12. Home

782 108 54
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.


Mata Aji sedikit membengkak setelah ia menumpahkan rasa sedih yang ditahannya di pelukan Jemita. Cukup puas menangis, remaja itu kini duduk diam sambil mengamati Jemita yang sedang membuka tutup kontainer berisi berbagai sajian khas rumahan.

"Makan dulu, Ji. Perutmu kosong bunda tak mau kamu sakit," bujuk Jemita sambil mengarahkan suapan ke mulut Aji.

Gelengan kepala menjadi jawaban, si remaja terlihat tidak berselera mengisi perutnya. "Nanti aja ya, Bun. Aji masih kenyang."

Jemita meletakkan sumpit yang ia pegang di atas meja. Ia harus menggunakan jurus andalannya agar Aji mau menuruti apa yang ia pinta. Dengan raut muka dibuat imut, mata bulat nan berbinar, juga bibir mengerucut wanita itu melancarkan aksinya.

"Padahal bunda masak khusus buat Aji, yasudah kalau tak mau," kata Jemita kembali menutup kontainer yang telah ia buka.

Sungguh Aji tak tega melihat senyuman di bibir orang terkasihnya menghilang. Ia juga merasa sudah menyakiti Jemita karena menolak makanan yang terlanjur disiapkannya dengan susah payah. "Bunda sekarang Aji lapar, bisa suapi lagi?"

Wanita cantik itu tersenyum, dalam hati bersorak telah berhasil mengelabuhi sang putra. Dari sini dapat ia simpulkan bahwa baik Aji maupun Vano tak mampu menolak senjata pamungkas yang ia miliki, sedikit mengumbar keimutan maka dua orang itu akan langsung bertekuk lutut. Ternyata tak sia-sia ilmu yang diajarkan ibu serta mama mertuanya, sangat berguna untuk diterapkan di saat kritis seperti ini.

"Aji aaa..."

Kegiatan keduanya menjadi pusat perhatian Vano yang sejak awal berdiri diam mengamati di daun pintu dapur. Si pria mati-matian menahan gemas ketika Jemita mengumbar keimutan di depan mata. Awalnya Vano ingin memeriksa keadaan Aji selepas ia tinggal sejenak guna mengatur keperluan pemakaman, namun justru ia dikejutkan dengan tingkah istrinya.

Perlahan Vano ikut mendudukkan diri di meja makan bersama Aji dan Jemita. Kedatangannya hanya dilirik sekilas, dianggap angin lalu.

"Bunda juga makan," tawar Aji menyuapi Jemita siomay dengan sumpit bambu.

Vano berpuas diri menikmati sajian yang ada sedang dua orang lainnya asik bermanja-manja. Niat hati rehat sejenak melepas lelah sehabis mondar-mandir dirinya justru disuguhkan pemandangan yang membuat iri hati.

Sampai suara langkah tergesa Cece mengalihkan atensi tiga wira itu, "Tante Je, Oma selesai dirias," ujar si gadis.

"Aji langsung ke depan ya, bunda beresin ini dulu. Cece boleh minta tolong temani Aji?"

Cece mengangguk semangat, "Tapi mau itu..." tunjuknya pada wadah siomay sayur yang isinya tinggal separuh.

Pria dewasa yang masih asik menyantap makanan segera merespon dengan mengarahkan suapan siomay berukuran besar di depan mulut si gadis, membuatnya sontak memberi ekspresi bingung, "Kebesaran, dipotong dulu ya? Mulutku ga muat loh, Om."

Astray || nomin ft jisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang