Kambing Hitam (part 1)

196 46 2
                                    

-Bagi orang yang tidak menyukaimu, selalu ada celah untuk menyalahkanmu-

Ken Arok POV

Samar-samar kudengar suara dan cahaya kabur perlahan bisa ditangkap oleh netraku. Suara-suara di sekitarku makin jelas.

"Mohon beritahu saya kalau Gusti Ratu sudah siuman," sebuah suara lembut terdengar.

Suara Ken Dedes.

"Baik Ratu, terimakasih sudah diijinkan menunggu Gusti Ratu lebih lama."

Sebuah suara membalas ucapan Ken Dedes. Suara Umang, tepat di sebelahku.

Suara langkah Ken Dedes terdengar melangkah keluar dari ruanganku. AKu berusaha menggerakkan jari jemariku dan berusaha membuka mataku. Seperti dugaanku Umang memang duduk tepat di sebelah ranjangku.

"Kang Mas!" Umang terkejut melihatku membuka mata.

Para tabib kerajaan segera memeriksa kondisiku. Mereka memeriksa denyut nadiku dan beberapa tempat di tubuhku. 

Aku berada di kamarku. Kenapa Umang berada di ruangan pribadiku? Tidak kuijinkan Umang memasuki ruangan pribadiku kecuali Ratuku Ken Dedes dan Aluna yang berstatus sebagai penasihatku. Umang menyetujui laranganku itu sejak ia ketakutan karena perbuatan penculikannya pada Aluna terbongkar langsung olehku.

Mataku menyisir seluruh ruangan. Sosok yang paling kuidamkan berada di sampingku ketika mataku terbuka tidak ada. Aku berusaha bertanya pada tabib yang sedang memeriksaku, anehnya tidak ada sepatah katapun keluar dari bibirku. Suaraku tercekat dan tertahan berhenti di tenggorokanku. 

Aku berusaha menggerakkan badanku untuk bisa duduk, namun seolah terkunci, seluruh tubuhku sama sekali tidak bisa bergerak.

'Apa yang terjadi?'

Ritual Tiban tidak akan menimbulkan efek sedahsyat ini. Pasti ada sesuatu. AKu berusaha memaksa keluar seluruh ingatan terakhirku.

Aku sedang berada di dalam kereta dengan Aluna menuju kerajaan. Tubuhku merasakan panas yang amat sangat saat itu. Aluna berusaha menolongku dan aku memegang erat kedua tangan Aluna karena rasa sakit luar biasa yang mendera tubuhku. Aluna berteriak ketakutan memohon pertolongan pada siapapun di sekitarnya.

"Sssst...ssstt ALuna...jangan panik..tenanglah.." pintaku di tengah rasa sakitku.

Aluna menangis terisak-isak memelukku erat.

"Ma..mana yang sakit Arok?" tanyanya bersamaan dengan tangisnya.

"Ssst...jangan menangis....Hhhmmpphhh," ucapku di tengah serangan sakit.

"Aluna seseorang berusaha menyakitiku, raja negeri ini," aku menjelaskan dengan suara terbata-bata.

"Kamu pindahlah ke keretamu sendiri yang sedang berjalan di belakang kereta ini...Hhmmpph aaarghhhh,"rasa sakit menderaku lagi.

"Ketika kamu sudah sampai di istana, segeralah masuk kamarmu dan jangan pernah keluar hingga aku mendatangimu,...Aaarggghh," aku berusaha memberinya pemahaman tentang kondisi pelik yang tengah terjadi.

Makin kuat tanganku menggenggam lengan Aluna berharap gadis ini bisa mentransfer energinya untuk mengurangi rasa sakitku.

Aku yakin ini bukanlah racun mematikan. Tidak mungkin seseorang berbuat sebodoh ini untuk membuat gempar seluruh negeri. Orang yang berusaha membunuh raja akan langsung diburu dan dibunuh di tempat. Aluna adalah sasaran utamanya. Aluna akan dijadikan kambing hitam atas peristiwa naas yang menimpaku. 

"Ti..tidak aku tidak akan meninggalkanmu dalam kondisi sekarat," ia menjawab dengan masih menangis sesenggukan.

Kugelengkan kepalaku kuat-kuat, memastikan bahwa ia harus segera keluar dari kereta ini. Aku berusaha mendorong gadis itu keluar kereta, tapi ia masih bergeming. Tenagaku terlalu lemah bahkan untuk mendorong gadis sekecil Aluna. 

'Aluna pergilah...jangan berada di sekitarku saat kondisi sekaratku'

 "Arok...Arook sadarlah, akan kucari bantuan untukmu," Aluna memelukku sangat erat ketika tubuhku mulai melemah.

"Tidak Aluna...kumohon larilah dan segera masuk ke kamarmu! Aaarghhhh!!!"

Tidak ada orang yang berani menggeledah area kediamanku. Sejak penculikan Aluna, aku memperketat penjagaan di bangunan kediamanku.

"Aluna!!!!" Itu adalah teriakan terakhirku sebelum akhirnya pandanganku  gelap. 

"Jangan menggerakkan badanmu dulu Kang Mas," ucapan Umang membuyarkan lamunanku.

Tabib kerajaan menyodorkan air kelapa hijau pada Umang, dan ia berusaha meminumkannya padaku namun kutolak.

"Apakah Kang Mas tahu? Gadis itulah yang menyebabkan njenengan berakhir seperti ini," ucap Umang dengan nada lembutnya.

'Apa yang terjadi? Apakah skenario yang menjadi dugaanku akan menimpa Aluna benar terjadi?' 

"Gadis itu sedang menebus kesalahannya saat ini Kang Mas, pengadilan istana sedang mengurus hukuman yang tepat untuknya. Hukuman karena telah meracuni Sang Raja," ucapan Umang sangat lembut, namun cukup membuatku merinding.

"Kang Mas harus segera minum seluruh ramuan yang disediakan tabib kerajaan, agar segera pulih dan menyaksikan eksekusi gadis itu," ucap Umang lagi lebih terdengar seperti ancaman untukku.

'Sialan Umang pasti bersekongkol dengan musuh-musuh politikku!' teriakku dalam hati.

Mataku menyala penuh umpatan pada Umang.

'Aluna sabarlah akan kuselamatkan engkau. Bahkan aku rela membuatmu pergi jauh untuk kembali ke jamanmu jika perlu.'


Halooo...come back sedikit yaa

Semoga cukup bikin kalian penasaran..hehehe

Tolong comment dan vote sebanyak-banyaknya yaa gaiiss... 

KEN AROK DAN KEKASIH RAHASIANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang