RS. GENERAL HOSPITAL
Terlihat sebuah brankar membawa pria bertubuh tinggi itu kedalam ruang gawat darurat. Sementara sang istri menunggu diluar dengan penuh harap. Deraian air mata dan lantunan doa menemaninya malam ini.
Sudah cukup lama Aldebaran diperiksa, namun tak kunjung dokter keluar untuk memberitahu keadaannya. Situasi ini membuat Andin semakin cemas, bahkan ia sampai tak terfikir untuk menghubungi siapapun. Ketakutannya kini benar-benar menyelimutinya. Setelah menunggu penuh harapan akhirnya yang ditunggu pun datang. Dr. Indra keluar dari ruang IGD, Andin langsung menghampiri sang dokter.
"Dok gimana kondisi suami saya?" Tanya Andin yang penuh dengan kecemasan
"Bu, bisa kita bicara diruangan saya?" Ucap Dr. Indra, mereka pun pergi keruangan dokter, Andin duduk dihadapan sang dokter, wajahnya terlihat begitu sembab karena tangisan yang tiada henti, bahkan tatapan Andin terlihat kosong.
"Bu, tadi saya sudah menangani pak Al, sekarang kondisinya masih belum sadarkan diri"
"Bu Andin, saya sudah pernah bilang bahwa kanker ini sangat ganas dan perkembangannya begitu cepat. Sampai detik ini pak Al belum mengambil keputusan pengobatan apa yang ingin dilakukan, dengan hanya bergantung dengan obat yang pak Al minum saja itu tidak cukup Bu. Maaf jika saya harus mengatakan bahwa kanker ini sudah semakin parah, jika kita tidak segera mengambil tindakan ini akan semakin membahayakan nyawa pak Al" jelas dokter
Andin menghela napas beratnya, ini benar-benar menyakitkan untuknya. " Dok, apa yang harus saya lakukan sekarang? Saya hanya ingin yang terbaik untuk suami saya" ucap Andin dengan suara yang bergetar.
"Saya menyarankan untuk pak Al segera melakukan operasi, baru setelah itu kita bisa lanjut dengan pengobatan radiasi dan kemoterapi"
"Baik dok, jika memang itu yang terbaik" hanya itu kata-kata yang keluar dari mulu andin, dengan wajah yang menggambarkan kesedihan mendalam.
"Besok kita akan lakukan observasi lebih lanjut, apakah pak bisa melakukan operasi atau tidak" jelas dokter
Setelah berbicara dengan dokter dan Andin menyetujui semua yang dr. Indra sarankan ia pun keluar dari ruangan dokter.
°°°
Sementara itu di pondok pelita Reyna mencari papa mamanya ke kamar tidurnya, tapi tak ada. Ia mencoba mencari ditempat lain seperti ruang tamu, dapur, dan ruang keluarga, namun tentu saja ia tak akan menemukannya. Akhirnya Reyna pergi ke kamar Rossa untuk bertanya.
"Oma"
"Eh cucu Oma, ada apa sayang?" Tanya Rossa
"Aku dari tadi cari papa dan mama, tapi gak ada" jawab Reyna dengan wajah cemberut.
"Masa sih?"
"Coba Oma telepon yaa" ucap Rossa dan dibalas anggukan oleh sang cucu. Rossa pun mencoba menelepon Andin.
ON CALL
"Assalamualaikum Ndin"
"Waalaikumussalam mah"
"Kamu dimana? Al belum pulang yaa? Reyna cari mama papanya dari tadi katanya gak ada"
(Andin menahan tangisnya dan membuat suaranya bergetar)
"M-mah"
"Ndin kamu kenapa sayang?"
"M-mas Al pingsan, sekarang aku ada di rumah sakit General Hospital"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALDEBARAN: MY HAPPINESS AND MY SADNESS [END]
De Todo"Aku memang mencintainya, namun Tuhanku lebih mencintainya. Lalu, apakah aku harus mengikhlaskannya?" - Andini Kharisma Putri "Tuhan, Izinkan aku untuk membahagiakannya tanpa memberikan ia rasa sakit. Sungguh setiap air mata yang ia teteskan itu sep...