.
.
.Minggu pagi di kediaman keluarga kecil itu tak seramai biasanya. Sang putra tengah bepergian bersama Kei, si sepupu kesayangan. Meninggalkan Jemita dan Vano berdua guna menikmati waktu santai mereka tanpa gangguan.
Sejak kepindahan Aji beberapa minggu yang lalu, secara drastis telah mengubah suasana hunian pasangan orang tua baru itu menjadi lebih hidup dan berwarna. Tak banyak perubahan dalam tatanan apartemen mereka, hanya jumlah barang berbau maskulin yang bertambah karena Aji turut menyumbang proporsi male things di dalamnya.
Menjadi satu-satunya wanita sedikit banyak membuat Jemita kewalahan. Ia perlu menebalkan dinding kesabaran ketika menghadapi dua lelaki yang memiliki tingkah laku tak jauh berbeda. Manja, posesif, jahil, perusak barang, dan berbagai hal ajaib lain.
Namun, Jemita cukup puas dengan apa yang ia punya saat ini. Dirinya merasa lengkap.
"Ayo jalan-jalan juga!" Jemita berseru kala ia mulai merasa bosan hanya duduk di sofa ruang santai.
Vano yang baru kembali dari dapur mengambil cemilan, kini menyamankan diri di samping istrinya. "Kamu bilang minggu kemarin sibuk remidial sama entry nilai kan? Di rumah aja sekarang waktunya istirahat," ujar wira itu sembari meletakkan semangkuk trail mix di pangkuan Jemita.
"Iyaa," balas si wanita sedikit tak ikhlas.
Setelahnya Jemita kembali fokus menonton ajang pencarian bakat anak-anak yang sedang ditayangkan di televisi, tangannya sibuk memasukkan camilan ke dalam mulut. Bunyi kunyahan benda keras nyaring terdengar, berpadu dengan suara emas gadis cilik yang menyanyikan lagu imagine milik John Lennon.
Keheningan di antara keduanya tak berlangsung lama saat Vano kembali memulai kata. "Adeknya cantik ya!"
Jemita mengangguk, "Huum lucu, imut gitu. Pasti orang tuanya bangga punya anak multi talent, good attitude pula."
Merasa mendapat respon yang ia inginkan, Vano tersenyum kegirangan. Sudah sejak lama ia menunggu waktu yang tepat dan telah dengan sabar ia berusaha tak mengungkitnya ke permukaaan. Kali ini pria itu mencoba memberanikan diri mengutarakan keinginannya.
"Je..."
"Hmm?" deham Jemita tanpa menatap balik sang suami.
Tarikan napas Vano menjadi bukti bahwa si pria sedang merasa cemas akan tanggapan wanitanya nanti. "Aku sudah lama memikirkan ini, bagaimana jika kita mencoba program hamil untukmu? Menambah anggota keluarga tidak masalah bukan?"
Jemita sontak menghentikan kunyahan di mulut kemudian memindahkan mangkuk dalam pangkuannya ke atas meja. Ia tak mengira bahwa topik anaklah yang dilontarkan sang suami.
"Kenapa tiba-tiba? Kamu lupa kita sudah punya Aji?" tanya si cantik retoris.
Vano menggeleng cepat, "Bukan begitu. Kamu tau aku sayang Aji, tapi hal itu tak merubah kenyataan jika aku menginginkan seorang anak lagi. Buah hati kita sendiri yang benar-benar milik kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Astray || nomin ft jisung
ФанфикMenjauh dari gemerlap cahaya perkotaan menjadi impian Jemita setelah lama terjebak dalam lingkaran rutinitas yang mencekik. Lalu bagaimana jika kesempatan itu mendatanginya secara tiba-tiba? Berteman pemuda belasan tahun, Jemita memulai sebuah petua...