11. Blue

815 117 27
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.

Pukul enam pagi, saat Jemita menyibukkan diri di dapur apartemen yang ia tinggali bersama suaminya. Sejak awal pernikahan keduanya memang memilih tak segera menempati sebuah rumah untuk dihuni. Apartemen dinilai lebih sesuai bagi mereka yang masih belum terpikir untuk menambah anggota keluarga.

Wanita muda itu memang sengaja bersiap lebih awal karena ia berencana membawa banyak kudapan hasil racikan tangan terampilnya. Ia juga ingin segera menemui Aji yang telah bersusah payah membuatkan kue khusus untuknya.

Ketika Jemita tengah fokus melipat kulit samosa, sebuah tangan jahil melahap tumisan daging dan kacang polong berbumbu kari yang telah disiapkan untuk isian samosa. Sontak hal tersebut membuat Jemita berbalik guna menatap si pelaku yang tak lain dan tak bukan adalah suaminya sendiri.

"Ih jorok, kalau mau makan tunggu dulu," bentak Jemita setelah Vano meletakkan sendok bekas mulutnya ke dalam mangkuk isian samosa.

Yikes!

Cengiran dari si pria muncul, tak sedikitpun merasa bersalah merecoki kegiatan istrinya di pagi hari. "Ya maaf tapi perutku juga butuh asupan."

Tak punya pilihan selain memenuhi permintaan Vano wanita muda itu meraih baguette, memanggangnya sebentar di atas pan kemudian ia isi dengan tumisan daging cincang yang sempat Vano cicipi tadi. Banyak hal perlu disiapkan dan meladeni suaminya hanya akan menghambat waktu.

Setelah menyelesaikan sarapan juga mencuci piring bekas makannya, Vano menghampiri Jemita yang kini tengah menggoreng samosa.

"Panci besar itu, apa isinya? tunjuk Vano saat melihat dua buah panci berbeda─panci penggorengan dan panci kukus─ berada di atas kompor.

"Siomay sayur."

Si pria menganggukkan kepala, semenjak menikah pola makannya lebih teratur karena Jemita selalu menyiapkan menu masakan bergizi seimbang. Sehingga ia tak heran jika istrinya menerapkan hal yang sama pada Aji. "Perlu bantuan?"

"Kamu buat salad aja, bahannya di meja. Potong buah seukuran bite size, di kulkas juga ada jeli bisa dicampur jadi satu," pinta Jemita.

"Oke"

Keduanya fokus menyelesaikan tugas masing-masing, kudapan lezat memanjakan lidah menjadi tujuan utama mereka. Sampai nada dering dari ponsel milik Jemita mengalihkan perhatian pasangan muda itu.

"Bisa kamu angkat telfonnya? Aku takut nanti gosong," kata si wanita ketika ia masih berkutat dengan minyak panas beserta antek anteknya.

Vano segera menekan tombol hijau saat layar ponsel menampilkan nama Aji sebagai penelepon. "Halo?! Kenapa, Ji?"

***

Pagi ini terasa sunyi, begitu pikir remaja laki-laki yang baru beranjak bangun dari ranjangnya. Berjalan ke luar kamar Aji tak menemukan keberadaan Oma yang mana biasa ia temui sedang memasak. Akan tetapi kali ini sepi, bahkan penanak nasi di sebelah kompor belum terhubung dengan stopkontak. Aneh.

Astray || nomin ft jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang