-7-

204 26 0
                                    

War diam bukan karena lelah berbicara terus, tapi karena seseorang duduk disampingnya tanpa berucap. Walaupun demikian, War tau siapa yang duduk disampingnya. Ya, itu Yin.

War menoleh perlahan. Menatap seseorang dengan wajah datar yang terus menatap kedepan itu. War mengerjap beberapa kali. Dia canggung dan bingung.

“Maaf.” ujar Yin tiba-tiba. War termenung diam. Baru pertama kali ini dia mendengar Yin meminta maaf.

War menatap Yin dalam, sebelum akhirnya tatapan mereka bertemu. Dengan gugup War mengangguk dan membalas Yin,

“Eum, bukan masalah Kak. ” War mencoba tersenyum setenang mungkin. Yin menurunkan pandangannya dan kembali menatap kedepan. Sudut bibirnya terangkat sedikit.

“Ohh. ” ujar Yin. War mencoba untuk tersenyum dan mengangguk. Yin melirik sekilas sebelum bangkit dan meninggalkan War.

Barulah setelah Yin pergi, War menghela nafas dan mulai mengeluarkan kata-kata mutiaranya dalam hati.

'Percuma banget aku maafin, monyet!'

War langsung melengos pergi dan melanjutkan pekerjaan tugasnya. Dengan demikian, pikirannya kembali pusing melebihi memikirkan Yin yang kkangen dirinya atau tidak.

Tapi, Karena memang sendari awal War terlalu bucin. Dia tidak terlalu menanggapi apa yang War katakan. Karena pada akhirnya dia sendiri yang akan tergila-gila.

•••

Jam pembelajaran terakhir adalah Olahraga. Entah guru ini kenapa membiarkan para siswa dan siswinya terbakar hangus dibawah sinar matahari. Sedangkan guru hanya berdiri dikejauhan sambil menonton.

War menengadah, menatap teriknya matahari siang ini. Belum sampai dua putaran, War berhenti dengan keringat yang membanjiri tubuhnya.

Terlihat juga yang lain berlari seperti siput. Seakan ada beban yang begitu berat dibahunya, mereka berlari dengan pelan dan menunduk.

Begitu peluit dibunyikan, mereka segera bergegas berkumpul didepan guru. Tak berselang lama, semuanya sudah berdiri rapi didepan guru. Tanpa ada suara apapun, guru memberikan tugas pada mereka,

“Baik, berhubung materi kemarin sudah saya berikan, sekarang kalian akan saya kasih tugas mencari beberapa potong kayu sepanjang 30 cm yang lurus! Dan buatlah sebuah karya sebagai penilaian keterampilan. ” 

Mendengar perintah itu, sebagian besar mereka akan mengeluh karena beberapa faktor. Salah satunya adalah terik sinar matahari. Karena menurut sejarah, anak jaman sekarang memang lebih suka berdiam diri dikamar dengan ponsel tanpa melakukan kegiatan apapun. Makanya, jika guru memberikan tugas keluar sekolah disaat siang yang begitu terik. Pasti saja, banyak yang mengeluh. Terlebih War.

War sendari dulu selalu menghindari yang namanya sinar matahari. Setiap terkena sinar matahari dia akan berubah menjadi serigala. Tunggu, kenapa malah nglantur?

War hanya diam berdiri tanpa menyauti apapun. Setibanya ditempat yang diberitahukan oleh guru. Mereka berpencar, mencari berbagai macam kayu dengan panjang Kira-kira 30 cm.

War menatap sekeliling, ditangannya tergenggam 3 batang pohon kecil. Sebenernya dirinya bingung, ini adalah pelajaran olahraga kenapa menjadi seni rupa.

“War ambilkan kayu dibawah kakimu itu! ” pinta Techno pada War. War yang melamun pun gelagapan saat mendengar suara itu. Lalu menunduk, mendapati kayu kecil.

“Tidak perlu membantuku. ” ujar War sambil tersenyum simpul. Techno mengerjap, dia segera berjalan mendekati War. Lalu mengambil kayu itu dengan paksa.

“Kayu ini milikku, aku tidak akan membantumu! ” setelah berujar, War hanya cengo menatap Techno. Lalu tersenyum mencibir. Melihat itu, Techno hanya menghela nafas dan kembali mencari kayu lagi.

Hampir 30 menit mereka mencari dan hampir ribuan kayu terkumpul menjadi satu. Guru bertepuk tangan takjub, lalu berjalan mengitari kayu-kayu yang ditata melingkar.

“Kalian hebat! Terima kasih telah membantu saya membersihkan kebun sekolah. ” mendengar itu, para siswa maupun siswi saling tatap. War, Thana dan Techno pun demikian. Ah, iya aku melupakan Samantha.

“Jadi? Guru hanya memanfaatkan kita untuk membersihkan kebun itu? Tapi, ” omongan War tercekat. Guru lebih dulu memotong pembicaraan War.

“Baik, karena kebun sudah bersih dan waktu juga sudah siang, kalian boleh pulang. ” tidak menunggu para siswa bubar terlebih dahulu, guru malah berjalan mendahului dan meninggalkan para siswa dibelakang.

“Aku pikir guru kita kerasukan? ” ujar Techno. War menimpali,

“Tidak hanya kerasukan, guru kita memang sudah gila. Aku paling benci jika harus berurusan dengan guru seperti dia. ” cibir War sambil berjalan ke kelas. Thana dan Samantha hanya menyahuti sekenanya saja. Selain itu mereka akan diam karena lelah.

“Terlebih, minggu kemarin kita mempelajari materi tentang atom dan jaringan. Lalu kenapa sekarang harus mencari kayu? Apa hubungan keduanya? ” lanjut Techno dengan kesal. War hanya mengangguk setuju apa yang diucapkan oleh Techno.

“Hubungan keduanya adalah.. Tidak ada. Kecuali kalian mencoba menghubungkan dari sebuah kayu dan digabung-gabungkan akan menjadi sebuah jaringan. Kurang lebih seperti itu.. ” Mereka berempat menoleh, mendapati kakak kelasnya yang tengah bersender dan bersedekap. Geo mengintrupsi salah satu temannya, Alfa.

“Kak Geo, kenapa disini? Kelas kalian bahkan lebih jauh dari kelas kita. ” tanya War. Geo hanya tersenyum tanpa menjawab. Sedangkan ketiga yang lain hanya dia menyimak. Lalu, Alfa datang dengan senyum tenang seperti biasa.

“Hai, kalian capek ya pasti? ” tanya Alfa dengan ramah. Techno mengangguk, lalu membalas senyum Alfa juga.

“Tentu saja kita capek, masa iya pelajaran kita mencari kayu dikebun sekolah. ” sahut Samntha. Alfa dan Geo hanya terkekeh pelan. War menatap mereka tenang namun ada kerutan dikeningnya, berharap seseorang datang.

“Jangan kaget kalian, guru itu memang sedikit agak tidak baik-baik saja. Masa iya, kalian hampir 1 tahun disini tidak mengenal sifat guru? ” balas Alfa, sedang Geo hanya terus terkekeh.

“Bukannya tidak mengenal, cuma guru yang satu ini yang aneh. Setiap hari akan ada materi berbeda dari tiap kelas dan itu adalah hal yang tidak wajar. ” ujar Techno lagi, War hanya diam menyimak. Lalu menoleh mendapati Thana dan Samantha juga ikut menyimak.

“eum, kenapa kita jadi membahas guru? Apa kalian tidak ingin pulang? ” kata War tiba-tiba, mendengar kata pulang mereka seketika sadar dan pamit. War, dkk kembali melanjutkan perjalanan ke kelas.

Setelah berbincang-bimbang cukup lama, akhirnya mereka kembali ke kelas dengan aman. Karena mereka terus mengobrol, hampir sebagian anak kelas sudah pulang.

¤¤TBC¤¤

Stupid! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang