O8. Reconcile

733 110 7
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.


Duduk berdua bersama Jemita tak pernah terasa secanggung ini. Begitulah yang Vano rasakan kala ia menghabiskan waktu dengan istrinya di kebun belakang milik Oma Aji. Ia sama sekali tidak terpikir tempat lain untuk meminta maaf, yang terlintas hanya sesegera mungkin berbaikan dengan Jemita. Padahal menurut Aji suasana dan lingkungan perlu dipertimbangkan akan tetapi pria satu itu enggan menanggapi saran si remaja.

Sambil memainkan rangkaian bunga di pangkuannya, Jemita mencoba untuk memulai kata. "Jadi maksud dari hadiah ini sebenarnya kamu ingin menyogokku?"

Vano menggeleng berusaha menolak keras prasangka si lawan bicara, "Bukan begitu, aku benar-benar ingin meminta maaf dan bunga ini sebagai wujud rasa penyesalanku. Lihat bahkan makna bunganya sangat mewakiliku, permintaan maaf yang tulus." Si pria menunjukkan ekspresi serius yang justru membuat Jemita ingin terpingkal.

"Sejak kapan kamu mengerti filosofi bunga? Aku tak takin kamu tau perbedaan makna antara mawar merah dengan kuning, kali ini siapa orang kurang beruntung yang kamu mintai bantuan?" tanya Jemita dengan senyum tipisnya, mencoba sekuat tenaga agar tak kelepasan tertawa.

Cengiran Vano datang setelahnya, ia melupakan fakta jika Jemita senang melontarkan kalimat logis yang bisa menampar segala macam alibi. Kini dirinya merasa kalah.

"Kamu pasti sudah mengenalnya, ya... itu Aji dan teman perempuannya. Ahh siapa tadi namanya? Caca? Cici? Yang pasti gadis itu sangat putih juga imut, aku menyesalkan dirinya sudi menerima Aji sebagai kekasih."

Tak dapat menahan lebih lama lagi Jemita berakhir terpingkal, tak habis pikir dengan bagaimana otak suaminya bekerja.

"Namanya Cece, dia bukan pacar Aji ngomong-ngomong. Mereka hanya berteman," jelas Jemita.

Vano mendelik tak percaya dengan fakta yang baru ia dengar, "Ah begitu," jawabnya sambil menganggukkan kepala. "Aku minta maaf telah berlaku kasar kemarin, juga segala tuduhan yang tak berdasar itu pasti menyakitimu."

"Permintaan maaf diterima, lain kali saat ingin meledak seperti kemarin lihat situasi dulu. Kamu boleh marah jika aku salah tapi tegur aku saat kita hanya berdua bukan malah menjadi tontonan orang lain. Itu sedikit mengusikku," pinta Jemita.

"Oke noted."

"Aku juga ingin minta maaf."

Kerutan di dahi si pria muncul sesaat setelah Jemita menyelesaikan kalimatnya. "Untuk?"

"Tak menghubungimu. Kamu benar, seharusnya aku bisa mengirim pesan lewat media sosial mungkin dengan meminjam ponsel Aji. Nyatanya aku tak melakukan apapun untuk mengabarimu, kupikir kamu sedang sibuk karena proyek yang sedang kamu tangani penting dan menyangkut orang banyak.

Aku tak ingin mengganggu. Apa yang kualami masih bisa kutangani sendiri, aku enggan merepotkan dan membuat semua jadwalmu kacau hanya karena masalah yang menimpaku. Pada akhirnya kamu tetap datang, meninggalkan pekerjaanmu hanya untuk mencariku. Aku senang kamu begitu perhatiaan di lain sisi aku juga sedih telah mengacaukan rencana besarmu," jelas Jemita panjang lebar.

Astray || nomin ft jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang