Hongjoong must bring someone to come to his ex-husband's wedding. As he passed the street he saw a group of young man, and he rented one of them. Little did he know, Seonghwa, the 'rented' guy, is the ex-lover of HJ exhusband's wife.
Disclaimer
- t...
Sampai saat ini saja, rasanya sangat sulit bagi Seonghwa untuk menyukai dirinya sendiri, lantas untuk sesaat tadi, bagaimana ia bisa berani tamak berharap tentang Hongjoong?
Seonghwa mengeringkan sisa air di wajahnya dengan beberapa tisu lagi. Ia kemudian meremat tisu menjadi gumpalan dan melemparkannya pada tong sampah di bawahnya seolah ia juga sedang membuang perasaan salah yang berkecamuk pada dirinya. Kepalan tangannya menguat dan ia segera melangkah keluar dari toilet dengan perasaan yang hampa tapi tidak lebih baik.
Namun setelah upayanya beberapa saat tadi mengatur dirinya untuk tidak berharap dan seputus-asa mungkin, semesta justru sangat hobi bercanda dengannya.
Langkah Seonghwa terhenti sesaat, dan harapannya yang sudah ia tekan tadi, kembali mencuat saat mendapati mobil Hongjoong masih ada di sana. Hongjoong belum pergi.
Seonghwa mencengkeram satu tali ranselnya dan tas lain yang berisi baju yang Hongjoong belikan untuknya tadi.
Ini tidak pantas, tapi hatinya bergerak sendiri untuk mulai menjalin benang harap yang sudah ia coba urai tadi.
Seonghwa tahu, dirinya sekarang seperti sedang berada di depan mesin lotre. Perbandingan harapan dan kecewa tidak bisa diprediksi. Dan juga tidak ada jaminan baginya bahwa ia akan mendapatkan hal baik. Seonghwa tetap ingin tahu, bagaimana akhir dari pertunjukannya malam itu sekalipun ia mungkin akan menyesal nanti.
Seonghwa mulai mengambil langkah sembari melihat sekeliling sejenak dan memutuskan untuk berbelok ke kiri, membeli minuman dingin di sebuah minimarket tak jauh dari sana. Setelahnya ia kemudian setengah berlari kembali menuju mobil Hongjoong di mana Hongjoong kini sudah berada di balik kemudi.
Hongjoong menegakkan tubuhnya begitu melihat Seonghwa membuka pintu mobilnya dan duduk di sampingnya. Hongjoong juga tak kalah bimbang saat Seonghwa begitu saja menyerahkan minuman dingin kepadanya. Dengan senyum Seonghwa yang Hongjoong lihat sekilas dari sudut matanya, Hongjoong melihat rambut basah Seonghwa dan sisa glitter make-up tipis di mata Seonghwa. Seonghwa terlihat lebih segar sekarang.
Hongjoong menerima minuman dari Seonghwa, dan menahan diri untuk tidak membalas senyum itu. Ia malah berganti menyodorkan ponselnya, yang membuat Seonghwa mengernyitkan dahinya. Hongjoong kemudian melihat ke sembarang arah sebelum ke dua mata Seonghwa akhirnya benar-benar menangkapnya, membuat upayanya untuk menghindari Seonghwa tidak berhasil.
Hongjoong tak segera menjawab. Ia masih berpikir bagaimana cara lepas dari tatapan Seonghwa yang memakunya dalam diam.
Hal itu membuat Hongjoong makin merasakan perasaan aneh menusuk-nusuk ulu hatinya. Ia juga heran mengapa ia harus bersikap seperti ini. Mengapa hatinya sangat keras memintanya untuk tidak larut ingin tahu lebih tentang pemuda di sampingnya itu. Hongjoong menelan ludahnya, mengganti tatapannya pada ponselnya yang kini berada di tangan Seonghwa.
Mungkin hanya perasaannya, tapi Hongjoong melihat sorot kecewa di kedua mata Seonghwa saat ia memutus tatapan mereka. Seonghwa tersenyum tipis, tapi Hongjoong malah justru merasa seperti di iris sembilu.
Hongjoong membuka minuman yang Seonghwa berikan kepadanya dan menenggaknya, mengabaikan fakta bahwa dirinya tahu, Seonghwa masih menatapnya, menanti penjelasan mengapa ia memberikan ponselnya. Semoga ini tepat, batin Hongjoong.
"Tulis nomor rekening lo, gue transfer sekarang." ujar Hongjoong singkat.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.