Pertemuan Menjengkelkan

460 69 9
                                    

"Jangan menggandengku sembarangan!" protesku pada Ken Arok.

Ken Arok menghentikan langkah dan melihatku dengan tatapan hampir mirip seringaian.

"Apa kau pikir aku akan ketakutan kalau kamu melihatku seperti itu??" protesku lagi.

Ia tertawa terbahak-bahak mendengarkan ucapanku.

"Baiklah ikuti langkahku," ucapnya tegas.

"Baiklah ikuti langkahku," ucapnya tegas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Aku mengekor di belakangnya. Postur tubuhnya tinggi dan kakinya panjang, aku kewalahan mengikuti langkahnya. Aku melewati sekelompok wanita yang sedang memegang alu dan memukulkannya ke arah lumpang. Pakaian mereka jauh lebih aneh lagi dari para pria yang kulihat semalam. Mereka mengenakan kain hanya di bagian perut ke bawah, dada mereka terlihat jelas. Kugelengkan kepalaku untuk menghapus berbagai pikiran aneh yang berselancar di otakku.

Para wanita ini makin asyik memainkan alunya.

"Oooh jadi ini suara merdu yang kudengar tadi," gumamku sambil melihat antusias ke arah wanita-wanita ini.

"Ada apa?" tanya Ken Arok berbalik padaku.

Aku menunjuk para wanita yang tengah sibuk di depanku.

"Mereka sedang apa?" tanyaku memastikan.

Ken Arok tampak sangat heran dengan pertanyaanku.

"Apa engkau tidak pernah makan nasi?" tanyanya seperti sedang memberiku soal ujian.

"Tentu saja tiap hari aku makan nasi putih!" jawabku makin marah.

"Kenapa masih tanya mereka sedang apa? Mereka sedang memecah gabah dari padi dan yang satunya sedang menghaluskan jagung," jawabnya terlihat sangat kesal.

Ken Arok berjalan makin cepat meninggalkanku. Aku setengah berlari mengejarnya, namun karena lapar aku tertinggal makin jauh. Ken Arok memasuki sebuah bangunan besar yang tampaknya seperti bangunan utama di tempat ini. Aku mempercepat langkahku memasuki bangunan di depanku.

"Apa kau sengaja mengajakku keluar dari sel hanya untuk meninggalkanku???" teriakku padanya.

Ken Arok sudah duduk di depan meja yang berisi beberapa makanan. Ia melihatku dengan pandangan dingin.

"Kamu suka sekali membentakku ya? Sini duduk makan dulu," perintahnya padaku.

Aku masih bergeming di mulut pintu tidak melangkah menuju meja makan.

"Apa kau akan berdiri saja dan membiarkan perutmu kelaparan?" tanyanya sekali lagi.

Aku berjalan gontai menuju meja makan. Aku duduk di kursi yang berada di hadapan Ken Arok. Meja di hadapanku terdapat ubi yang dikukus, sayur lalapan mentah dan urap, ada ikan asin dan daging yang disayur santan.

KEN AROK DAN KEKASIH RAHASIANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang