Pagi menjelang, War mengeliat dan menguap pelan sesat sebelum dirinya bangkit dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi. Semalam dia nggak sempet mandi, dan tidur memakai baju penuh bau menyengat dari alkohol.
War melepas bajunya dan melemparkannya ke keranjang baju kotor, menatap ke arah cermin. Memperlihatkan tubuhnya yang putih dan bagus. Mengusap-usap pelan kulit tubuhnya, sebelum dirinya bergegas ke kamar mandi.
Selesai acara mandi paginya itu, War bergegas memakai seragam yang sudah disiapkan oleh Mamanya. Tak berselang lama, War keluar dari kamar dan berjalan ke arah meja makan. Terlihat hanya ada Kristan yang duduk disana, War menyuarakan paginya seperti biasa.
“Pagi Kristan! Pagi Ma!” sapaan pagi itu mengalihkan pandangan mereka dari kegiatannya. Senyum War yang cerah menandakan bahwa War memang sedang baik-baik saja dan bahagia.
“Wah, sepertinya putra Mama yang satu ini sedang bahagia? Ada apa sayang? Boleh Mama tahu sedikit? ” goda Mama War sambil berjalan mendekati War, membenarkan seragam War dan menyuruhnya duduk.
Kristan hanya tersenyum dan sedikit terkekeh, namun dalam sudut hatinya dia juga merindukan saat-saat pagi seperti ini. Dimana ibunya pasti sudah menyiapkan berbagai macam makanan untuknya dan juga Ayahnya. Sangat merindukan saat-saat itu.
War menatap Kristan dengan senyum, lalu menarik ponsel Kristan dan menaruhnya dimeja. Mama War tersenyum dan mengusak rambutnya pelan, dia benar-benar tau tabiat anaknya itu.
“Makan dulu, ponselnya disini. ” kata War lalu dia segera melahap sarapan paginya itu dengan khidmat, Kristan yang tadinya hanya bermain ponsel dan membiarkan makanan itu dingin. Kini hanya tersisa piring kosong dan air putih yang tinggal sedikit.
“Kalau gitu, War berangkat ya Ma? ” ujar War, bangkit seraya berpamitan kepada Mamanya. Kristan ikut berdiri dan berjalan dibelakang War. Menunggu War selesai memakai sepatu, Kristan tersenyum.
“War kamu berangkat sama dia ya? ” ucap Kristan, War menoleh lalu mengikuti arah tunjuk Kristan. War termenung diam, lalu tersenyum canggung ke Kristan.
“ee, iya kalau begitu aku jalan dulu ya. Jagain Mama! ” sambil jalan dab sedikit berlari, War menoleh kebelakang. Kristan hanya membalas dengan gestur 'OK' dan berbalik masuk ke dalam rumah.
War menatap Yin didepannya dengan bimbang, sudut matanya berkendut ragu beberapa kali. Terlihat juga wajah War yang sedikit tidak meyakinkan.
“Apa Kak Yin disini menjemputku? ” ujar War dengan ragu, raut wajahnya seolah berkata jangan berharap lebih.
“Tentu.” Yin melirik, lalu menarik tangan War supaya cepat naik sepeda motor. War terkejut, lalu setelahnya dia menaikki motor itu.
“Pegangan. ” kata Yin dengan rendah, War hanya mengangguk tanpa suara.
Sepada motor pun perlahan meninggalkan pekarangan rumah War. Dijalan hanya angin bisu yang menemani mereka. Udara pagi juga terasa lebih sejuk dari biasanya.
Seolah tahu bahwa ada dua sepasang kekasih yang tengah melewati rintangan bersama, maka angin pun memberikan dukungan.
•••
Memasuki kawasan sekolah, War turun dan segera berlari ke kelas. Kelas sudah sedikit lebih ramai dari biasanya. War menatap Thana, Techno dan Samantha. War akhirnya menghela nafas lega, entah kenapa jika ada mereka dirinya lebih santai.
“Hai, morning. ” sapa War, dan duduk disebelah Techno. Mengambil beberapa buku dari dalam tasnya. Dan menatap ketiga temannya secara bergantian.
“Ada apa? ” tanya War heran saat ketiga temannya tidak menanggapi sapaannya tadi, terlihat hanya wajah lesu dari mereka. War mencebik.
“Ketahuan mabuk sama sekolah. ” ucap Thana, War membolakan mata kaget. Sejurus kemudian dia menatap Techno yang benar-benar tak berdaya. War melihat itu, menjadi ikut bersedih.
Namun, dirinya juga akan terseret kasus ini. Benar-benar tidak berdaya semua. War pun mengambil ponsel dari sakunya, mencari id Yin dan memberi taukan hal itu.
“Okey, tenang-tenang kita akan baik-baik saja. Sekarang kerjain tugas kemarin yuk, deadlinenya hari ini. ” ucap War menengahi, mereka bertiga hanya mengangguk pasrah dan mengerjakan tugas yang ada didepannya itu.
Seusai mengerjakan, bertepatan dengan bell sekolah berbunyi. War segera membereskan buku-buku didepannya dan kembali ke tempat duduknya.
Begitu guru memasuki kelas, suasana menjadi begitu sepi dan suram. Seakan-akan ada hantu yang begitu menyeramkan mendekati mereka satu per satu. Nyatanya bukan hantu, tapi kepala sekolah dengan kacamata hitam dan kumis tebal ditambah perut buncitnya yang membuat mereka ketakutkan.
“Silahkan berdiri! ” segera setelah perintah itu, semua siswa maupun siswi segera berdiri, kebanyakan akan memilih menunduk dibanding menatap wajah kepala sekolah.
“Kelas ini yang dulu saya banggakan, sekarang begitu memalukan! Siapa tuan rumahnya?! ” ucapnya dengan keras, Techno memucat, dengan lengan yang terangkat sedikit, kepala sekolah langsung menatao Techno tajam.
“Saya pak! ” ucap Techno dengan gemetar, War pun segera menunduk saat wajah kepala sekolah itu mulai menggerayangi pikirannya.
“Saya kecewa terhadap kamu! Saya sudah bertahun-tahun membanggakan kelas ini memuliakan kelas ini, namun kerja keras saya dihancurkan oleh kalian semua! Saya sangat kecewa! ” mata merah kepala sekolah menjadikan hal yang begitu menakutkan, walaupun tertutup oleh kacamata hitam namun pancaran kemarahan itu sangat terlihat begitu kuat.
Techno menelan ludah dengan gugup, tangannya tak henti bergetar, bibirnya masih setia merapalkan do'a. War menghela nafas dan menatap keluar jendela.
Begitu menoleh, sepasang mata tengah menatap War dari luar. Sedikit terlonjak menatap itu, Yin tersenyum tipis melihat wajah terkejut War. War melirik sekitar, dan kembali menatap Yin.
“Ada apa? ” tanya War tanpa bersuara, hanya mengandalkan gerakan. Yin menggeleng tanda tidak ada apa-apa. Mungkin War berfikir itu akan biasa saja, tapi dia kembali menatap Yin. Dan seolah kembali bertanya tentang dirinya mengapa disini. Jawab yang diberikan Yin hanya satu, Tidak ada apa-apa.
War menatap Yin dengan tajam, sudut menatapnya memperhatikan sekitar juga. Lalu sebelum War kembali menanyakan keberadaan Yin disini. Terdengar suara Yin yang lebih dulu mengintrupsi.
“Aku merindukanmu. ” dengan sedikit keras Yin mengatakan itu, beberapa siswa terlonjak menatap Yin. War memasang wajah yang masam.
“Siapa itu?! ” ucap kepala sekolah sembari menunjuk Yin.
'mampus'-Techno.
¤¤TBC¤¤
KAMU SEDANG MEMBACA
Stupid! [END]
FanfictionTak mungkin aku berpaling, walaupun itu tak terbaca sama sekali, 'stupid' katanya. Namun, aku tidak menyangkal itu. "Bisakah kita berkencan? " Apakah aneh jika aku berkata, "Tentu kenapa tidak? " •••••••••••••••••• Stupid : 15 Chapter END