya sama gilanya.

"Gimana?" tanya Hongjoong yang melihat Seonghwa menyisir rambutnya asal ke belakang dengan jari-jarinya. Rambutnya terlihat halus meski sedikit acak-acakan, tapi terlihat serasi dengan garis wajah dan proporsi tubuhnya. Hongjoong kemudian kembali fokus menatap jalanan di depannya.

"Teman-teman saya sudah membawa uang yang anda berikan. Saya gak punya pilihan." ujar Seonghwa sambil memakai seatbeltnya, membuat Hongjoong mengangguk dan menambah kecepatan mobilnya.

'Ok, mianhae Mingi. Ternyata aku tidak seberani yang aku kira.' batin Hongjoong yang mulai merasa sedikit tenang begitu saja.

Mereka berdua tak mengobrol setelah pembicaraan terakhir tadi. Hongjoong fokus menatap jalanan di depannya dan sesekali menghela napasnya, sembari masih memikirkan bahwa keputusannya tidak akan menjadi penyesalan, sampai sepertinya ia lupa sesaat, ada pria asing yang sedang bingung, duduk disampingnya.

"Shit..." gumam Seonghwa lirih masih mengutuk teman-temannya yang secara tidak langsung menjualnya tanpa persetujuan dirinya.

Jujur saja, ini sebenarnya bukanlah pengalaman pertama bagi Seonghwa. Seonghwa sudah pernah bermain dengan hal seperti ini, tapi itu sudah lama sekali sejak Seonghwa berhenti melakukan hal-hal seperti ini di semester ke empat perkuliahannya dulu. Ia sudah tidak menyentuh dunia seperti ini lagi karena ia mendapatkan pekerjaan di sebuah café dan itu cukup baginya untuk melanjutkan hidup dan membiayai kuliahnya. Seonghwa tidak tahu apa yang harus ia lakukan, tapi ia berusaha tidak panik, ia sudah duduk di sini, terlambat untuk menyesal. Jadi ia membenahi posisi duduknya dan sesekali menatap Hongjoong yang menatap lurus jalanan di depan mereka.

Pengelihatan mata Seonghwa yang cukup baik membuatnya bisa menangkap garis sembab di mata Hongjoong. Seonghwa mulai berspekulasi dalam hati. Memanggil kembali ingatan-ingatan beberapa orang yang pernah ia temui dan biasanya jika seperti ini, 'klien' tersebut pasti sedang putus asa.

Seonghwa ikut menatap jalanan di depannya dan memutuskan tidak memulai pembicaraan sampai pria manis di sampingnya memulai lebih dulu.

'Tapi apa yang harus gue lakuin?' pekik Seonghwa dalam hati sebelum menghela napasnya cukup panjang.

Dan suara napasnya itu baru membuat Hongjoong sadar ia telah membawa seseorang yang sudah ia 'sewa'. Hongjoong menoleh cepat menatap pemuda di sampingnya sebelum kembali menatap jalanan di depannya. Mengutuk dalam hati, Hongjoong berdesis sejenak.

"Siapa nama lo?" tanya Hongjoong membuat Seonghwa terjingkat pelan.

"Saya? Seonghwa."

Kemudian hening lagi.

"Lo gak perlu pake bahasa formal, gue belum setua itu."

"Oke." jawab Seonghwa. Kemudian hening lagi.

"Oke Seonghwa, lo bisa manggil gue Hongjoong. All you have to do later is... just standing next to me, pretending to be my lover. But... uh, we have to do something about your...appearance."

"Yah..." protes Seonghwa karena menganggap Hongjoong tengah menilainya dengan tatapan tak enak.

"Gue gak lagi ngehina penampilan lo, tapi kita gak juga gak lagi pergi ke pemakaman." ujar Hongjoong menunjuk Seonghwa yang berbalut hitam dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tangan kanannya. "If you refuse, I will throw you off the bridge." imbuh Hongjoong menunjuk jembatan yang mereka lewati dengan dagunya.

Seonghwa menghela napasnya.

"Ok, but can you tell me where we are going??" tanya Seonghwa.

Hongjoong menyeringai.

"My ex-husband wedding."

Seonghwa menatap Hongjoong tak habis pikir. Sorot mata sembab Hongjoong yang semula Seonghwa lihat, kini sudah berubah. Hanya ada tatapan lurus ke depan, seolah menjadi tatapan siap membunuh, dan itu membuat Seonghwa bergidik ngeri.

Sementara Seonghwa heran dengan perubahan ekspresi Hongjoong yang berubah seratus delapan puluh derajat, Hongjoong diam-diam mulai menelaah dirinya sendiri. Mencari pemicu keberaniannya baru saja yang kembali bertunas lagi, serta mencari pemicu adrenalinnya yang bekerja luar biasa saat itu.

Terlalu cepat untuk mengatakan bahwa itu karena Seonghwa, kan? 

Hongjoong menambah laju kecepatan mobilnya.

Hongjoong menambah laju kecepatan mobilnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PACAR SEWA (JOONGHWA) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang