A R S H A K A

1.3K 186 17
                                    

Hari demi hari masih terus berlanjut, jarum jam pun masih terus berputar begitu pun dengan kehidupan sepasang suami istri ini. Penantian panjang yang telah mereka tunggu hari demi hari, kini akhirnya sampailah pada hari itu.

Waktu menunjukkan pukul 01:00 dini hari, setelah melakukan sholat isya Andin merasa perutnya sangat sakit yah bisa dibilang ia mengalami kontraksi. Maka dari itu Aldebaran langsung membawanya ke rumah sakit.

Sesampainya di rumah sakit dokter dan suster langsung memeriksa  kondisi Andin, dan ternyata Andin sudah masuk pembukaan 4. Yang pada akhirnya dokter memutuskan untuk di rawat inap saja sambil menunggu pembukaannya lengkap, Aldebaran dan Andin pun menyetujui.

Setelah mengurus semuanya, kini Andin telah dipindahkan ke ruang rawat inap dengan ditemani Aldebaran. Aldebaran masih terus memperhatikan istrinya yang menahan sakit, sungguh ia amat tak tega melihat wanitanya itu menahan kesakitan.

"Sakit banget yah?"

"Sini punggungnya saya usap-usap" pinta Aldebaran

"Kamu capek gak mas?" Tanya Andin kembali, yah jujur saja ia sendiri pun juga khawatir dengan kondisi suaminya itu, apalagi sudah beberapa hari belakangan ini kondisi Aldebaran bisa dikatakan kurang baik.

"Gak, saya gapapa kok. Udah sini punggungnya mana? Saya usap-usap yah, biar bisa cepet tidur" ucapnya, kemudian Andin merubah posisinya agar Aldebaran mudah untuk mengusap-usap punggung dan pinggang Andin.

Detik jam terus berlalu, Aldebaran masih terus berjaga disepanjang malam sembari mengusap-usap istrinya. Sedangkan Andin? Yah tentu saja dia tidak bisa tidur karena menahan sakit. Dan bila ditanya  bagaimana dengan keadaan Aldebaran? Tak hanya Andin yang menahan sakit, namun dirinya pun sama. Penyakit yang terus menggerogoti tubuhnya membuat rasa sakit itu selalu ia rasakan, tapi kali ini ia bertekad untuk tidak membuat Andin khawatir akan dirinya, sudah sangat sering ia membuat Andin kesusahan. Dan saat ini waktunya untuk Aldebaran berada disampingnya, mendampinginya disaat-saat buah hati mereka akan lahir ke dunia.

Sekarang ini tepat pukul 04.00 pagi, Andin masih terjaga di atas ranjangnya dengan rasa sakit yang masih terus ia rasakan, dengan tangan Aldebaran yang tak lepas dari genggamannya. Serta rasa sakit yang semakin menjadi-jadi, sontak itu membuat Aldebaran semakin khawatir.

AKHHHHHHH

"Mas sakit banget mas" rintih Andin mengadu kepada Aldebaran.

"Sakit banget? Bentar yah saya panggil dokter dulu" Jawab Aldebaran dengan segala kepanikan, ia pun menekan tombol nurse call. Tak berapa lama dokter dan suster pun datang dan mengecek kondisi Andin.

"Saya cek lagi yaa bu pembukaannya", dokter mulai memeriksa Andin

"Bu, pembukaannya sudah lengkap. Kami akan langsung siapkan ruang bersalin yah" ucapnya

Dokter beserta suster pun kemudian kembali keluar dan mempersiapkan ruang bersalin untuk andin

°°°

Kini Andin telah berada di ruang bersalin, dengan ditemani Aldebaran serta dokter dan beberapa suster yang sudah siap membantu Andin untuk melahirkan.

"Atur napasnya yah Bu"

"1 2 3 ayok dorong Bu"

"Ayok lagi Bu napasnya diatur, dorong lagi bu"

"Semangat yaa, saya disini kok"

Dengan sepenuh tenaga Andin pertaruhkan hidup dan matinya untuk buah cintanya ini. Bulir-bulir keringat terlihat jelas di wajahnya, begitupun dengan rasa sakitnya. Untungnya Aldebaran selalu berada disampingnya, menggenggam erat tangannya, dan terus memberinya semangat.

ALDEBARAN: MY HAPPINESS AND MY SADNESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang