O3. Plans

847 121 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Drrttt... Drrttt... Drrttt...

Bunyi ponsel yang mengalun membangungkan Vano dari tidurnya. Meregangkan badan ke kanan dan kiri ia merasakan sakit di sekujur tubuh karena tidur dengan posisi duduk di sofa hotel. Semalam Vano dipusingkan dengan tumpukan berkas serta kasus hilangnya Jemita yang membuat ia terjaga hingga berakhir dengan tertidur di sofa.

"Halo? Kenapa Bri?"

"Selamat pagi pak. Saya hanya menginformasikan bahwa agenda bapak hari ini adalah menghadiri grand opening pukul delapan pagi, rapat internal cabang di jam sepuluh, evaluasi bersama setelah jam makan siang, dan terakhir jamuan makan malam yang sekaligus dilanjutkan dengan after party," jawab Briana si sekretaris.

"Oke terima kasih sudah diingatkan."

"Baik pak semoga hari anda menyenangkan."

Vano menutup sambungan telfon kemudian mengurut pangkal hidung bangir miliknya. Dalam hati ingin membatalkan semua jadwalnya hari ini dan segera berkendara ke Serang, mencari Jemita. Namun, apa mau dikata tanggung jawab yang ia emban terlampau besar banyak keluarga yang bergantung pada kinerjanya. Menjadi pemimpin bukan berarti dapat dengan mudah menyalahgunakan kekuasaan.

Tak ada gunanya jika hanya mengeluh, saat ini yang bisa Vano lakukan hanya mempercayakan pencariaan sang istri dengan mengandalkan kinerja aparat sipil beserta anak buahnya.

Gerak tangan miliknya menari-nari di atas layar ponsel guna menghubungi seseorang, Adnan, asisten pribadinya. "Halo Nan, ada perkembangan sejauh ini?"

"Mohon maaf pak belum ada perkembangan yang signifikan. Pihak kepolisian sedang melacak mobil milik Bu Jemita, sementara kami akan mencoba menghubungi pihak bank untuk meminta keterangan mengenai penggunaan kartu kredit. Itu saja yang dapat saya laporkan."

"Terus pantau perkembangan yang ada dan segera lapor jika menemukan titik terang, terima kasih Adnan."

"Baik pak dimengerti."

***

Aji keluar dari kamar, mengusak kelopak mata sembari menyingkirkan kotoran yang mungkin menempel di sudut matanya. Hendak menuju dapur untuk mengambil air ia justru menjumpai wanita muda yang sibuk dengan peralatan memasak. Apa mungkin neneknya berubah menjadi sosok lebih muda? Mungkin seperti Tatjana Saphira di film yang ia tonton beberapa bulan lalu.

Masih mendebat diri sendiri Aji menegak segelas air dingin yang diambilnya dari dalam kulkas. Matanya tak lepas dari sosok lain yang sedang memunggunginya.

Astray || nomin ft jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang