War terkekeh pelan, Yin berbalik dan langsung memasang wajah datar. War tersenyum simpul dan menghela nafas pelan. Lalu tangannya terulur ke depan Yin. Yin menatap.
“Apa? ” katanya, War mengerutkan keningnya dengan tangan masih didepan Yin. Yin pun mengerutkan keningnya.
“Apa? ” tanya Yin sekali lagi, War menggertakkan giginya dan berkata,
“Ponselku. Kan ada dikamu. ” tukas War, setelahnya Yin hanya mengangguk pelan.
“Ohh. ” jawab Yin sesaat sebelum mengembalikan ponsel War. Yin menatap War dari atas sampai bawah, dan sebaliknya. War sedikit geli mendapat tatapan intens dari Yin itu.
War segera berbalik dan tidak mempedulikan Yin lagi, dia berjalan mengitari tempat itu. Beberapa kali juga menyapa teman-teman yang cukup akrab.
Hari ini, oh bukan. Sore ini bisa dibilang sebagai acara pesta sekelas. Karena Techno sebagai tuan rumah juga tidak mengatakan apapun, dia hanya menyuruh teman-temannya datang kerumahnya.
War sebenarnya sudah tidak ingin berangkat, namun yang menggelar acara ini adalah Techno, sohibnya sendiri. Bagaimana kalau dirinya tidak datang? Pasti akan ada bencana besar yang terjadi.
War duduk menatap akuarium besar disampingnya. Dibalik kaca itu, ada wajah yang dingin dan datar yang tengah War pandangan dengan senyum tipis yang terukir.
Dia bisa melihat orang didepannya tengah berfokus pada ponselnya. War menunduk, menatap riwayat keaktifan Yin di sosial media. Dia melihat titik hijau diprofil Yin, menyatakan bahwa Yin sedang Online.
“Sebenarnya dia ngapain sih disini? ” gumam War pelan, secara dirinya bingung karena semua yang disini adalah teman kelasnya. Sedangkan Yin kakak kelasnya dan mungkin banyak yang tidak mengenalnya. Itu terbukti bahwa sebagian anak kelas War tidak mengenal Yin.
Tiba-tiba disaat War masih menatap, Techno datang seraya membawa segelas minuman dingin ditangannya. Lalu, memberikannya dengan hati-hati. Yin menerima itu seperti biasa, tidak ada interaksi lain yang terjadi.
Techno menoleh, menatap War yang tengah mengintip Yin. Senyum usil mulai bermunculan dikepalanya, lalu Techno berjalan mendekati War. War masih tampak fokus memperhatikan Yin.
“Kalau mau deket ya udah tinggal deket. ” mendengar itu, War sontak menoleh tak hanya War, Yin pun menoleh dan mendapati War yang tengah menatapnya.
“Apaan sih Techno, aku kan cuma mau liat-liat nih ikan. ” mendengar War menyangkal, Techno tertawa sambil meninggalkan War. War menoleh, mendapati Yin tengah tersenyum tipis.
War termenung sesaat, lalu berjalan dengan memantapkan hati. Dia berdiri didepan Yin dengan mengulum senyum. Lalu, menatap kilatan mata Yin.
“Kak Yin, keluar yuk? ” ajak War dengan penuh harapan. Yin melirik, lalu mengangguk. Lalu, mengikuti War yang lebih dulu berjalan.
Sebenarnya, War hanya ingin tahu kenapa Yin bisa disini. Secara War tidak memberitahu hal ini kepada siapapun. Atau mungkin Techno sendiri yang ngasih tau. War mencebik, lalu menoleh kesamping mendapati Yin tengah berjalan dalam diam, kedua tangan berada disaku dan pandangan lurus kedepan.
War menunduk, dia terdiam sesaat dan kembali mendongak. Mencari saat yang tepat untuk bertanya. Yin pun sepertinya biasa saja, tenang dan tidak merasa terganggu.
“eum, Kak... Kak Yin kok bisa kesini? ” tanya War pada akhirnya, walaupun dia ragu-ragu. Yin berhenti, War pun demikian. Tatapan matanya memandang Yin yang berdiri didepannya.
Terlihat Yin menghela nafas dan menatap War, terpaku sesaat sebelum menjelaskannya. War menggigit bibir bawahnya dan meremat kuat jari jemarinya, dia terlalu gugup.
“Aku menelfonmu. ” jawab Yin, War terdiam, matanya bergulir ke samping Yin. Dia terdiam sesaat sebelum mengerti yang di maksud Yin.
Benar, ponselnya tadi ada di Techno, pasti Techno yang memberitahu. Jadi, Yin datang kesini untuk mengambil ponsel itu. Oh tidak atau mungkin menunggu War datang. Mungkin kedua opsi itu berhubungan.
“Ah, begitu. Baiklah. Eum lalu, sekarang kita mau kemana? ” tanya War, secara dia tidak terlalu tahu tentang kawasan ini. Lagi pula ini sangat jauh dari rumah, sangat masuk akal jika War tidak terlalu paham dengan kawasan ini.
“Kembali. ” War menoleh, lalu terdiam. Dia menatap wajah Yin yang datar tanpa ekspresi itu.
“Eum, baiklah. Ayo.. ” War segera berbalik dan sedikit malu. Entah kenapa dia merasa kalo Yin merasa terganggu saat diajak keluar.
Setelah kembali, War mendekap Techno dan membawanya kedapur, membiarkan Yin duduk seperti semula, memainkan ponselnya.
War melepas dekapan itu dan menatap Techno tajam. Techno sendiri hanya tersenyum, dirinya tau War akan kesal padanya. Dengan begitu dia sudah terbiasa.
“Kenapa kau bilang ke Kak Yin? Techno kau kan tau sendiri, nanti kalo ada kabar apa-apa yang jelek-jelek tentang aku gimana? ” was was War, Techno hanya tersenyum bahkan hampir tertawa.
“Has, udah udah nggak usah pikirin. Palingan Kak Yin juga ngga butuh waktu buat dengerin omongan mereka. ” jawab Techno sembari berjalan meninggalkan War, War mencebik, meremas tangannya kuat kuat.
“Hih, Techno! ” kesal War. Dia berbalik dan terkejut saat mendapati Yin tengah menatapnya. Bisa dilihat dari mata Yin, seakan dia bertanya 'ada apa?' . War menggeleng pelan sambil tersenyum.
•••
Waktu berjalan seperti biasa, namun rasanya sudah sangat cepat berlalu. Hampir pukul sebelas malam, mereka masih belum pulang. Termasuk War yang tengah termangu ditengah gemuruh suara suara teman-temanya.
War menatap malas sekitarnya,, hampir 30 menit duduk sambol termenung. Tidak ada yang menarik lagi, War sudah menghabiskan tawanya sore tadi, bahkan sekarang untuk tersenyum saja seakan tidak bisa.
“Apa kau mabuk? ” tanya Techno yang sudah teler lebih dulu. Oke, jadi mereka semua mabuk. War menatap wajah memerah Techno dengan helaan nafas panjang. Yin pun ikut kesal menatap yang lain mabuk.
Dengan sekuat tenaga, War mengangkat Techno dan membaringkannya disofa. Setelah itu, War mengambil barang-barangnya membiarkan yang lain berebut tempat untuk tidur. Dia akan lebih memilih pulang.
Saat keluar, Yin berdiri bersedekap dada. Menatap War dengan datar. War tersenyum simpul dan mengajak Yin pulang.
“Udah malam, pulang aja Kak. Yang lain biar diurus yang ngga mabuk. ” mendengar itu, Yin sedikit mengangkat sudut bibirnya. War pun kembali mengeluarkan motornya diikuti Yin juga.
“Yaa.” jawab Yin disela-sela menjalankan motornya. War tersenyum simpul dan menjalankan motornya lebih cepat.
¤¤TBC¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid! [END]
FanfictionTak mungkin aku berpaling, walaupun itu tak terbaca sama sekali, 'stupid' katanya. Namun, aku tidak menyangkal itu. "Bisakah kita berkencan? " Apakah aneh jika aku berkata, "Tentu kenapa tidak? " •••••••••••••••••• Stupid : 15 Chapter END