Selama beberapa hari ini memang kesehatan Hunna terlihat semakin menurun, rasa nyeri di kepalanya kini semakin menjadi jadi.
"Hunna aku aku telfon-in orang tua kamu ya, aku nggak tega liat kamu kaya gini, pulang aja, ya?" Kata Rania yang masih terus mencoba membujuk Hunna yang langsung merebahkan badannya di kasur sejak pulang madin tadi.
Sebenarnya Rania tak heran karena sejak sebelum Hunna dihukum Hunna sudah sering sekali merasakan pusing yang berlebihan pada kepalanya. Dan kini Ia merasa demam dan kepalanya pusing, wajahnya juga terlihat sangat pucat.
"Nggak Mbak, aku nggak papa kok. Nanti juga pasti udah baikan." Bantah nya.
"Apanya yang nggak papa sih, kamu itu sakit Hunna, lagipula dari kemarin kemarin kamu juga bilang nanti juga baik baik aja, nanti juga baik baik aja. Tapi apa, Hah !?" Ucap Rania yang sudah sangat tidak tega dengan sahabatnya itu. Jangankan keluarganya, para pengurus, dan keluarga ndalem juga tidak ada yang boleh tau, itulah tadi titah Hunna yang tak terbantahkan selama beberapa hari ini.
"Udah ya Mbak, aku nggak papa habis ini maghrib kita ke masjid aja yuk ?"
"Hunna !?"
"Mbak Rania !? Udah lah, aku ngga papa, ya ?" Ucap Hunna dengan wajah yang meyakinkan.
Rania pun menyerah. Percuma emang nasihatin orang yang kepalanya keras kaya batu, nggak akan ada efeknya. Ia pun mengikuti jalan Hunna yang perlahan sudah meninggalkan asrama nya.
Hunna berjalan bersama Rania menuju masjid untuk menunaikan sholat maghrib berjamaah. Ketika saat di halaman masjid secara kebetulan Hunna berpapasan dengan Farhan, dan sampai pulang pun masih berpapasan. Ini kebetulan apa emang dia sengaja sih ?. Tapi yang membuat anehnya lagi adalah laki laki itu hanya terus saja menatap Hunna dengan tatapan yang tajam yang sulit dimengerti.
"Hunna itu kok dari tadi Farhan liatin kamu gitu banget ya ?" Tanya Rania yang dari tadi berjalan dengan celingukan.
"Mana ?" Ucap Hunna langsung menoleh.
"Jangan langsung dilihat." Rania memukul pelan lengan Hunna.
"Iya iya." Kata Hunna lalu menoleh perlahan. Ketika Hunna menoleh, dengan cepat Farhan memalingkan wajahnya. "Aku tau, aku juga udah ngeh dari tadi sebenarnya. Tapi aku nggak kenal sama dia, Dia siapa emangnya ?" Tanya Hunna pada Rania.
"Tuh kan bener, emang udah dari awal dateng sampe barusan ini kok. Namanya Farhan, aku nggak tau jelasnya dia kaya apa, tapi aku kenal dia karena dia sering masuk kantor."
"Owh.." Hunna kembali menengok lalu dengan tatapan heran dia kembali bertanya pada Rania. "Lah ? Dia kemana, kok udah ilang aja ?"
"Tau." Jawab Rania singkat. "Udah lah, nggak penting ngomongin orang kaya gitu. Mending kita buruan balik biar bisa agak santai dikit."
"Mbak Rania !" Panggil seseorang sambil berjalan mendekati mereka.
"Mbak Shafa ?" Hunna menatap Shafa heran. Perasaan tadi gadis ini bilang dia sedang tidak sholat makanya nggak ikut ke masjid, lah sekarang kok tiba tiba ada disini.
"Shafa ? Kamu habis dari mana ?" Tanya Rania.
"Dari kantor." Balas Shafa sambil menunjukkan senyum manisnya. "Mbak, mbak tau nggak, si Farhan bikin ulah lagi tau."
"Bikin ulah ? Tapi barusan dia masih disini kok, emangnya ngapain lagi dia ?" Tanya Rania yang tak heran mendengar laporan dari Shafa, anak itu selalu saja sepeti ini, dia tidak berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Assalamualaikum Calon Istri_MUMC [SELESAI]
Ficção AdolescenteMy Ustadz My Crush => Assalamualaikum Calon Istri • • • Sebuah kisah yang bercerita tentang seorang laki laki yang terlalu larut dalam duka atas kepergian calon istrinya satu hari sebelum hari pernikahannya. Hal itu membuat kepribadiannya berubah se...