O5. Encounter

774 119 10
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Hawa panas dan debu halus yang beterbangan menjadi teman Vano saat hendak menuju Kota Serang. Di siang hari yang lumayan terik ditemani seorang sopir ia memantapkan diri untuk turut serta dalam pencarian istrinya. Setidaknya jadwal yang tersisa akan tetap berjalan tanpa ia hadir di dalamnya.

"Masih lama ya Pak Heri?"

Si sopir menatap atasannya dari kaca depan mobil, "Aduh ngapunten* pak tapi ini saja baru masuk tol, tiga jam lagi kalau jalanan lancar," jawabnya.

*Ngapunten = mohon maaf dalam Bahasa Jawa

"Oh iya hati-hati pak."

Sambil terus mengontrol perkembangan pencarian Jemita serta rangkaian kegiatan di kantor secara daring, Vano mencoba untuk berpikir positif. Bertindak gegabah dan terlalu emosional tidak akan membantu dalam kasus seperti ini.

Di sela kesibukannya menatap layar pc juga menekuni ponsel dirinya sesekali melirik keluar jendela mobil guna memandangi pemandangan indah menyejukkan mata, sejenak mendistraksi diri dari hal-hal yang membuatnya lelah. Saat seperti inilah dimana Vano merasa kecil, segala pencapaian dan power yang orang nilai dari dirinya terasa tak berarti.

Selama perjalanan panjang hidupnya bukan kali ini saja rasa takut gagal dan kehilangan itu muncul. Yang jelas ini bukan pertama kali, namun jika harus dihadapan dalam perasaan gelisah untuk kesekian kalinya Vano tak pernah sekalipun merasa terbiasa.

Memang benar jika waktu mendewasakan seseorang akan tetapi semakin lama tekanan serta tanggung jawab yang ada turut bertambah, meninggalkan beban tambahan yang terasa berat tuk dikesampingkan.

"Pak Heri sudah makan siang?" tanya Vano setelah melihat deretan warung makan di sisi jalan, teringat bahwa ia belum mengisi perut kosongnya.

Pak Heri, si sopir menjawab canggung merasa serba salah harus menjawab dengan jujur atau tidak, "Belum pak."

"Maaf pasti tadi jam makan siangnya kepotong karena saya minta diantar mendadak. Mampir dulu sebentar kita makan bersama, saya pengen bakso hehehe," tutur Vano tak lupa dengan senyum khas miliknya di akhir.

Setelah menempuh perjalanan darat kurang lebih empat jam Vano kini tiba di kantor polisi Kota Serang. Di sana ternyata sudah duduk dua orang tersangka atas pencurian aset milik Jemita yang kini diintrogasi penyidik. Keduanya ditangkap melalui pelacakan plat mobil serta kecerobohan dalam meninggalkan jejak kartu kredit.

Vano beranjak dari duduknya saat melihat salah satu penyidik keluar dari ruang intrograsi, "Bagaimana pak?"

"Dari keterangan tersangka, kontak terakhir yang mereka lakukan bersama Ibu Jemita adalah di sekitar jalan desa pinggiran Kota Serang. Lokasinya memang belum dapat dipastikan jadi kami berharap bahwa bapak tetap bersikap tenang dan tidak gegabah. Keselamatan Ibu Jemita juga menjadi prioritas kami," jelas Jaya, penyidik kepolisian.

Astray || nomin ft jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang