Happy Reading para readers tercinta🌹
°°°
Suara hening di meja makan tak terelakan, pasalnya tidak ada yang berani membuka suaranya ketika sang kepala keluarga tidak memulai suatu pembicaraan. Hanya suara Alat amakan saja yang terdengar saling beradu ketika digunakan"Aletta mana?" Nara yang mendengar itu mengangkat kepalanya, benar juga dimana Aletta tidak biasanya dia tidak ada ketika makan malam berlangsung
"dia kerja kelompok mas" jawab Rani memberi tahukan dimana anaknya berada
setelah itu keheningan kembali terjadi sampai acara makan malam selesai, ketika Nara akan bangkit dari kursinya ayahnya mengintruksinya untuk tetap duduk di tempatnya
ayahnya bangkit dari duduknya untuk mengambil sebuah brosur yang terletak disebuah meja yang berada tidak jauh dari tempat mereka
mata Nara terus saja memperhatikan gerak gerik ayahnya dari mulai ia bangkit dari duduknya hingga ia duduk kembali
Ayahnya Nara memberikan brosur itu pada Nara
"Kamu harus bisa menangin olimpiade ini"
Olimpiade lagi
Nara menghela nafas, ia sudah cape terus mengikuti olimpiade dan perlombaan perlombaan yang tidak sesuai dengan keinginannya
terakhir kali Nara mengikuti banyak olimpiade di festival olimpiade namun tidak satu pun Nara lolos disana dan berakhir dengan cacian dan makian yang Nara terima dari ayahnya
"t-tapi Nara gak bisa yah"
"Saya kan sudah bilang sama kamu, kamu harus bisa banggain saya agar semua uang yang saya keluarkan buat kamu tidak sia sia begitu saja"
Mata Nara memanas ketika ayahnya melontarkan sebuah kalimat yang sangat menyakiti hatinya
"Apa yang bisa saya banggain dari kamu? gak ada. kamu gak pernah banggain saya sekali pun"
"Olimpiade nya sebentar lagi, berusahalah untuk bisa membanggakan saya. dan ingatlah untuk bisa memenangkan olimpiade ini karna saya sangat benci kekalahan"
"Saya sudah mendaftarkan kamu ke pihak sekolah"
Nara mengagguk lalu pergi setelah ayahnya selesai berbicara
Nara pergi ke kamar dan menutup pintu kamarnya, ia terduduk di lantai dan bersandar pada pintu kamar
Hatinya sakit ketika ayah yang sangat dia sayangi mengatakan kata kata yang sangat menyakitinya,matanya menatap kosong kedepan. tidak ada setetes pun air mata yang keluar dari matanya seakan habis sudah sisa air mata yang ia miliki
dikamar yang minim pencahayaan ini Nara termenung merasakan kesedihan di setiap saatnya
"Nara rindu ayah yang dulu"
"ayah yang selalu dukung apapun keputusan Nara"
"ayah yang selalu memberikan kekuatan ketika Nara harus menerima sebuah kekalahan"
"ayah yang selalu bilang Nara itu anak yang paling hebat " Nara mengucapkan itu dengan senyum dibibirnya, seakan ia melihat masa lalunya ketika mengatakan semua itu
Nara memejamkan matanya ketika menyadari bahwa ayahnya yang dulu sudah berubah
°°°
Nara keluar dari kamar mandi setelah selesai membersihkan tubuhnya, sekarang hari minggu tapi Nara tidak tau apa yang harus dia lakukan sekarang
Nara mengeringkan rambutnya yang basah dan menyisirnya, setelah selesai dengan kegiatannya Nara melirik jam dinding yang terus saja bergerak menunjukan pukul 8:00 pagi
KAMU SEDANG MEMBACA
Savior
Teen FictionFOLLOW DULU YUK SEBELUM BACA💌 Masih on going ya🙌 ____ Sebagai pemeran pendamping seharusnya aku mengerti bahwa tidak selamanya peranku mendampingi sang pemeran utama_ Harka Januar "Senyum terus buat gue ya ra, gue suka liat nya" ____ Happy reading...