Namaku tidak Boleh Tercatat dalam Sejarah

473 68 3
                                    


Aku berlari meninggalkan tempat peristirahatan Sang Raja. Aku bukanlah gadis bodoh. AKu paham betul bahwa adegan yang baru saja terjadi adalah genre romantis yang tidak pernah boleh terjadi selamanya.

Brakkk!!

Dari arah kamar Ken Arok aku mendengar suara benda dipukul dengan sangat keras. Sang raja tersinggung dengan tindakanku dan aku bisa pastikan bahwa saat ini ia sedang murka. Aku bergeming dan terus saja berlari menuju kamarku.

Tubuhku bagai terbang berlari kencang menerobos beberapa penjagaan pengawal. Aku berlari meninggalkan Ken Arok sendirian di kamarnya dan melesat menuju kamarku dan segera menguncinya rapat-rapat.

'Apa yang kau lakukan Ratu Aluna??? Hal seperti ini tak boleh terjadi! Kamu tidak diperkenankan merubah sejarah Kerajaan Singasari! Tak boleh ada wanita selain istri Ken Arok yang boleh masuk dalam catatan sejarah!'

Aku merutuk diriku sendiri dalam hati dengan napas tersengal-sengal karena berlari sangat kencang dari ruang Ken Arok menuju kamarku.

Aku tidak boleh memiliki hubungan apapun dengan raja dari kerajaan ini. Aku tidak boleh melakukan hal sekecil apapun yang akan merubah jalannya sejarah. Nama Ratu Aluna tidak boleh muncul di catatan sejarah Singasari bahkan sekecil apapun kisah tentangku. Itulah yang harus kupegang saat ini.

"Apakah Panjenengan ada di dalam?"

Sebuah suara memanggilku dan mengetuk pintu kamarku dengan perlahan.

'Itu suara Ken Arok! Kenapa ia harus mencariku hingga ke ruangan pribadiku sih?' pekikku dalam hati karena panik.

Aku berjalan mondar-mandir di ruangan ini karena bingung apa yang harus kulakukan.

"Boleh tolong buka pintunya? Saya ingin bicara sebentar," Ken Arok memanggilku lagi sambil mengetuk perlahan pintu kamarku.

Kubuka sedikit pintu kamarku,"Apa Raja diperkenankan berbicara seperti ini dengan pegawainya eeh maksudku dengan abdinya?

Aku menata nada bicaraku agar terdengar setenang mungkin. Padahal suasana hatiku sangat kacau mengingat peristiwa yang baru saja terjadi antara aku dengan pria di hadapanku yang notabene adalah orang nomor satu di kerajaan ini.

Ken Arok berdehem perlahan denagn wajah sangat serius.

"Panjenengan betul-betul lugas berbicara namun disampaikan dengan cara yang unik. Saya bingung apakah ini tidak sopan atau memang Panjenengan orangnya seperti ini."

Ia berdehem lagi sambil menyorongkan kotak obat milikku di hadapanku. Aku membuka pintu kamarku sedikit lebih lebar, sambil kulihat sekitar kamarku apakah para penjaga itu sedang mengawasi kami.

"Panjenengan tadi terburu-buru hingga meninggalkan kotak ini. Terimakasih sudah mengobati luka saya," ucapnya sambil tersenyum dan memegang dahinya yang terluka karena terjatuh dari kuda.

Aku ragu untuk mengambil kotak tersebut.

"Terimalah, aku tidak akan melakukan sesuatu yang membuatmu takut," ucap Ken Arok dengan nada penuh kekecewaan melihat reaksiku.

Sepertinya ia memahami ketakutanku. 

Kuraih dengan cepat kotak obat tersebut dari tangan Ken Arok. Ia masih berdiri di depan pintu kamarku. Kami berdua terdiam karena masih canggung. Sebenarnya aku menunggu ia berpamitan, namun ia masih saja berdiri dengan bahu lebarnya dan tidak bergeming. AKu ragu apakah sopan jika aku langsung menutup pintu kamarku, mengingat aku baru saja meninggalkan Sang Raja tanpa menunjukkan sopan santunku.

KEN AROK DAN KEKASIH RAHASIANYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang