Bagian 5

878 23 0
                                    

"Makanya ustadz jadi orang itu jangan baperan"

Kata kata Hunna itu melekat kuat di pikiran Hamzah, mengapa bisa kata kata Hunna itu mirip sekali dengan kata kata Zulfa dulu padanya, dan kenapa rasanya ia tidak bisa marah pada Hunna ? Meski gadis itu berkali kali menyinggung nya.

Tok tok tok

Suara ketukan dari luar pintu kamar hamzah membuatnya tersadar dari pikiran kacaunya. "Hamzah ayo cepet keluar makan, udah ditungguin sama semua orang !!" Kata ning Nisa' dari balik pintu kamar Hamzah yang masih tertutup.

"Iya mbak." Kata Hamzah lalu segera keluar dan bergabung bersama yang lainnya di meja makan.

Malam ini kebetulan seluruh keluarga sedang lengkap, bahkan gus Hafidz yang biasanya sering pergi keluar kota juga ada disini.

"Oh iya, Abi denger dari Ami Hamzah kamu nggak jadi berhenti sekolah, beneran ? kenapa ?" Tanya gus Hafidz excited.

Sedangkan yang ditatap tetap saja hanya melemparkan wajah datar. "Iya, tapi nggak tau kenapa, tiba tiba aja berubah pikiran." Kata Aufar dengan enteng nya.

Semua orang hanya tersenyum melihat tingkah Aufar, sebenarnya mereka juga bingung kenapa sikap Aufar bisa se-datar itu, yakin deh liat wajahnya aja bikin emosi, karena ya emang se-nyebelin itu.

"Tapi Aufar punya satu permintaan, Aufar mau punya guru les private yang akan ajarin Aufar belajar. Boleh ya Abi, Umi ?" Kata Aufar lagi, tapi kini memakai mimik wajah yang berbeda.

Ning Nisa' mengalihkan pandangan dari putra tunggalnya itu. "Tuh kan kalau ada maunya aja manis banget."

"Nggak gitu kok Umi." Kekeh Aufar manja.

"Ya udah boleh, tapi siapa ?" Kata gus Hafidz. Mendengar permintaan nya disetujui oleh Abi nya membuat senyum lebar tiba tiba muncul di wajahnya. Ternyata benar, wajah Aufar yang jarang tersenyum, sangat mengagumkan ketika ditambah dengan sebuah senyuman.

"E- gimana kalo mbak Hunna aja, dia pinter banget loh Abi, nih ya Abi Aufar kasih tau, dia itu santri baru ikut Tahfiz tapi juga ikut diniyyah, kemarin pas Aku Hamzah jelasin pelajaran salah mbak Hunna bisa benerin, terus yang bikin hebatnya lagi pas ujian diniyyah kemarin dia bisa ngerjain soalnya hanya dengan waktu 30 menit, yaitu setengah dari waktu yang dikasih sama Ami tapi nilai nya bisa dapet seratus." Cerocos Aufar, Aufar sengaja merekomendasikan Hunna sebagai guru les private nya karena dianggap Hunna adalah gadis yang lugu, pendiam, baik. Biar nggak galak galak banget gitu gurunya kalo ngajar, karena Aufar yakin jika Abi nya yang memilih pasti dipilihkan guru yang galak.

"Oh iya, serius ?" Kata gus Hafidz lalu dijawab dengan anggukan oleh Aufar.

"Bagus dong nggak usah susah susah cari diluar, gimana mi ?" Tanya gus Hafidz.

"Kalo umi sih iya iya aja selagi Hunna nya mau, dia juga anaknya baik pasti nggak akan nolak kok." Ucap ning Nisa'.

Benar saja yang dikatakan ning Nisa', besoknya setelah kegiatan setor hafalan selesai ning Nisa' menghampiri Hunna dan menjelaskan tentang hal ini pada Hunna. Walaupun awalnya menolak tapi pada akhirnya ia setuju, membujuk Hunna itu mudah pikir ning Nisa'. Hunna diberi waktu 1 jam/hari, yaitu malam hari setelah mengaji bersama jam 8.

●●●

"Mbak Ran !" Panggil seseorang pada Rania yang tengah berjalan di lorong depan asrama bersama Shafa.

Rania dan Shafa pun segera menghentikan langkahnya dan menoleh untuk melihat siapa yang memanggilnya "Hunna, kamu mau kemana ?" Kata Rania.

"Mbak, mbak-mau ke-ndalem-kan ?" Kata Hunna dengan nafas tersengal sengal, efek dari lari lari mengejar Rania dari asrama barusan.

Assalamualaikum Calon Istri_MUMC [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang