18 | Special Person

2.5K 233 14
                                    


         
         "Kaleya!" teriakan itu sontak membuat Kaleya berbalik, ia melihat Aurora yang berlari ke arahnya. Kaleya hanya mengernyit karena tidak melihat adanya Fanera di sisi gadis itu.

Aurora memasang senyumnya ketika berdiri di depan Kaleya. "Gue seneng skandal lo udah selesai dengan cepat. Lo tau, gue ikutan panik kemarin dan gue hampir aja percaya," tutur cewek itu.

Kaleya hanya mendengarkan tanpa banyak bicara. Sementara diam-diam Aurora menengok ke belakang, memberi tatapan tajam pada Becca yang ia sudah sadari kalau gadis itu memperhatikan Kaleya cukup lama.

"Lo nggak bisa dihubungin. Selain lo, Fanera juga ikut-ikutan hilang."

"Fanera?" kali ini Kaleya menimpali.

"Ya... kalau hilang kayak gini pasti ada kaitannya sama Jarkes. Gue juga heran, walau udah putus hubungan mereka malah makin toxic."

Kaleya mengeratkan pegangannya pada tali tasnya. Dia benci sekali pada setiap hubungan yang toxic. Mungkin karena dia sudah melihat hubungan yang toxic dalam keluarganya; dalam perilaku ayahnya kepada ibunya. Sampai sekarang, dia masih bertanya-tanya, apa yang membuat orang betah ada di dalam hubungan seperti itu.

"Kaleya? Lo nggak apa-apa?"

Kaleya mengangguk. "Iya."

"Lo kayak benci banget sama Jarkes, kenapa?"

Kaleya ikut bertanya-tanya di dalam hatinya. Kenapa?

"Mungkin karena setiap kali aku melihat Jarkes, aku seperti melihat ayahku sendiri."

"Siapa yang enggak?" sahutnya.

Aurora tertawa mendengar kejujurannya. Kemudian mereka berjalan beriringan melewati lorong yang terasa sangat panjang ditemani obrolan-obrolan yang hanya mereka berdua yang bisa dengar.

"Jarkes emang brengsek, gue juga akuin itu. Perselingkuhannya sama sekali nggak dibenarkan, dan caranya menyakiti Fanera sangat gue sesalkan. Tapi Jarkes satu-satunya orang yang Fanera butuhin," kata Aurora. "Lo mau tau nggak? Sebelumnya, gue dan Fanera pikir Jarkes itu suka sama lo."

"Hah?" Kaleya kaget bukan main. Dari mana pikiran mengerikan itu muncul di otak Fanera dan Aurora?

"Setiap kali gue dan Fanera ngomongin lo, muka Jarkes tuh langsung beda dan dia bakal respon dengan cepet."

Kaleya mengernyi semakin dalam, ia jadi penasaran. "Kenapa begitu?"

"Gue nggak tau. Tapi, sekarang gue tau, nggak cuma Jarkes yang kayak gitu tiap kali gue ngomongin lo."

"Siapa lagi?"

"Zavelix. Dia selalu merespon dengan nggak biasa tiap kali denger nama lo disebut."

Sebenarnya ada apa dengan dua orang ini? Kaleya bisa mengerti kalau Zavelix menganggapnya sebagai dewi pelindungnya. Tapi, Jarkes?

"Kaleya," panggil Aurora.

Ia menoleh.

"Lo bisa jaga jarak dari Becca?"

"Kenapa?"

"Buat jaga-jaga. Anggap aja ini sebuah bentuk peringatan dari gue."

°•°•°

          Berkumpul bersama keluarganya bukan hal yang ia sukai. Bukan karena Zavelix tidak menyayangi keluarganya atau membenci mereka. Tapi terkadang, ia merasa tidak pantas berada di sini.

Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang