12 | A Disgusting Thing

3.4K 288 4
                                    

            Kaleya baru saja menuruni anak tangga ketika bertemu dengan Fanera dan kembaran perempuan Zavelix yang sedang duduk manis di ruang tamu.

"Hai," sapa Fanera lebih dulu. Dia tersenyum tapi Kaleya tau itu palsu.

"Hai." Kaleya membalas dengan canggung, dan bergabung untuk duduk bersama mereka. Kaleya tidak tau harus melakukan apa. Ini adalah pertama kalinya ia bertemu dengan kembaran Zavelix, lalu ia juga tidak begitu dekat dengan Fanera.

"Ini udah mau seminggu kamu tinggal di rumah ini, kan?" Lavera bertanya dengan senyum yang ada di wajahnya. "Ngerasa nyaman?"

Kaleya jadi teringat perkataan Hana yang mengatakan bahwa Lavera adalah gadis yang cantik. Tidak hanya wajahnya, namun Lavera juga memiliki aura yang memikat. Namun yang paling membuat Kaleya senang adalah Lavera tidak bersikap arogan seperti orang-orang kaya yang pernah Kaleya temui sebelumnya.

"Meski rumah ini cukup nyaman, aku masih butuh waktu untuk beradaptasi. Tapi apa Zavelix selalu seperti itu?"

"Seperti itu apa?" Fanera mengernyit. Tidak mengerti apa yang Kaleya maksud.

"Dia selalu bergerak tiba-tiba. Dia juga melakukan sesuatu tanpa bisa di tebak. Dia kadang nampak nggak memiliki emosi sama sekali, tapi kadang jadi sangat terlalu beremosi."

Fanera dan Lavera terpaku pada kalimat Kaleya. Keduanya saling pandang satu sama lain hingga membuat Kaleya merasa bahwa dirinya telah salah bicara.

"Kamu pasti kerepotan menghadapi Zavelix."

Kaleya tidak menjawab. Ia tidak mungkin mengatakan pada Lavera tentang apa yang dilakukan Zavelix padanya kemarin sore.

Jika ia pikir lagi, memang selama ini Kaleya tidak tahu bagaimana perasaan Zavelix terhadapnya atau pandangan pria itu tentang dirinya. Tapi ia syok begitu mengetahui bahwa Zavelix menduganya sebagai cewek wannabe yang akan melakukan apa saja untuk diterima di grup anak-anak populer.

Setelah kejadian itu, tidak mungkin lagi Kaleya bisa melihat pria itu, atau hadir dalam satu ruangan bersamanya. Kaleya sudah meneriakinya, menghantam kepalanya, dan pria itu pasti marah besar.

Belum lagi taruhan bodohnya dengan si Jarkes. Semua ini tidak akan terjadi seandainya Kaleya membuang harga dirinya dan tidak menyetujui tantangan sialan itu. Dengan kondisi seperti ini, tidak mungkin dia bisa memenangkan taruhan. Namun entah mengapa, bagi Kaleya seumur hidup berurusan dengan Jarkes rasanya lebih baik daripada menghadapi kemarahan Zavelix.

"Gue pikir kelembutan bisa melembutkan Zavelix," ucap Fanera.

Kelembutan, katanya. Bagaimana bisa Kaleya menunjukan sifat lembut jika setiap di dekat Zavelix ia selalu memiliki keinginan untuk mematahkan leher cowok itu?

Zavelix hidup di kesendiriannya. Saudara perempuan yang membenci pria keras, ayah yang keras, dan saudara kakak tertua yang jarang bertemu dengannya, kata-kata lembut dan suara lembut adalah…langka.

Dan berbicara tentang perempuan bersuara lembut, Lavera menambahkan. "Kaleya, aku harap kamu bisa menjadi lembut dan baik hati. Zavelix perlu dicintai dan nggak dipaksa melakukan sesuatu yang nggak dia inginkan," kata gadis itu sambil terlihat serius.

"Dia pergi dari rumah dan memilih untuk hidup sendiri karena tekanan yang dimilikinya. Aku menghormati dia…kita semua begitu. Tapi pria itu cukup keras kepala dan memilih nggak percaya pada siapapun."

"Apapun yang Zavelix lakukan, percayalah, dia nggak bermaksud begitu. Dia nggak pernah bermaksud untuk menyakiti siapapun."

"Tapi Zavelix beberapa kali melakukan kekerasan di kampus..."

Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang