L E L A H

1.3K 192 27
                                    

Namun kini, kenapa pelukan ini semakin lama semakin terasa berat?

Kedua tangan yang awalnya memeluk erat, seperti terlepas begitu saja. Itulah yang Andin rasakan saat ini, sejenak ia berpikir mengenai semua hal yang baru saja ia rasakan, dan mulai merangkai apa yang sebenarnya terjadi.

"Mas"

"Mas Al" ia mencoba memanggil sang suami namun tak ada jawaban, ia coba memanggilnya lagi dan tetap sama hanya alunan biola yang masih terdengar di telinganya . Perlahan ia pun melepaskan pelukan itu juga, menggapai wajah Al dengan kedua tangannya.

"MAS AL MASSSS YAALLAH" Ucap Andin dengan nada yang sedikit tinggi, ia amat terkejut ketika melihat Al sudah tak sadarkan diri. Ia mencoba untuk memanggil orang yang berada ditempat itu, memohon bantuan. Syukurlah banyak orang yang membantu, sehingga tak butuh waktu lama ambulance pun datang, yaps orang-orang itu dengan cepat menelepon ambulance sehingga Aldebaran bisa dibawa ke rumah sakit sesegera mungkin.

Saat ini Aldebaran sudah berada di dalam ambulance, dengan brankar yang ia tiduri. Dengan mata yang tertutup, sehingga orang-orang yang melihatnya menganggapnya seperti sedang tertidur. lalu, bagaimana dengan andin? huh entahlah, sudah berapa kali ia berada dalam situasi ini dan ini adalah situasi yang amat ia benci.

"Mas, bertahan yah sedikit lagi kita sampai kok" ucap Andin yang tak terbalaskan. dengan air mata yang menetes, ia terus menggenggam tangan sang suami dan memohon penuh harap kepada sang pencipta

°°°

📍RS. GENERAL HOSPITAL

Sebuah brankar yang ditiduri oleh pria itu kini melaju memasuki ruang gawat darurat. sementara dokter memeriksa kondisi Aldebaran, Andin masih terus menerus memanjatkan untaian harapan yang tak pernah putus.

lagi dan lagi Andin harus berada di situasi seperti ini, menunggu penuh harap dengan hasil yang entah sesuai harapannya atau tidak, dan hanya doa yang menjadi penemannya.

kali ini dokter memeriksa aldebaran cukup lama, dan itu semakin membuat Andin sangat cemas. beberapa waktu tadi suster sempat memberitahu mengapa dokter belum kunjung keluar sampai sekarang, yaa karena memang ada pemeriksaan lebih lanjut yang akan dokter lakukan kepada Aldebaran.

Detik demi detik berlalu, Andin menunggu penuh harap dengan ditemani dinginnya suasana rumah sakit. Bahkan untuk memberitahu Rossa saja tak terfikir di kepalanya, untuk saat ini pikirannya hanya terfokus kepada sang suami.

Akhirnya, dengan penuh penantian dokter keluar dari ruang IGD. Tak berlangsung lama, Andin langsung menghampiri sang dokter dan bertanya perihal keadaan sang suami.

"Dok, gimana kondisi suami saya?" tanya Andin cemas

"ibu tenang dulu yaa"

Dokter mulai menjelaskan secara perlahan, "Pak Al tadi sempat mengalami kejang-kejang, namun kami sudah berhasil menangani nya. saat ini kondisi pak Al sudah sadar meskipun masih terbilang cukup lemah" ucap dokter

"tapi—"

Baru saja ingin melanjutkan penjelasannya, Andin memotong pembicaraan dr. Indra, "tapi kenapa dok?" tanya Andin yang bertambah cemas

Dokter menghela napas beratnya, seakan apa yang akan ia sampaikan setelahnya adalah kenyataan yang juga berat, " kemarin saya sudah menjelaskan bahwa kondisi pak Al menurun, dan sel kanker pun sudah menyebar ke bagian otak lainnya,  makanya tadi pak Al sampai kejang-kejang dan membuat pak Al mengalami hemiparesis"

"Hemiparesis? Itu apa dok?" tanya Andin yang masih mencoba mencerna apa yang baru saja dokter katakan padanya

"Hemiparesis adalah kondisi ketika salah satu sisi tubuh, dari kepala hingga kaki, mengalami kelemahan sehingga sulit digerakkan" jawab dokter

ALDEBARAN: MY HAPPINESS AND MY SADNESS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang