04 | Human Selfishness

8.6K 757 18
                                    

           Mungkin beginilah rasanya jika membuat perjanjian dengan iblis. Kaleya tidak bisa lagi merasakan kehidupannya yang tenang dan damai. Ini sudah lewat dua hari sejak kejadian itu, namun Zavelix belum juga mengatakan apa-apa padanya. Bahkan ia kesulitan menemukan cowok itu di kampus.

Kaleya menghela napas. Ia bukan orang yang suka menerima uluran tangan oranglain. Tapi malam itu adalah momen tidak terduga dan sungguh terdesak. Kaleya harusnya berterima kasih pada Zavelix.

Ini semua akan lebih mudah jika bukan Zavelix yang datang saat itu. Kaleya tidak berbohong bahwa setelah melihat perbuatan Zavelix malam itu, ia tidak lagi bisa bersikap biasa saja tiap kali nama pria itu disebut.

"Gue denger udah dua hari ini Zavelix nggak masuk."

"Ah...pantesan suasana kampus nggak sesuram biasanya."

Suara-suara itu tidak sengaja terdengar ketika Kaleya melewati lorong kampus. Bahkan keabsenan cowok itu menjadi trending topic.

Mengabaikan percakapan mereka, Kaleya berjalan menuju lokernya yang sudah lama tidak ia buka. Terakhir melihatnya adalah dua bulan lalu, ketika lokernya penuh sampah bahkan ada bekas pembalut di sana. Itu sangat menjijikan, membuat Kaleya engga menyimpan barang-barangnya di sana lagi.

Lebih menyebalkan lagi karena pihak kampus sama sekali tidak peduli dengan protesannya mengenai masalah ini. Jika saja pendidikannya tidak sepenting itu, maka Kaleya akan meninggalkan kampus yang seperti neraka ini.

Orang-orang penerima beasiswa seperti Kaleya dijadikan seolah pion untuk menutupi aib kampus. Sedangkan mereka— orang-orang kaya bisa berlaku semau mereka.

Tangan Kaleya berhenti di udara ketika melihat pintu lokernya sangat bersih. Seperti tidak biasanya. Dahinya mengernyit ketika pintu itu sudah terbuka. Tidak ada apa-apa di sana.

Kaleya segera meletakan bukunya ke dalam loker, dan kembali menutupnya. Lokernya tidak pernah sebersih ini sebelumnya. Jadi Kaleya berpikir, bahwa orang yang mengisengi lokernya mengira bahwa loker Kaleya tidak lagi di sana.

Gadis itu tidak memiliki rencana apapun hari ini selain pergi ke toko bunganya. Begitu sampai di sana, ia melihat Hana yang sedang membersihkan kaca menggunakan lap basah di tangannya.

"Selamat sore!" Gadis itu berseru riang. Kaleya hanya mengangguk dan tersenyum tipis.

"Oh, ya, nanti malam aku saranin jangan pulang lewat gang yang biasa kamu lewatin. Aku dengar ada orang yang melihat bercak darah di sekitar gang itu. Mungkin terjadi perkelahian beberapa hari yang lalu."

"Kak Hana, jangan dengerin gosip mengerikan seperti itu lagi," ujar Kaleya.

"Dengan adanya gosip seperti itu justru membuat kita harus lebih berhati-hati, Kaleya."

Kaleya membuang wajahnya, menatap ke arah lain selain Hana. Kejadian malam itu masih menjadi sesuatu yang mengerikan untuk Kaleya. Lagipula, sia-sia Kaleya menghindari gang itu, karena orang-orang jahat itu sudah tidak ada.

"Iya. Aku nggak akan lewat sana," kata Kaleya pada akhirnya. Hana nampak mengangguk puas. Ikut merasa lega karena Kaleya mendengar perkataannya.

"Aku buang sampah ke belakang dulu, ya." Tak lama sosok Hana sudah hilang dari pandangannya.

Kaleya baru saja selesai memakai sarung tangannya tepat saat lonceng tokonya berbunyi yang menandakan adanya pelanggan yang datang.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?" Ia mendekat pada pria yang melangkah canggung ke dalam tokonya, pria itu sepertinya baru pertama kali masuk ke toko bunga hingga kebingungan harus melakukan apa.

Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang