Sedikit dilema, tapi nggak papa. War termenung menatap geprek didepannya. Dia berfikir,
'Jadi, Kak Yin itu baik? Tapi kok ngeselin?'
War berperang batin terus menerus, hingga guru yang sendari tadi meninggalkan War sendirian itu sudah kembali, bersama seseorang dan itu.. Techno.
“Nih, saya bawakan teman. ” ucap guru itu, lalu berjalan lagi meninggalkan mereka. War menatap Techno dengan tangan yang memijat kepalanya. Sebenarnya ada apa dengan hari ini?
“Kenapa disini? ” tanya War tanpa senyum. Techno menggaruk tengkuknya sambil tersenyum. Bola matanya menghindar ke arah lain.
“Tadi.. Tadi aku nggak sengaja bersin ke muka guru. Hehe. ” suara Techno mengecil, War mengedipkan matanya lucu. Dengan sedikit merajuk War memberikan Techno sapu dan pel. Sedangkan dirinya duduk dipojokan untuk menyantap geprek dari Kakak kelas tersayangnya.
“Ya udah sana, bersihin semuanya. Aku mau makan! ” begitu War berbalik, Techno menghela nafas pelan. Dia mengayunkan sapunya dan perlahan mulai membersihkan debu-debu yang tersisa.
Hampir 1 jam mereka dikurung digudang, tak lama setelah itu guru kembali datang dan menyuruh mereka untuk keluar. Saat keluar, beberapa kelas terlihat telah sepi. Dan saat melihat jam, sudah saatnya pulang.
War dan Techno bergegas menuju kelas untuk bersiap pulang. Namun, halangan itu masih ada. Untuk War.
Dia lupa ponselnya mati, dengan berat hati dia menatap Techno yang tengah menunggunya. Ponsel War mati, otomatis tidak bisa menghubungi orang rumah untuk menjemputnya.
“Techno, ponselku mati. Kau antar aku kerumah bagaimana? ” ajak War dengan wajah yang berbinar. Techno mendengus, melepas tangan War yang bersandar pada lengannya.
“Tidak! Tidak! Coba bayangkan, aku harus kerumahmu sedangkan rumahku sangat jauh dari disini, apa lagi dari rumahmu. Tidak akan! ” bantah Techno keras, War memerah. Seakan ingin menangis. Techno menatap War dengan helaan nafas kecil.
Tiba-tiba dia teringat sesuatu. Dia berjalan menarik War dan membawanya ke ruang kelas lain. Begitu sampai, Techno membiarkan War masuk.
“Techno, apa? ” tanya War rendah.
Begitu masuk, War disambut dengan tatapan dingin kakak kelas kesayangannya itu. War membolakan matanya, dan berbalik. Tapi, sebelum dia melangkah pergi, pergelangan tangan War ditarik oleh Yin.
“Apa? Katakan! ” ujar Yin dingin dan keras.
War memucat, demi apa dia belum pernah melihat Yin yang begitu dingin. War mulai memikirkan sesuatu, dan dia paham. Kenapa Techno menyuruhnya kesini, karena rumah War dan Yin begitu dekat. Hanya berselisih beberapa rumah saja.
“eem, jadi gini kak.. War kan nggak bawa kendaraan kesini. Terus ponsel War juga mati, jadi boleh nggak kalau War numpang Kak Yin sampai rumah? ” ujar War sambil mengedipkan mata gemas. Yin melirik war sekilas, War tersenyum menatap Yin penuh harapan.
“Ohh. ” jawab Yin tiba-tiba. War memudarkan senyumnya, lalu menatap Yin dengan tanya. War bertanya-tanya, kenapa Yin menjawab dengan Ohh?
“Jadi? ” tanya War memastikan.
“Gak. ” jawab Yin lagi. War benar-benar dibuat memutar otak saat berbicara dengannya. Apakah bahasa manusia sulit dimengerti olehnya?
“Gak? Nggak apa? ” War dengan mencoba sabar, terus bertanya pada Yin. Techno melihat itu hanya tersenyum geli. Rasanya aneh aja, teman sengeselin War harus mohon-mohon pada kakak kelasnya yang super jutek dan dingin itu.
“Gak bisa. ” setelah menjawab itu juga, Yin tanpa menatap War segera bangkit dari bangkunya dan berjalan meninggalkan War yang mematung mendengar jawaban Yin. Sungguh, hal itu benar-benar tidak terduga.
War dengan keadaan yang sangat tidak baik-baik saja. Dia mengepalkan tangannya hingga kuku jarinya memutih. Bibirnya mengulas senyum emosi, dan giginya mengeras. Benar-benar marah.
Techno menggeleng perlahan dan mengusap punggung War. Dia hampir tertawa melihat sahabat mungilnya ini. Dia menarik tangan War yang dikepal tadi.
“Dah, Dah. Yok balik sama aku aja. ” War dengan cemberut berjalan dibelakang Techno. Hatinya seperti diiris-iris.
Sesampainya diparkiran, War menunggu didepan terlebih dahulu. Dan Techno berjalan menuju motor yang dibawanya. War melihat kedepan, ada Yin yang tengah duduk dimotornya, menggunakan helm dan jaket abu-abu. War menatap itu sedikit lebih lama.
Saat ditatap seperti itu, Yin menoleh. Dengan refleks War membuang muka ke arah lain. Dan lebih baik diam menunggu Techno.
“Kenapa? ” tanya Yin yang tiba-tiba berdiri disamping War. War menoleh mendapati Yin yang berdiri disampingnya, seakan mendapatkan kecaman dari netizen. Tubuh War mematung dan jatungnya berdetak lebih cepat. Yap War kaget.
“Kak Yin, ada apa? ” tanya War dengan senyum. Walaupun dihatinya seakan ingin menghujami Yin dengan kata-kata kasar. Tapi, tenang War masih bisa sabar.
“Bareng? ” Yin melirik ke War. War diam, mengedipkan mata lucu sambil berfikir.
'Eh? Gimana? Gimana? Bareng? '
War menatap Yin tanpa kedip. Belum juga War menjawab pertanyaan dari Yin tadi. Yin lebih dulu memotongnya.
“Ohh, gak jadi? ” setelahnya Yin berbalik dan berjalan menuju motornya. War dengan sigap mengejar Yin yang lebih dulu duduk dijok motor. War tersenyum kikuk dan mulai menjawab.
“ee, jadi kok Kak Yin. Tapi, bentar yah, War pamit dulu sama Techno. Sebentar aja.. ” War menatap Yin dengan binar. Yin hanya menatap lurus kedepan dengan datar.
“Ohh. ” balas Yin. War tersenyum hingga memamerkan gigi putih nan rapi itu. Setelahnya War berbalik dan lari menuju Techno.
Bertepatan dengan itu, Techno berhenti tepat didepan War. War menatap Techno sambil mengusap-usap lantai parkiran dengan sepatunya. War dengan ragu berkata demikian,
“Techno.. Kamu pulang aja yah, soalnya Kak Yin tadi udah ngajak buat pulang bareng. ” War mendongak. Techno mengangguk paham, dan tersenyum.
“Oke, nggak papa. Kalau gitu aku pulang dulu. ” War mengangguk dan Techno segera menjalankan motornya. War menghela nafas pelan dan berbalik. Lalu War terdiam.
War memiringkan kepalanya sambil bertanya-tanya. Dia nggak salah liat kan? Bukannya tadi ada Kak Yin?
“Kok, ngilang? ” War segeta berlari ke arah tempat Yin berhenti tadi. War celingukan, tidak menemukan tanda-tanda akan ada Yin disitu.
“Emang anjing tuh anak! Bangke! ” War dengan begitu emosi mengumpat tanpa malu. Dia berlari keluar gerbang dan masuk lagi, keluar lagi dan masuk lagi.
War berjongkok sambil menahan tangis, dia melihat jam didepan sekolah. Sudah hampir petang. War benar-benar pasrah.
“Terus sekarang pulang sama siapaaa? ”
¤¤TBC¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid! [END]
FanfictionTak mungkin aku berpaling, walaupun itu tak terbaca sama sekali, 'stupid' katanya. Namun, aku tidak menyangkal itu. "Bisakah kita berkencan? " Apakah aneh jika aku berkata, "Tentu kenapa tidak? " •••••••••••••••••• Stupid : 15 Chapter END