23:

10 3 0
                                    

Happy reading para readers tercinta🙆

Mohon maaf jika banyak typo yang bertebaran🙏

°°°

"Nihh adek kakak yang cantik makan yang banyak ya..." Bayu datang dengan membawa nampan berisikan dua gelas kopi dan satu piring cake dengan air putih untuk Nara

Mata Nara berbinar melihat bawaan bayu.

Bayu mengusap rambut Nara dengan pandangan lekat menatap adik kesayangannya itu "kamu kurusan sekarang--" Bayu menjeda ucapannya

"Kamu gak di kasih makan ya di rumah"

Nara hanya melirik sekilas kakaknya itu dan melanjutkan kegiatan makannya

"Maaf ya udah lama kakak gak nganter kamu check up" ucap Bayu penuh penyesalan

"gak papa kak, Nara juga di anter Harka" Ucapnya melirik Harka

"ehh bentar, Nara pengen ke kamar mandi" Nara bangkit dari duduknya dan pergi menuju kamar mandi cafe

Mata Bayu langsung menatap serius Harka yang duduk di depannya

"Gimana kondisinya?"

"terakhir kali check up dokter bilang kalo kesehatannya makin hari makin turun, gue juga hawatir bang. Nara jarang minum obatnya"

Bayu mengigit bibirnya cemas, rasa sesak dan takut kehilangan seseorang yang dicintainya tiba tiba saja menjalar dihatinya. Ia tidak mau jika harus kehilangan orang yang paling dia sayanginya. Lagi

Ditengah perasaan campur aduk yang terasa di hatinya, Nara datang dengan senyum yang terus saja mengembang sedari dia sampai di tempat ini

Beberapa pelanggan cafe datang dan mengalihkan perhatian Bayu.

"Kakak layanin mereka dulu, kamu disini aja"

Nara mengangguk patuh

"Ka..." Nara memanggil Harka pelan

Harka yang menyesap kopinya menatap Nara yang tadi memanggilnya

"hmm" gumam Harka

"lo yakin gak sih gue bisa lolos olimpiade?" tanyanya sembari mencondongkan wajahnya pada Harka, membuat Harka harus memundurkan kepala sedikit

"Kalo lo yakin, lo pasti bisa" Harka mendorong pelan wajah Nara dari hadapannya menggunakan telunjuk kanannya

bisa meledak jantung Harka jika posisi wajah Nara berdekatan seperti itu dengan wajahnya

Nara menyenderkan punggungnya di senderan kursi dan mengangkat tas nya ke atas paha dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas

"gue udah ngerjain beberapa soal disini, tinggal lo periksa aja" Nara menyodorkan bukunya pada Harka untuk di periksa jawabannya

Harka mengambil buku yang disodorkan Nara lalu mulai memeriksanya

Sambil menunggu Harka selesai memeriksa jawabannya Nara memilih untuk membaca buku bukunya yang lain. Namun tiba tiba saja ia teringat sesuatu, dan menanyakannya pada Harka

"Kok lo gak ikutan olimpiade sih?" Tanya Nara menopang dagunya

Harka menatap Nara sebentar lalu melanjutkan kegiatannya

"males" Jawabnya singkat

Nara mengerutkan keningnya "baru kali ini gue denger lo bilang males ikutan olimpiade"

"ya gue lagi males aja"

"bukan karna gue kan?"

tangan Harka yang sedang membuka halaman buku terdiam seketika ketika mendengar pertanyaan Nara yang tepat sasaran

Harka hanya tersenyum menanggapinya,

Nara memutar bola matanya malas, bukan senyuman yang Nara inginkan tapi sebuah jawaban

"Olimpiade nya besok ya?" tanya Bayu yang datang setelah melayani pelanggannya

Nara mengangguk menanggapi

"Besok gue yang anter, pagi pagi gue jemput di rumah lo"

"gak usah" tolak Nara yang tidak mengalihkan pandangannya dari buku bukunya

"gue gak nanya lo, tapi gue ngasih tau lo. Artinya, lo gak bisa nolak" Ucap Harka terlewat santai

"Kenapa?" tanya Harka heran, pasalnya sedari tadi Nara memandangnya dengan sinis

Nara hanya mengedikan bahu acuh

Bayu yang melihat interaksi kedua orang di hadapannya tersenyum lega, setidaknya ada Harka yang senantiasa ada di samping Nara untuk menjaga dan melindungi adik tersayangnya itu.

Bayu yang sibuk akan pekerjaannya dan juga kuliahnya tidak bisa terus menjaga Nara. Adiknya itu memang wanita yang kuat dan tegar, sering kali ia menyembunyikan rasa sakit dan tangisnya seorang diri.

Nara enggan menceritakan semua keluh kesahnya pada Bayu, Nara tidak mau jika dirinya menjadi beban untuk kakaknya yang sedang bekerja keras untuk mendapatkan uang

Sejak bundanya meninggal dan ayahnya membawa selingkuhan serta anaknya kerumah. Sejak itu pula Bayu keluar dari rumah dengan hanya membawa pakaiannya saja, semua fasilitasnya di ambil paksa oleh sang ayah dan hanya menyisakan sebuah motor matic pemberian bundanya.

Motor itu dibelikan sang bunda ketika ia mendapat kabar bahwa sang putra di tangkap polisi karna mengikuti balap liar, dan alhasil motor sport kesayangannya di sita bundanya dan digantikan dengan motor matic itu

Ayahnya bahkan tidak lagi membiayai pendidikan Bayu, dan Bayu yang pada saat itu duduk dibangku kelas 3 SMA harus bisa membagi waktunya antara mencari uang dan bersekolah.

Setelah lulus SMA Bayu memilih untuk bekerja namun dengan paksaan dari Nara akhirnya Bayu melanjutkan pendidikannya dengan menggunakan uang yang seharusnya dipakai Nara untuk berobat yang Bayu kumpulkan lebih dari satu tahun

Dihari ketika bayu keluar dari rumah, Nara yang melihatnya, berlari keluar dengan air mata yang terus mengalir dari mata indahnya dan hidunng nya memerah. Nara memaksa untuk ikut dengan bayu namun bayu melarangnya, Nara memberikan sebuah celengan berisikan uang yang dikumpukan Nara pada Bayu. Nara memaksa kakaknya itu untuk membawa tabungannya dan mengontrak dirumah yang nyaman

Setetes air mata keluar dari mata Bayu yang sedari tadi menatap lekat sang adik didepannya

Nara yang melihat itu langsung menatap netra sang kakak dengan raut wajah yang cemas dan merasa bersalah, pasalnya dari tadi Nara mendiamkan sang kakak dan fokus pada buku bukunya apakah kakaknya ini merasa sakit hati karna Nara diamkan.

Disana hanya ada Nara dan Bayu saja, Harka tadi pamit keluar untuk menerima telpon dan sampai sekarang belum kembali

"Kak..." Nara mengguncang tangan bayu pelan

"ehhhh" Bayu tersadar dari lamunannya dan terkejut ketika mendapati raut wajah cemas dari sang adik

"Kenapa?" Tanya bayu

"Kak bayu yang kenapa? kakak kenapa nangis?"

"siapa?"

"kak bayu lah"

"enggak kok. kakak gak nangis"

Bohong

Sudah jelas jelas Nara melihatnya menangis tadi

"Kamu harus sembuh ya dek, kakak gak kuat kalo harus hidup sendiri" Ucapnya sembari mendekap erat sang adik

'Nara gak yakin kak' Nara ingin sekali mengatakan itu, namun ia tidak ingin melihat sang kakak semakin cemas dengan kesehatannya

Nara membalas pelukan itu tak kalah eratnya, Nara membenamkan wajahnya di dada sang kakak yang hangat dan nyaman

"Nara bakal sembuh kok kak"

°°°

Jangan lupa tekan tombol bintang dan kasih komennya🙆

Savior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang