“Hei, brother! I'm missing you! ” teriak Kristan dari arah kamar Mamanya. Menerjang tubuh War dengan keras. War hanya menatap diam sambil menghela nafas. Dia menatap Kristan sedikit lebih lama, lalu terpaku pada wajahnya.
“Kau tampan. ” ucap War. Kristan menarik sudut bibirnya dan memeluk tubuh War. Mamanya hanya tersenyum dan menggeleng, hal ini sangat jarang terjadi.
Kristan adalah saudara jauh dari War, dan hanya Kristanlah yang menjadi saudara dekat. Dilihat dari raut wajah Kristan pun, dia akan lebih mirip dengan War dibandingkan dengan saudara yang lain. Meski begitu, umur mereka juga tidak terpaut terlalu jauh. War 2 atau 3 tahun lebih tua dari Kristan. Tak tahu pasti. Hanya saja, Kristan memiliki sifat kekanak-kanakan yang abadi.
“Ada apa kau kemari? ” tanya War, wajah Kristan murung. Dirinya duduk dikursi dan menundukkan kepalanya. War pun ikut duduk kembali dan menatap Kristan.
“Huft, aku merindukanmu, dan juga aku merindukan ibuku. Jadi, aku akan berkunjung ke makam ibu petang nanti. ” wajah War meregut, dia terdiam dan termenung beberapa saat. Dirinya tersenyum dan mengusap punggung Kristan dengan pelan dan penuh kasih sayang.
Ditinggal oleh ibunya disaat umurnya masih kecil memang sangat menyakitkan, tidak bisa lagi merasakan kasih sayang dari mereka. Sudah hampir belasan tahun Kristan hidup tanpa seorang ibu, dia hidup bersama Ayahnya dan kakak laki-lakinya.
Semenjak kepergian ibu Kristan, ayah dan kakaknya begitu terpukul dan sangat kehilangan. Dengan begitu, mereka memilih untuk merantau dan mencari tempat baru dengan kawasan yang baru. Dan itulah mengapa, Kristan jarang berkunjung ke rumah War, bukan hanya karena jarak, namun biaya pun terkadang tidak dapat ia jangkau.
War menggenggam tangan Kristan erat, dia menatap Kristan lama. Hal ini memang selalu terjadi saat mereka bertemu, entah Kristan yang akan menitihkan air mata atau pun sebaliknya dan mungkin kedua-duanya.
Mama War mengulas senyum keibuan, melepas genggaman tangan mereka dan mengenggamnya. Pandangan mereka beralih, menatap Mama War dengan senyum sendu.
“Sudah-sudah, kalian baru saja bertemu. Lebih baik kita makan siang dulu, lagipun Kristan belum makan apapun dari pagi. ” mendengar itu, War tersenyum canggung, merasa melupakan hal itu. Kristan pun tersenyum sambil sedikit tertawa dan mengusap air matanya.
Mereka menikmati siang itu dengan makan bersama dan berceloteh saling bercerita tentang kehidupannya.
•••
“Kau mau ikut? ” tanya War sambil menenteng tas ditangannya. Memakai kemeja merah polos dan dibalut celana jeans hitam serta sepatu casual berwarna putih. Kristan tertegun sesaat setelah melihat pakaian yang digunakan War. War mengulum bibirnya pelan.
Mendengar pertanyaan belum ditanggapi oleh Kristan, War mencoba bertanya lagi “Kau mau ikut? ”
Terlihat Kristan menunduk, lalu tersenyum dan menghela nafas.
“Kemana? Apa akan memakan waktu lama? ” tanya Kristan balik. War mengerutkan keningnya dan menempelkan salah satu jarinya didahi, seolah-olah itu adalah pertanyaan yang sangat sulit.
“Aku akan pergi ke rumah temanku. Palingan pukul 5 lewat kita sudah sampai rumah. ” War pun menjawab, Kristan yang mendengar itu pun segera terdiam. Mempertimbangkan hal itu, lalu dia pun menggeleng.
“eum, tidak deh. Aku akan menunggu ayah dan pergi ke makam ibu. Kalau kau mau pergi, silahkan. ” ujar Kristan pelan, War pun tersenyum dan mengangguk. Sebelum pergi, dia sempatkan untuk mencium kening Kristan dengan sayang. Begitu setelahnya, Kristan pun berbalik dan meninggalkan War. War segera berbalik dan menuju garasi, mengambil kesayangannya dan mulai melesat keluar rumah.
Beberapa puluh menit kemudian, dirinya memarkirkan motornya didepan rumah seseorang. War mengatupkan kedua bibirnya, sambil memutar tasnya. Melihat beberapa motor terparkir didepan situ, dan juga beberapa sepatu seragam yang dipakai War juga berjejer rapi didepan rumah itu.
“Techno! Berikan Ratu indah kita sambutan! ” teriak War dari depan pintu, beberapa anak yang duduk dan tengah bercanda dengan yang lain pun terdiam menatap War. Mereka mungkin akan berfikir, War sedang gila.
“Ai Meng! Yang benar saja! Dilarang membuat keributan disini! ” jawab Techno dengan teriak juga. Beberapa anak yang lain terkekeh dan saling berbicara dengan pelan. Tak terkecuali Thana dan Samantha.
“Benar-benar queen. Dia memakai pakaian itu dan polesan make up tipis benar-benar membuatnya terlibat cantik. ” kagum Samantha sesaat setelah melihat War masuk kedalam rumah. Thana hanya mengangguk dan bersidekap dada.
War melirik sekitarnya, kanan dan kiri, mereka sedang asik dengan ponsel masing-masing. Teringat ponsel, War segera bergegas kedepan dan menagih ponselnya pada Techno.
“Dimana ponselku? ” Techmo berbalik, menatap War sekilas lalu terdiam sesaat. Dia menunjuk Thana, War menghela nafas panjang. Pasti akan terjadi.
“Kau selalu tidak amanah jika ku titipkan sesuatu padamu. ” dengan sedikit meregut, War berbalik. Techno hanya tersenyum dan mengaruk kepalanya. War berjalan mendekati Thana yang sedang asik memakan snack.
“Dimana ponsel ku? ” tanya War, Thana mendongak, lalu menunjuk seseorang disampingnya.
“Ada di Good. ” War beralih ke Good.
Good, “Sudahku berikan Stev. ”
Stev, “Zidan sudah mengambilnya. ”
Zidan, “Kak Yin merebutnya dariku. ”
War berhenti, menatap Zidan dengan lama dan tersadar.
“Kenapa bisa di Kak Yin? Kok dia bisa kesini? ” Zidan hanya mengedikan bahunya. War menggertakan giginya kesal. Dia berjalan mengitari ruangan dan baru menemukan seseorang yang dia cari. Yin.
Yin berdiri membelakangi kerumunan dan bahkan tidak menyadari kedatangan War disana. Dengan ragu War mendekat, berjalan dengan lambat. Bahkan suara langkahnya sama sekali tak terdengar.
“Kak-” belum sempat menyelesaikan ucapannya, Yin menyaut dengan dingin.
“Apa? ” tanpa mengindahkan pandangannya dari ponselnya, Yin begitu mengabaikan seseorang dibelakangnya. War berfikir untuk mengusili kak Yin. Dengan satu langsung kedepan. War menahan nafas, dan dengan demikian Yin tidak akan mengetahui bahwa ada seseorang dibelakangnya.
“Sayang sedang apa? ” dengan suara yang diubah, War terkekeh pelan. Yin mengerutkan keningnya dan wajahnya terlihat sangat dingin.
“S-sayang? ”
¤¤TBC¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid! [END]
FanfictionTak mungkin aku berpaling, walaupun itu tak terbaca sama sekali, 'stupid' katanya. Namun, aku tidak menyangkal itu. "Bisakah kita berkencan? " Apakah aneh jika aku berkata, "Tentu kenapa tidak? " •••••••••••••••••• Stupid : 15 Chapter END