delapan

17.5K 1K 4
                                    

Flashback

Waktu itu di kediaman Reynoldi Baskara Zeen yakni ayah Rajendra...

Papa Rey dan Rajendra sedang duduk berhadapan dengan tatapan Papa Rey yang serius.

"Nak, papa bisa minta tolong?." Papa Rey mengawali pembicaraan serius itu.

Rajendra mengangkat alisnya bingung. Tumben tumbenan banget Papa nya ini minta tolong.

"Kenapa pah?." Rajendra bertanya.

"Kamu harus terima kalau kamu akan Papa jodohkan dengan anak rekan Papa." Setelah Papa Rey mengatakan itu Rajendra terkejut.

"Pah tapi kan aje masih kelas 12." Rajendra protes tak terima.

Papa Rey tersenyum tipis, sangat tipis melihat anak semata wayangnya.

"Iya Papa tau nak. Papa hanya mengatakan nya di awal supaya kamu belajar dulu menjadi suami yang baik untuk istri kamu nanti." Papa Rey tersenyum saat mengucapkan nya.

Rajendra termenung. Banyak sekali pertanyaan di kepala nya kenapa harus dia? Kenapa dia harus dijodohkan?

"Tapi pah, kenapa aje harus dijodohin? Papa tau kan aje masih nunggu ale." Rajendra masih melayangkan protesannya.

Papa Rey menghela napasnya. Tak lama wanita paruh baya yang masih terlihat cantik datang dan duduk di samping suami nya. Ia memegang tangan suami nya memberi kekuatan. Dia adalah Metania tsabita Zeen, mama dari Rajendra.

"Biar aku yang ngomong yah." Mama Meta berujar lembut membuat Papa Rey tersenyum dan menggenggam balik tangan Mama Meta.

"Sayang dengerin mama ya. Mama tau aje masih nunggu ale. Tapi nak, kita nggak tau ale akan inget aje atau engga. Dia pindah udah lama dan kemungkinan dia lupa sama aje. Mama minta maaf kalau perkataan Mama ini terkesan jahat. Tapi, Mama nggak mau putra kesayangan mama mengharapkan sesuatu yang yang nggak pasti." Mama meta berpindah duduk menjadi disamping aje. Mama meta terus mengusap rambut aje dengan lembut. Aje menunduk.

"Tapi mah, kenapa harus aje? Kenapa harus aje yang dijodohin?." Tanya Rajendra menatap mata mama nya.

Mama Meta tersenyum mendengar nya.

"Sayang, kita cuman mau kamu ada yang jaga saat kamu sudah dewasa nanti. Kita nggak mungkin selalu ada disamping kamu nak. Umur kita juga udah tua nak." Mama meta tersenyum lembut.

Aje menggeleng mendengar nya.

"Aje bakal temenin kalian kok. Aje engga usah nikah juga gapapa." Aje berujar cepat.

"Hush masa kamu mau jadi bujang terus?." Mama meta menegur dengan halus.

"Iya gapapa mah. Yang penting jadi bujang ganteng." Aje tersenyum pongah.

"Pah, anak kamu nih." Ucap Mama Meta kepada Papa Rey.

"Anak kita sayang." Papa Rey menjawab dengan halus.

"Lagipula pernikahan kamu nanti saat kamu selesai kuliah Je." Papa Rey kembali membahas.

"Yaudah deh yang penting kalian seneng." Rajendra menghela napas pasrah.

"Nah bagus. Gitu dong. Baru anak Mama Meta sama Papa Rey." Mama Meta berujar dengan nada bangga.

"Jadi sebelumnya bukan anak kalian gitu?." Rajendra cemberut.

Papa Rey tersenyum geli melihatnya.

"Nggak cocok sama muka serem kamu Je." Papa Rey berujar dengan geli.

Transmigrasi ValerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang