20 | Kekalahan

2.2K 227 155
                                    


             Mereka meninggalkan apartemen Fanera ketika Aurora sudah kembali. Jelas, Kaleya tidak mau meninggalkan Fanera dan Jarkes hanya berdua saja. Keheningan menemani perjalanan mereka di mobil itu.

Kepulangan mereka dari apartemen Fanera, memberikan banyak beban pikiran pada Kaleya. Dia jadi menyadari bahwa dia seperti tokoh antagonis dalam suatu cerita. Atau buruknya, dia adalah tokoh yang merusak alur sebuah cerita yang seharusnya tidak dibentuk demikian.

Zavelix tidak pernah mengatakan perselingkuhan Jarkes karena cowok itu mengerti keadaan Fanera. Zavelix mengerti bahwa Jarkes membuat Fanera senang, dan cewek itu menjadikan Jarkes sebagai alasan untuk tetap hidup di dunia yang tidak menginginkannya.

Kaleya melirik ke satu-satunya pria di dekatnya. Memperhatikan Zavelix dari tempatnya, dia dapat melihat wajah lelah cowok itu, juga beberapa bulir keringat di pelipisnya.

"You okay?" Kaleya bertanya.

Karena Zavelix tidak menjawab, Kaleya enggan untuk bertanya lagi.

Kaleya melihat ke luar jendela dan menyadari bahwa mereka sudah memasuki perumahan komplek Zavelix. Dan tepat ketika Zavelix memakirkan mobilnya di depan rumahnya, Kaleya melihat bahwa tak ada penjaga atau siapapun yang bisa memayungi mereka.

"Di bagasi ada payung. Biar aku ambil," inisiatif Kaleya. Dia membuka pintu, dan berjalan cepat ke belakang mobil sambil membiarkan bajunya kebasahan, lalu mengambil payung bewarna hitam di sana.

Kaleya melangkah ke pintu Zavelix, namun cowok itu tidak bergerak di dalam mobilnya.

"Zavelix!" Kaleya memanggil meski suaranya tertelan suara hujan yang lebih besar. "Zavelix!" dia memanggil lagi sambil mengetuk kaca jendela mobil.

Dengan tak sabar, Kaleya membuka pintu mobil yang tidak terkunci itu dari luar. "Zavelix-" Pinggangnya ditarik. Tarikan tiba-tiba itu membuat genggamannya pada payung di tangannya mengendur dan alhasil payung itu dibawa terbang oleh angin.

Kaleya merasakan lengan Zavelix melingkari pinggangnya dan kepala Zavelix berada di ceruk lehernya.

"Gue yang gagal, Kaleya." Tangan Kaleya yang hendak mendorong Zavelix terhenti di udara. Kedua mata Kaleya membola mendengar pengakuan Zavelix.

Dia mengabiskan harga dirinya untuk mengatakan kegagalannya. Kaleya tidak bereaksi apapun, namun yang pasti hatinya ikut merasakan sakit. Bila Zavelix seperti ini, maka Kaleya secara naluri ingin melindunginya. Pundak kokoh Zavelix tidak sekuat kelihatannya. Kaleya menyentuh di sana. Dia mengelus Zavelix.

Kaleya membiarkan Zavelix bersandar di bahunya. Dia tidak tahu apa yang sedang dia lakukan, tapi saat Zavelix terlihat lemah seperti ini, dia ingin menguatkannya.

"Karena... Fanera?" tanya Kaleya.

"Ya," jawab Zavelix terdengar seperti sebuah bisikan.

"Kenapa kamu terlihat begitu bertanggung jawab atas Fanera, Zavelix?"

"Karena gue ada di sana. Gue adalah iblisnya, Kaleya."

Kekecewaannya pada dirinya sendiri dan cara dirinya mengklaim bahwa ia adalah seorang iblis, membuat nurani Kaleya tergugah. Kedua tangannya melingkar di leher Zavelix, memeluknya erat-- berusaha memberikan ketenangan serta kehangatan yang saat ini Zavelix butuhkan.

"Gue merasa tersiksa waktu itu. Itu adalah hal paling berat dalam hidup gue. Nggak ada anak kecil atau siapapun yang mau mengalaminya."

Kaleya tertegun lama. Menyerap informasi yang diucapkan Zavelix padanya.

Kaleya bertanya lagi dengan suara pelan, "Apa yang kamu lihat?"

"Darah... di mana-mana. Lavera... Fanera... Gue nggak bisa ngelakuin apa-apa, Kaleya. Gue gagal," jelas Zavelix.

Guardian DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang