15 Last Chapter

206 19 0
                                    

Dibawah terik matahari sore ini, War mengusap aliran keringat yang mengucur tanpa henti. Memakai kaos hitam bercelana katun, ia menunggu bus terakhir yang akan mengantarnya ke tempat kerjanya. Sudah hampir beberapa jam ia berdiri disini, tak ada bus sama sekali. Jadwal bus sebentar lagi udah selesai, War bingung kali ini.

Sesi latihan yang ia datangi tadi memang sedikit telat dari biasanya, jadi mau tidak mau War harus mengambil shif malam untuk bekerja. Tak menyadari ada Yin yang sendari tadi menunggu War didekat gedung latihan. Memang, War tidak memberitahu Yin tentang ini. Tapi, War sudah berpesan untuk menjemputnya.

“Kenapa lama banget sih? Udah hampir dimulai lagi shif malamku. ” Dengan bingung, War mencari ponsel di dalam tasnya. Mengobrak-abrik sebentar dan menemukannya. Dia segera mencari nama kontak 'suami' yang akan ia hubungi. Notifnya berdering, namun sedikit lama tidak ada yang mengangkat.

“Kemana sih, ya ampun... kalo sampe telat bahaya nih.. ” Sudah ada 5 kali panggilan keluar, namun tak ada satupun yang diangkat. Lama-lama War merasa kesal.

Yin termenung memainkan kunci mobilnya didepan gedung. Menunggu War yang tak kunjung datang, saat ingin menghubungi War ponselnya tersimpan didalam mobil, panas kali ini membuatnya malas untuk berjalan ke mobil.

Mau tidak mau dia harus berjalan beberapa langkah untuk mengambil ponselnya, begitu pintu terbuka ponsel itu tengah berdering. Nama dilayar ponsel itu, langsung menyadarkannya. Yin segera mengangkat telepon itu.

“Iya, sayang? Kamu dimana? ” tanya Yin dengan santai, sedang lawan bicaranya tengah kesal menanti telepon itu diangkat.

“Aku didekat gedung latihan, kamu dari dimana sih dari tadi aku telefon ga diangkat?!” Yin terkekeh mendengar suara War yang tampak kesal itu. Yin mengangguk, dan segera bersiap menjemput kesayangannya.

“Iya, iya sayang. Aku jemput kamu sekarang. ” setelahnya, tanpa menjawab War mematikan telepon secara sepihak. Yin hanya geleng-geleng saja melihat kelakuan istri kesayangannya itu.

War mencebik, memasukkan kembali ponselnya dan menghembuskan nafas sedikit keras. Panas masih mendominasi suasana disekitar sini, membuatnya tak betah. Tapi, saat War ingin melangkah pergi, tlakson mobil Yin mengintrupsinya.

War segera bergegas kesana, menggunakan tasnya untuk menutupi sinar matahari. Ada sedikit hawa lega yang muncul dihati War. Rasa kesalnya hilang begitu saja, setelahnya War segera masuk dan bertatap muka dengan suami kesayangannya itu.

“Kamu dari mana aja si? ” Yin tersenyum mendengar pertanyaan itu, sebelum menjawab Yin mengambil sebotol minuman dingin dari jok belakang.

“Aku dari tadi nunggu kamu didepan gedung. ” War terdiam, bibirnya mencebik. Pandangan dia tarik dan menatap ke lekat kedepan.

“Kan aku udah bilang, nggak usah jemput aku. Nanti kalo ada apa-apa, aku juga bakalan telepon kamu. Kamu juga, kenapa tadi ga dijawab-jawab? ” omelan War menemani perjalanan mereka kali ini. Yin hanya bisa terkekeh gemas dengan sang istri saat kesal dan mulai mengomel.

“Aku takut kamu kenapa-napa, jadi karena aku nggak ada kerjaan, aku dateng deh ke gedung latihanmu. ” balasan Yin membuat War hanya diam dan mengangguk lucu.

Perjalanan mereka tidak terlalu jauh, karena gedung latihan dan gedung kerja hanya berbatasan dengan gedung Entertaiment tempat bekerja teman-teman mereka yang lain.

Mobil audi hitam itu masuk ke kawasan gedung besar tempat dimana War bekerja. Selain sebagai karyawan, War juga tengah menjabat sebagai ketua departemen yang selalu dibanggakan oleh bosnya. Lagi pula, bos perusahaan ini adalah teman karib mereka berdua.

“... kalo gitu aku kerja dulu ya? ” sebelum tangan War membuka pintu mobil, tangan War sudah lebih dulu ditahan oleh Yin. Alis Yin naik turun menggoda iman.

Stupid! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang