.
.
.Kedua mata itu terbuka, disusul dengan rasa kebas di lengan miliknya sebab ditimpa kepala sesosok remaja. Vano memperhatikan sekitar dimana kamar Aji terlihat lebih terang dengan cahaya matahari yang mengintip lewat celah tirai jendela.
Menoleh ke samping dilihatnya Aji yang masih tertidur pulas. Hati kecilnya merasa tak tega untuk membangunkan remaja itu akan tetapi tangan Vano sudah seperti mati rasa. Pun juga posisi Aji yang memeluk tubuhnya seperti guling─tangan dan kaki memeluk erat ─membuatnya merasa sesak.
Saat Vano mencoba melepas pelukan Aji juga menyingkirkan kepala remaja yang menimpa lengannya, sebuah pemikiran aneh tiba-tiba menghampiri. Jika dibayangkan ia dan juga Aji nampak seperti ayah dan anak yang sedang menikmati waktu bersama, semacam boys time tapi ia lebih suka menyebutnya sebagai bonding.
Rasa hangat memenuhi hati Vano membayangkan berbagai aktivitas yang mungkin ia lakukan dengan keluarga kecilnya. Hal kecil seperti tidur bersama semacam ini nyata sangat berharga untuk dikenang.
Tak ingin berlama-lama dan membuat tangannya semakin kebas Vano mengapit ujung hidung Aji diantara telunjuk serta ibu jari miliknya, memblokir jalan masuk dan keluar udara yang dihirup si remaja. Kemudian menggoyangkan jepitan itu ke kanan dan ke kiri yang seketika membangunkan Aji dari tidurnya.
"Lepwasin hwom," pinta Aji sesaat setelah terbangung.
Dengan tawa yang masih mengudara Vano melepaskan jepitannya kemudian beranjak bangun untuk meregangkan tubuh. Semalaman ditimpa tubuh bongsor Aji cukup membuatnya merasa pegal dan kaku otot.
"Om Vano jail banget."
Vano mendelik menahan kesal, "Ya badan om kan jadi sakit semua kamu tidur sembarangan gitu."
"Yaudah maaf, marah terus cepet tua lo tuh liat keriputnya nambah hahahaha," goda Aji kemudian secepat kilat berlari keluar kamar, melarikan diri dari amukan titisan samoyed yang suka merajuk.
Adegan keduanya yang berkejaran di ruang tamu menjadi tontonan Jemita juga Oma dari arah dapur. Pikir mereka setelah semalaman membuat gaduh seisi rumah, dua lelaki beda usia itu merasa puas dan berbaikan di pagi hari. Namun ternyata pertengkaran keduanya masih berlanjut tepat seusai mereka bangun dari tidur.
Terlalu fokus mengejar Aji yang sangat lihai mengelak, ujung kaki Vano tanpa sengaja terantuk meja. Bunyi bedebum juga rintihan menahan sakit terdengar setelahnya.
Vano terduduk dengan tangan memegangi jempol kaki, gila saja kukunya sampai tergores membuat rasa perih dan berkedut menyerang. Ia ingin menangis tapi eksistensi tiga orang lainnya─terutama Aji─ membuatnya segan, bisa ia bayangkan bagaimana wajah menyebalkan Aji jika ia sampai merengek kesakitan.
Jemita berjalan mendekat, membawa serta es batu yang ditempatkan di dalam sebuah handuk kecil. "Kompres dulu kalau bengkak tambah sakit nanti," ujarnya kemudian berlalu pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astray || nomin ft jisung
FanfictionMenjauh dari gemerlap cahaya perkotaan menjadi impian Jemita setelah lama terjebak dalam lingkaran rutinitas yang mencekik. Lalu bagaimana jika kesempatan itu mendatanginya secara tiba-tiba? Berteman pemuda belasan tahun, Jemita memulai sebuah petua...