-5-

278 36 3
                                    

Hari berganti, War yang masih merasa kesal karena Yin. Dirinya berjalan mengabaikan semua sapaan dari siswa-siswi lain. Seperti, Techno, Thana, dan Samantha. Ketiga sohib itu pun War abaikan.

War hanya duduk diam dibangkunya sambil berulah ponsel. Kali ini, dia hanya membaca-baca novel ataupun ebook yang ada diponselnya. Karena takut jika nanti ponselnya kehabisan baterai lagi.

“Kenapa dia? Hamidun? ” Thana berbalik dan menepuk kepala Techno pelan.

“Jangan sembarangan kali ah kalo ngomong. ” Thana memperingatkan Techno, Techno hanya nyengir tanpa rasa bersalah.

“Kitakan lagi ngomongin dia, ngapain keras-keras coba?” Samantha berkata dengan sedikit berbisik, sebenarnya sama aja. War akan tetap mendengar percakapan itu.

Melihat War yang sama sekali tak terusik, mereka bertiga melanjutkan pembicaraannya. Dimulai dari Techno yang kemarin meninggalkan War, kemudian Thana yang bertemu War tadi malam dan Samantha yang tertidur karena menunggu balasan dari War.

Techno, “Masalahnya, aku nggak tau kalo War ternyata ditinggal sama Kak Yin. Apa lagi waktu itu aku lihat, kak Yin beneran menatap War dan aku pikir itu beneran. Dan aku tinggallah mereka. Aku pikir sekarang War lagi kesel-keselnya sama Kak Yin. ”

Thana, “Pastinya sih gitu, apa lagi tadi malem aku lihat mereka kek akrab banget gitu. Terus pas War keluar gedung, aku lihat Kak Yin juga ikutan. Aku lihat aja mereka, sampe aku lupa kalo aku mau makan Steak mahal itu. ”

Samantha, “Kalian masih mending, bisa bertemu War dan Kak Yin. Lah aku? Hanya duduk sambil nonton tv dirumah. Berkali-kali aku nunggu balasan dari War eh nggak taunya Kak Yin updet instastory. Nih, lihat masih ada. ”

Samantha memperlihatkan sebuah gambar dimana, War tengah terduduk sambil memainkan batu yang ada didepannya. Sedangkan Yin menambahkan caption 'stupid!'.

Mereka bertiga saling berpandangan, mereka bingung dengan keadaan War sekarang. Dilihat dari raut wajahnya mengatakan  bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja. Dilihat lagi, nggak ada perubahan hingga War pun berbalik dan mendapati para temannya sedang menatapnya intens.

“Ada apa? Kok ngeliatin aku gitu banget? ” ujar War sambil memandang yang lain. Dia celingukan, memegang wajahnya, mengecek badannya. Lalu, dia bertanya lagi,

“Apa ada yang aneh sama badan aku? ” dan masih aja mereka bertiga menatap itu tanpa menjawab. War menghela nafas dan terbatuk pelan. Dia memang mendengar yang mereka bicarakan, tapi War lebih memilih bodo amat.

Begitu War kembali berbalik ke depan, Samantha, Techno dan Thana segera berpandangan. Mereka mulai bertanya satu sama lain.

“Dia kenapa sih? Bukannya lagi sakit hati ya? Kok biasa saja? ” Thana berkali-kali mengecek wajah War yang memang biasa saja. Sedangkan Techno mengeluh saat dirinya tidak mendapati War bersedih.

Smanatha sendiri hanya diam tanpa berkata apa-apa. Dilihatnya dari sudut 45°, beralih ke 90° dan 180°, sama sekali tidak ada raut sedihnya. Padahal beberapa saat yang lalu, terlihat dengan jelas bahwa wajah War menandakan bahwa dirinya tidak baik-baik saja.

Melihat para sahabatnya terus menatapnya silih berganti. War menjadi risih dan tertekan, dia mengerutkan keningnya dan mengikuti setiap bola mata yang memandangnya.

Dengan hal itu, teman-temannya tidak akan bisa mendiskripsikan dirinya saat ini. Dalam hati War berseru, 'Benar! Lakukan itu, kau pintar War '.

“War, cobalah untuk berfokus, kita sedang berusaha mencari solusi tentang masalahmu. ” ujar Thana sambil memegang kepala War yang bergerak ke kanan dan ke kiri.

“Emangnya aku kenapa? ” ujar War tiba-tiba, tak hanya penasaran dengan jawaban temannya, dia juga penasaran dengan dirinya sendiri. Dia bingung, apa yang harus dia jawab sebenernya.

“Dih, nggak mau ngaku kalo kau lagi kesel sama Kak Yin? Ngaku aja deh! ” ucap Techno dengan sedikit keras. War mengatupkan kedua bibirnya. Thana dan Samantha menatap Techno dengan heran.

“Techno, kau ini kenapa? Kenapa malah kau yang kesetanan? ” ucap Thana sambil menepuk pipi Techno. War hanya diam sambil melihat.

Karena bosan dirinya tak mendapat hiburan, War bangkit dari bangkunya dan berjalan keluar kelas. Membiarkan ketiga temannya itu masih berdebat tanpa henti.

Berjalan menyusuri lorong yang lumayan sepi, berjalan sendiri disini sedikit menakutkan. Tapi lebih baik dari pada dikelas. Saat langkahnya mulai dipercepat, tiba-tiba tubuhnya ditarik oleh seseorang.

Dengan perasaan yang 'deg' dan tidak bisa digambarkan dalam kata-kata. Tanganya tiba-tiba bergetar, keringat dingin dengan sekejap mengucur dipelipis kepala War.

Tak sanggup untuk menoleh, karena dia takut jika itu bukan manusia. Tapi lambat laun, tarikan itu semakin mengendur. Dan terdengar suara deheman seseorang dibelakangnya. Saat dirinya berbalik, seorang kakak kelas berdiri sambil menatap War dengan senyum manisnya.

Dia Geo, pasukan anti gamon yang kata dia sendiri, dirinya merupakan Visual dari gengnya itu. Ya, itu memang benar. Wajah tampan, sifat ramah, selalu tersenyum. Berbading terbalik dengan Yin yang sedikit-sedikit ga ditanggapin, yang ga ada senyum-senyumnya, yang selalu bikin naik darah War. Tapi, War suka Yin.

“Mau kemana cantiknya abang? ” War terdiam, suara itu benar-benar terbayang ditelinga War. Suara lembut dan tenang, membuat siapapun yang mendengar itu akan meleleh.

“Kak Geo, War mau jalan-jalan aja. ” balas War sambil tersenyum canggung. Hal ini sudah biasa, tapi bagi War tetap akan ada feel yang berbeda saat bertemu. Tidak dengan Yin, mendengar namanya dirinya sudah terbawa kesal tapi anehnya War tetap sayang.

“Mau ditemenin nggak? Keliatan kasihan kalo jalan sendiri? Atau mau aku panggilin Yin aja? ” tawar Geo, mendengar nama itu disebutkan. War segara menggeleng dan memilih untuk menarik tangan Geo.

“Yeh, kenapa nggak mau? ” tanya Geo, War dengan bibir cemberut menggeleng tanpa menjawab. Geo hanya tersenyum simpul, sambil terus mengikuti War kemana pun.

“Kak Geo, laper.. ” Geo berhenti, menatap jam ditangannya sebelum akhirnya terbatuk karena tersedak ludah sendiri.

“Eum, nanti aja deh ya, aku mau ada presentasi. Kalo gitu sampai nanti.. ” Geo berbalik dan berjaln meninggalkan War yang masih diam.

Lalu, begitu War berbalik seseorang seger menatapnya dengan tajam dan matanya memicing pada War. War bertanya-tanya, tapi sebelum War berucap, Yin lebih dulu memotong pembicaraan itu.

“Dasar homo! ” kata Yin dengan dingin
Mendengar hal itu, War sedikit kesal dan diam.

¤¤TBC¤¤

Stupid! [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang