05 | Sadness In The Rain

7.3K 711 16
                                    


           Petang ini, Jarkes, Fanera dan Gian berkumpul di rumah megah nan mewah Zavelix. Jangan salah paham, Zavelix sama sekali tidak mengundang mereka. Mereka sendiri yang datang, dan tidak mau pergi meski sudah diusir berkali-kali.

Kai, pria yang merupakan asisten Zavelix juga ikut bergabung. Meski hari ini bukanlah hari kerja, namun pakaian yang ia kenakan selalu rapih seperti biasanya.

"Jadi kapan kamu akan membangunnya?" tanya Kai.

Jarkes mengerutkan kening. "Membangun apa?" tanyanya ingin tahu.

"Rumah." Kai membalas.

Gian yang sedang selonjoran malas di sofa langsung bangkit duduk. "Zavelix, lo mau bangun rumah?!" Teriakan Gian membuat Fanera yang berada di kamar mandi untuk merapikan riasannya langsung buru-buru menyelesaikannya agar bisa bergabung dengan mereka. Gian menatap ke langit-langit rumah Zavelix, tidak ada lobang yang bisa menyebabkan kebocoran, rumah ini juga sangat nyaman dengan lokasi yang strategis pula. Gian jadi penasaran.

"Lo mau bangun di mana? Terus gimana sama rumah ini?" Gian bertanya lagi. 

"Kenapa nggak pernah bilang apa-apa? Gue bisa bantu desain rumah lo," ucap Fanera sungguh-sungguh.

Kai tersenyum hingga matanya terlihat sipit. "Bukannya kalian tau kalau Zavelix akan pindah ke Chicago? Rumahnya akan dibangun segera di sana."

Mulut Gian membentuk huruf O saking terkejutnya dengan perkataan Kai. Ia adalah satu-satunya orang yang tidak sabar untuk kepergian Zavelix. Tentu karena ia bisa ikut Zavelix dan memulai hidup barunya tanpa harus mendapat tuntutan dari keluarganya.

"Zavelix! Lo harus buat rumah yang ada kolam ikannya, supaya lo bisa makan ikan segar kapanpun lo mau!"

"Kolam ikan cuma buat hiasan!" balas Fanera jengkel.

"Cukup buat rumah dengan ruang tamu yang nyaman supaya tamu betah. Jangan lupa TV dan sofa yang empuk." Saran dari Jarkes adalah yang paling masuk akal untuk Zavelix. Karena Zavelix memang tidak mau memusingkan sesuatu yang merepotkan.

"Zavelix, lo mau rumah model apa? Tradisional? Modern? Atau paduan keduanya? Gue bisa bantu gambar kalau lo mau."

"Rumah gaya modern lebih populer sekarang." Jarkes menanggapi pacarnya, karena ia yakin Zavelix tak akan membalas ucapan Fanera, meskipun Zavelix sudah mengenal Fanera lama.

"Lo harus bangun rumah lima lantai!" kata Gian semakin tidak jelas. Mungkin ia pikir Zavelix ingin membangun sewa penginapan bukan tempat untuk tinggal.

Fanera menatap Gian melotot. "Zavelix, abaikan aja saran Gian. Nggak bener otaknya."

"Halaman rumah lo pasti besar, tanamin aja berbagai macam pohon."

"Pohon apel, misalnya."

"Pastiin juga musim di sana, beli banyak mantel. Katanya musim dingin di sana bisa sampai minus." 

"…" Zavelix tidak ingin berkomentar. Ia sama sekali belum berniat membangun rumah, namun ketiga orang ini sudah luar biasa heboh. Ia memang akan membangun rumah, tapi nanti.

Mereka masih terus melanjutkan perdebatan tentang bagaimana rupa rumah yang akan Zavelix tinggali di Chicago. Kebanyakan suara di dominasi oleh Fanera dan Gian, sedangkan Jarkes sesekali menanggapi sambil tersenyum pada kekasihnya.

Namun obrolan mereka harus tertunda ketika pelayan membawa berbagai macam jenis makanan ringan untuk mereka.

Zavelix menghela napas bosan. Lalu matanya melirik Kai tanpa sengaja. Ia tidak peduli apa yang dilakukan pria yang sudah ia anggap sebagai pamannya sendiri, tapi pria itu nampak serius menatap layar tabnya. Lalu ketika tatapan mereka bertemu, Kai memberi sebuah kode untuk bicara di luar.

Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang